Home / Pernikahan / Menjadi Istri yang Dilupakan / Chapter 111 - Chapter 120

All Chapters of Menjadi Istri yang Dilupakan: Chapter 111 - Chapter 120

123 Chapters

Bab 111: Bayangan yang Semakin Nyata

Hari-hari berlalu dengan perlahan, namun perasaan Nadia semakin tak menentu. Indra terus bersikap dingin, dan ketidakpeduliannya terhadap rumah tangga mereka semakin terasa. Setiap malam, ia pulang larut dengan alasan pekerjaan, tetapi keheningan di antara mereka kian menusuk hati Nadia. Tak ada percakapan yang berarti, tak ada kebersamaan yang pernah mereka nikmati. Ponsel Indra tetap selalu bersamanya, hampir seperti penjaga rahasia yang tak boleh terkuak.Suatu pagi, setelah Indra berangkat bekerja, Nadia duduk di teras rumah, memikirkan apa yang akan ia lakukan selanjutnya. Semakin lama, semakin jelas bahwa keadaannya tidak bisa dibiarkan begitu saja. Namun, mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi bukanlah hal yang mudah. Nadia tak ingin sembarang menuduh Indra tanpa bukti, meskipun hatinya terus berbisik bahwa ada sesuatu yang salah.“Apakah aku terlalu berlebihan?” Nadia bertanya dalam hati, meskipun instingnya terus mengatakan sebaliknya.Ia
last updateLast Updated : 2024-12-01
Read more

Bab 112: Pilihan yang Menyesakkan

Malam itu adalah malam terpanjang dalam hidup Nadia. Setelah membaca pesan-pesan dari Dina di ponsel Indra, ia tidak bisa tidur. Rasa kecewa, marah, dan hancur berkecamuk di hatinya. Setiap kali ia menutup mata, bayangan pesan itu terulang lagi dan lagi. Kata-kata manis yang Indra kirimkan kepada Dina, perhatian yang selama ini tidak pernah diberikan kepadanya, semua itu menusuk Nadia seperti sembilu.Indra, yang sudah tertidur di sebelahnya, tampak tenang, seolah tak ada beban di dunia. Nadia memandang wajah suaminya yang tertidur pulas, dan rasanya ia tidak mengenali pria itu lagi. Dulu, Indra adalah seseorang yang ia pandang dengan hormat, seseorang yang ia harapkan bisa melindungi dan mencintainya. Tapi kini, lelaki yang berada di sampingnya ini adalah orang yang sama sekali berbeda. Hatinya terasa dingin.Dengan hati-hati, Nadia bangkit dari tempat tidur dan berjalan pelan ke ruang tamu. Ia tak ingin membangunkan Indra. Sesampainya di ruang tamu, ia duduk di sofa,
last updateLast Updated : 2024-12-02
Read more

Bab 113: Percakapan yang Dikhawatirkan

Nadia duduk di sofa dengan punggung tegak, perasaan tegang terlihat jelas dari cara tangannya meremas ujung bajunya. Sementara itu, Indra berdiri di depan pintu, tampak enggan untuk melangkah lebih dekat. Matanya yang lelah dan suaranya yang dingin menunjukkan bahwa ia lebih memilih mengakhiri malam itu dengan cepat daripada terlibat dalam percakapan yang mungkin berujung pada konflik."Kenapa harus sekarang, Nad? Aku capek, bisa kita bicarakan besok?" ucap Indra tanpa minat, sambil membuka dasinya dan melemparkannya ke kursi dekat pintu.Nadia tetap diam, mencoba menenangkan diri sebelum berbicara. Ia tahu jika ia langsung menyemburkan kemarahannya, percakapan ini akan berubah menjadi pertengkaran besar. Tapi di dalam hatinya, rasa sakit yang ia rasakan tadi malam belum hilang. Justru semakin menguat setiap kali ia mengingat pesan-pesan di ponsel Indra.“Aku nggak bisa tidur kalau kita nggak bicara sekarang,” suara Nadia terdengar lemah namun penuh
last updateLast Updated : 2024-12-02
Read more

Bab 114: Pengakuan Pahit

Malam itu terasa begitu sunyi. Setelah percakapan yang menyesakkan dada, Nadia tetap duduk di sofa, tubuhnya terasa lemas. Air mata yang mengalir di pipinya masih belum bisa ia hentikan. Di depannya, Indra berdiri kaku, tampak gugup, seakan kata-kata yang baru saja meluncur dari mulut Nadia telah menyudutkannya dalam situasi yang tidak ia harapkan.Waktu seolah berjalan lambat, seakan dunia berhenti untuk memberi ruang pada Nadia dan Indra menghadapi kenyataan pahit yang sudah lama tersembunyi.“Jadi, kamu nggak akan bilang apa-apa?” tanya Nadia, suaranya bergetar, tetapi ada nada ketegasan di balik kegugupannya. Nadia berusaha mengumpulkan kekuatan untuk bertahan, meski hatinya perlahan hancur.Indra diam sejenak, menatap lantai seakan mencari kata-kata yang tepat. Sesaat kemudian, ia mendesah panjang, meletakkan tangan di pinggangnya. Lalu, dengan suara rendah, ia berkata, “Iya, Nadia... Aku... aku selingkuh.”Pengakuan itu mengh
last updateLast Updated : 2024-12-03
Read more

Bab 115: Cinta yang Hilang

Pagi itu, Nadia terbangun dengan perasaan yang sama sekali tidak tenang. Semalaman ia tidak bisa tidur, meski tubuhnya sudah begitu lelah. Percakapan dengan Indra semalam masih bergema di pikirannya. Ada janji untuk mengakhiri hubungan dengan Dina, ada harapan kecil yang ia coba genggam demi Reza, namun ada juga ketakutan yang terus menghantuinya—bagaimana jika Indra tak benar-benar berkomitmen? Bagaimana jika cinta Indra pada Dina sudah terlalu dalam?Nadia duduk di tepi ranjang, memandang wajah Indra yang masih tertidur di sampingnya. Raut wajahnya yang tenang dalam tidur seakan tidak mencerminkan pergolakan batin yang mereka hadapi. Tapi Nadia tahu, di balik ketenangan itu, ada rasa dingin yang semakin nyata terasa di antara mereka. Indra bukan lagi pria yang sama seperti ketika mereka pertama kali menikah.Setelah beberapa saat memandangi suaminya, Nadia memutuskan untuk bangun dan memulai hari seperti biasa. Ia menuju dapur, menyiapkan sarapan untuk Reza, be
last updateLast Updated : 2024-12-03
Read more

Bab 116: Kesabaran yang Diuji

Pagi itu terasa lebih sunyi dari biasanya. Suasana rumah yang biasanya penuh dengan keheningan yang menenangkan, kini terasa berat di hati Nadia. Meski Indra sudah mengatakan dengan jelas bahwa perasaannya telah hilang, Nadia masih mencoba bertahan, berpegang pada alasan yang sama—Reza. Demi anak mereka, ia merasa tidak punya pilihan lain selain bertahan, meski hatinya semakin hancur setiap harinya.Seperti biasa, Nadia bangun lebih awal. Ia menyiapkan sarapan untuk Reza dan memastikan segala keperluannya siap sebelum dia berangkat sekolah. Sementara Indra, sejak pengakuan itu, hanya semakin menjauh. Pria itu bahkan hampir tidak berbicara padanya, seolah-olah Nadia hanyalah bayangan di rumah mereka, hadir tapi tidak dilihat.Nadia duduk di ruang makan, melihat piring-piring yang masih tersusun rapi di meja. Sudah lama Indra tidak menyentuh makanan yang ia buat. Sebelum ia sempat merapikan meja, terdengar langkah kaki berat mendekat.Indra muncul dari arah
last updateLast Updated : 2024-12-04
Read more

Bab 117: Pukulan Berulang

Malam itu, setelah kejadian di siang hari, suasana rumah semakin sunyi. Indra belum pulang, dan Nadia duduk sendirian di ruang tamu, merenung. Pikiran-pikiran yang sudah lama ia coba singkirkan kini datang kembali. Apakah ia masih bisa terus bertahan dalam situasi ini? Atau, apakah ia harus mulai menerima bahwa mungkin, mempertahankan rumah tangga ini hanya akan menghancurkan dirinya sendiri?Nadia melirik jam di dinding, sudah hampir pukul sembilan malam. Reza sudah tidur setelah Nadia menceritakan dongeng favoritnya. Setidaknya, putra kecilnya belum mengetahui apa yang sebenarnya terjadi. Namun, Nadia tahu, waktu itu pasti akan tiba, saat Reza mulai bertanya mengapa ayahnya tidak pernah pulang tepat waktu, atau mengapa ayahnya sering kali menghabiskan waktu dengan Dina daripada dengan mereka.Ketukan pintu terdengar pelan, memecah keheningan malam. Nadia terdiam sejenak, jantungnya berdegup lebih kencang. Perlahan, ia berjalan menuju pintu dan membukanya. Di sana ber
last updateLast Updated : 2024-12-04
Read more

Bab 118: Pendar yang Mulai Redup

Pagi hari di rumah besar itu terasa sunyi, tidak seperti biasanya. Matahari yang menembus tirai jendela ruang tamu tak mampu mengusir dinginnya suasana hati Nadia. Ia duduk di meja makan, memandangi secangkir teh yang sudah mulai dingin. Pikirannya melayang jauh, mencoba mencari jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang terus menghantuinya sejak malam sebelumnya.Indra sudah berangkat lebih awal pagi itu, seperti biasa. Sejak pengakuannya tentang cintanya kepada Dina, tidak ada lagi yang tersisa dari kehangatan suami istri di antara mereka. Percakapan yang dulunya akrab, sekarang hanya berupa basa-basi tanpa arti. Nadia menghela napas panjang, tangannya menggenggam cangkir teh itu erat-erat, seolah berharap ada kehangatan yang bisa ia dapatkan dari benda mati itu.Reza yang masih tertidur di kamar atas adalah satu-satunya alasan Nadia tetap berdiri tegak di tengah puing-puing rumah tangganya. Setiap kali ia melihat wajah putranya, ada harapan kecil yang tumbuh di hatinya
last updateLast Updated : 2024-12-05
Read more

Bab 119: Tersesat di Antara Janji dan Kenyataan

Siang itu, rumah terasa lebih hampa daripada biasanya. Indra belum pulang sejak malam sebelumnya, dan Nadia hanya bisa menduga-duga di mana suaminya berada. Ketika ia mencoba menghubunginya pagi tadi, ponselnya tidak aktif. Ini bukan pertama kalinya Indra menghilang seperti ini, tapi entah mengapa, kali ini rasanya lebih menyakitkan. Seperti ada sesuatu yang sedang berubah secara perlahan tapi pasti—sesuatu yang membuat Nadia merasa semakin jauh dari suaminya.Ia duduk di ruang tamu, menghadap ke jendela yang terbuka lebar. Udara siang yang panas membuat tirai berkibar pelan, membawa suara bising dari jalan di luar masuk ke dalam rumah. Nadia menghela napas panjang, matanya menatap kosong ke arah jalanan yang ramai. Tidak ada tanda-tanda kehidupan di dalam rumah itu, hanya kesunyian yang membentang di sekitarnya.Pikirannya kembali melayang pada percakapan mereka beberapa malam yang lalu, ketika Indra dengan terang-terangan mengakui cintanya pada Dina. Saat itu,
last updateLast Updated : 2024-12-05
Read more

Bab 120: Di Persimpangan Hati

Nadia duduk terpaku setelah telepon dari Indra berakhir. Tangannya masih menggenggam erat ponsel, sementara pikirannya melayang-layang tanpa arah. Kata-kata Indra terus terngiang di telinganya—pengakuan yang dingin dan penuh kepastian bahwa ia tak lagi bisa mencintainya. Seolah-olah pernikahan mereka yang selama ini ia perjuangkan hanya tinggal serpihan-serpihan memori yang perlahan memudar.Hari mulai beranjak senja, dan langit di luar jendela perlahan berubah warna menjadi jingga. Nadia tahu bahwa waktu terus berjalan, tapi ia merasa seolah-olah terperangkap dalam kekosongan yang tak berujung. Ia berusaha memahami, mencerna, dan menerima kenyataan bahwa apa yang ia takutkan selama ini telah menjadi kenyataan.Indra benar-benar mencintai Dina. Bukan dirinya.Namun, bagaimana dengan Reza? Pikiran tentang anaknya kembali menelusup masuk, membuat hatinya terasa semakin sesak. Reza tidak pantas tumbuh dalam rumah yang hancur, tapi Nadia juga tidak yakin bisa
last updateLast Updated : 2024-12-06
Read more
PREV
1
...
8910111213
DMCA.com Protection Status