All Chapters of Istri Yang Tidak Pernah Diharapkan: Chapter 151 - Chapter 160

257 Chapters

Jangan Cari Saya

Pelan-pelan Randu sudah mau dengan Utary. Butuh waktu yang tidak sedikit bagi anak itu untuk beradaptasi dan menerima bahwa Utary adalah ibu kandungnya.Saat ini Rajendra sedang memerhatikan Randu yang bermain sendirian. Anak itu bermain lego. Balok-balok berwarna-warni itu begitu menarik perhatiannya. Namun sepanjang pengamatan Rajendra Randu adalah anak yang mudah lelah dan pembosan."Sini, Sayang," panggil Rajendra.Randu merangkak mendekati Rajendra. Rajendra memeriksa anak itu."Randu udah dikasih Mama makan belum?""Am am am ...," jawab Randu dengan bahasa bayinya."Ih, perutnya endut." Rajendra menggelitik perut Randu yang agak besar. Anak itu tertawa terpingkal-pingkal.Sambil memangku Randu, sebuah ingatan membawa Rajendra pada Livia yang sedang hamil.Bagaimana keadaan wanita itu? Ini adalah hari kedelapan mereka tidak bertemu dan tidak juga berkomunikasi.Apa dia baik-baik saja?'Ah, dia kan sudah terbiasa sendiri, jadi tidak ada yang perlu dikhawatirkan,' bisik hati Rajen
last updateLast Updated : 2024-12-16
Read more

Mencari Livia

Rajendra menatap tulisan di post it itu dengan tangan gemetar. Rasanya seperti dihantam berkali-kali tepat di dadanya. Kata-kata 'jangan cari saya' terus berkelindan di kepalanya.Ke mana Livia pergi? Di mana saat ini ia bersembunyi? Rajendra tidak yakin ke rumah ibu tirinya. Kalau Livia memang ke sana ia pasti sudah menerima laporan dari Jihan. Livia juga tidak punya teman. Satu-satunya yang dekat dengannya hanya Langit. Ya, laki-laki itu pasti tahu di mana keberadaan Livia. Tidak mungkin tidak.Tanpa membuang waktu Rajendra langsung menelepon Langit. Tapi tidak ada jawaban."Sialan. Dia pasti sengaja."Rajendra akan ke tempat langit sekarang. Tapi sebelumnya ia memeriksa CCTV selama delapan hari ke belakang. Hasilnya nihil. Livia mematikannya.Rajendra hampir saja melempar ponselnya akibat terlalu frustrasi. Napasnya memburu. Pikirannya dilingkupi oleh berbagai spekulasi yang membakar dadanya. Nama Langit terus berputar di benaknya.Langit adalah satu-satunya orang yang mungkin tahu
last updateLast Updated : 2024-12-16
Read more

Tidak Pernah Segalau Ini

Rajendra berada di luar apartemen Langit setelah didorong dengan paksa oleh lelaki itu. Pintu apartemen dibanting keras hingga nyaris menghantam wajahnya. "Crap!" rutuk Rajendra sembari mengelus-elus dahinya yang hampir saja menjadi korban. Amarah yang menggelegak di dalam dirinya tidak kunjung surut. Berdiri di koridor, pandangan Rajendra terpusat ke arah pintu apartemen Langit yang kini terkunci rapat. Napasnya terengah-engah. Perasaan kusut melingkupinya. Perkataan Langit terus menusuk-nusuk gendang telinganya. 'Gue nggak tahu dia ada di mana. Kalo pun gue tahu, gue nggak bakal ngasih tahu lo.' Perkataan tersebut begitu mengganggunya. Menusuk ke relung hatinya yang paling dalam. Ia benci mengakuinya. Tapi mungkin Langit benar. Livia pergi karena dia sudah terlalu lelah dengan semua Rajendra. Di balik perasaan bersalah yang mulai menelusup Rajendra tidak bisa membiarkan segalanya terjadi begitu saja. Tidak peduli betapa buruknya hubungan mereka selama ini, Livia tetap istr
last updateLast Updated : 2024-12-17
Read more

Belum Menyerah

Siang itu Rajendra membawa kakinya masuk ke kantor dengan ekspresi muram. Ketika melihatnya muncul, Tasia, sekretarisnya berjalan menyongsong dengan setumpuk dokumen di tangan."Pak, ada beberapa dokumen yang harus segera ditandatangani. Termasuk proposal kerjasama dengan PT. Budi Baik." Tasia menyampaikan, mencoba bersikap profesional tanpa ia tahu suasana hati Rajendra sedang tidak baik-baik saja.Rajendra berhenti di depan meja kerjanya, memandangi tumpukan dokumen di tangan Tasia dengan sorot menusuk. Irama napasnya begitu berat dan pikirannya bercampur aduk soal Livia yang menghilang tanpa jejak."Kamu pikir saya nggak punya kerjaan lain selain tanda tangan kertas-kertas nggak penting itu?" tegur Rajendra dengan suara keras.Tasia kaget, wajahnya berubah pucat. "Saya hanya mengikuti arahan Bapak. Dokumen ini urgent--""Semua kamu anggap urgent! Kamu nggak lihat wajah saya lagi kusut? Apa saya harus peduli sama dokumen itu sekarang?"Suasana mendadak tegang. Tasia terdiam ketaku
last updateLast Updated : 2024-12-17
Read more

Rencana Mencelakai Livia

Rajendra pulang ke apartemen yang disambut oleh wajah masam Utary. Perempuan itu kesal lantaran kemarin Rajendra tidak menginap di tempatnya. Banyak panggilan telepon darinya yang juga Rajendra abaikan.Rajendra membuka pintu apartemen dengan ekspresi lelah. Badannya yang tadi sempat kena hujan membuatnya kedinginan."Ke mana aja kamu semalaman?" ketus Utary begitu melihat wajah Rajendra. Ia berdiri dengan tangan bersedekap di dada dengan tatapan tajam ke arah Rajendra.Lelaki yang ditanya tidak seketika menjawab. Ia meletakkan kunci mobil di meja dan menyampirkan jasnya di punggung kursi. "Kan udah kukasih tahu tadi," ucapnya singkat."Apa rumah itu ada magnetnya sampai-sampai kalau udah di sana kamu lupa sama kamu dan anak kita? Apa yang perempuan cacat itu kasih ke kamu, hah?" Utary mencecar Rajendra tanpa jeda.Rajendra batal melangkah. Kalimat terakhir yang dilempar Utary membuat darahnya mendidih. Ia menatap Utary dengan sorot tajam yang mampu membuat siapa saja gentar."Watch y
last updateLast Updated : 2024-12-18
Read more

Firasat Yang Diabaikan

Beberapa hari yang lalu ...Malam itu Livia merasakan udara begitu dingin. Angin malam berembus dari celah-celah jendela. Membuat tubuhnya yang lelah bertambah menggigil.Livia duduk sendiri di sofa ruang tamu ditemani kesunyian. Ini adalah hari kelima Rajendra pergi dari rumah dan menginap di apartemen Utary. Sebelumnya Livia sempat mendengar pembicaraan Rajendra melalui telepon yang akan menjemput Utary ke bandara. Sebelum pergi Rajendra memberhentikan Asih lalu pergi membawa Randu dan tidak kembali hingga saat ini.Sambil menyelesaikan rajutan sweater untuk Rajendra yang tinggal sedikit lagi, Livia memegangi perutnya yang semakin berat. Bayi di dalam kandungannya sangat aktif bergerak. Namun kali ini setiap pergerakannya membuat Livia merasa sakit.Livia mengelus perutnya dan berujar pelan. "Kenapa, Nak? Kamu baik-baik aja kan, Sayang?"Lama kelamaan rasa sakit tersebut terasa semakin hebat, seperti gelombang besar yang menghantam tiba-tiba. Livia menggigit bibir, menahan erangan d
last updateLast Updated : 2024-12-19
Read more

Menyerah

Aroma khas rumah sakit memenuhi ruang rawat berwarna putih.Livia terbaring lemah di atas bed dengan wajah pucat pasi. Sepasang matanya terpejam rapat. Irama napasnya terdengar pelan namun berat. Sebuah infus terpasang di tangan kirinya, mengalirkan cairan berisi nutrisi untuk tubuhnya.Sedangkan Langit duduk di kursi di samping tempat tidur Livia dengan wajah yang masih diselimuti kekhawatiran. Ia menatap Livia dengan sorot sedih yang tidak bisa disembunyikan. Sebelah tangannya terus menggenggam tangan Livia yang dingin, seakan ingin memberitahu Livia bahwa ia tidak sendirian. Ada Langit yang menemaninya.Sepuluh menit kemudian kelopak mata Livia terbuka dengan perlahan. Pandangannya buram, akan tetapi ia bisa melihat presensi langit yang duduk di dekatnya. Livia mencoba untuk bicara. Namun, hanya suara lirih yang keluar."Langit, ini kamu?"Langit memberi senyum tipis walaupun matanya masih memancarkan kekhawatiran. "Iya, ini aku, Liv. Aku akan tetap di sini jagain kamu. Kamu istira
last updateLast Updated : 2024-12-19
Read more

Perlukah Menyewa Detektif?

Hari-hari yang dilalui Rajendra terasa hampa. Hampir setiap hari ia datang ke rumah. Namun rumah itu tetap kosong. Tidak ada Livia di sana. Kejadian yang terjadi pada kehidupan pribadinya sampai terbawa ke dunia kerja. Rajendra jadi sering marah pada para pegawainya.Rajendra duduk di kursi kerjanya dengan raut kusut. Kertas-kertas berserakan di mejanya tatapi tidak ada satu pun yang dipedulikannya. Pikirannya tidak jauh-jauh dari Livia yang sudah pergi meninggalkan rumah. Seharusnya saat ini Rajendra bahagia lantaran Livia, istrinya yang cacat dan membuatnya malu sudah pergi. Yang terjadi malah sebaliknya. Ia tidak bisa membuang perempuan itu jauh-jauh dari pikirannya meski sudah dua minggu berlalu. Ke mana pun ia memandang hanya wajah Livia yang terlihat.Sikap Rajendra berubah dengan dratis. Ia mudah marah pada siapa pun termasuk karena hal-hal sepele. Para pegawainya mulai sering membicarakan Rajendra di belakangnya. Membahas sikap dan perilaku atasan mereka yang semakin tidak ter
last updateLast Updated : 2024-12-19
Read more

Gone Wife

Rajendra baru saja masuk ke dalam coffee shop di lingkungan kantornya ketika mendengar ponselnya lagi-lagi berbunyi. Dengan kesal ia merogoh saku celananya. Jantungnya berdebar kencang ketika melihat nama Jihan tertera di layar. Jangan-jangan mertuanya itu ingin memberitahu pada Rajendra mengenai Livia. Jangan-jangan Livia ada di sana. Dan masih banyak lagi jangan-jangan yang bersarang di kepalanya."Halo, Tante.""Halo juga, Ndra. Kamu lagi sibuk?""Nggak juga, Tante. Tumben Tante menelepon?" Degup jantung Rajendra mengencang. Mungkinkah sebentar lagi ia akan mendengar Jihan mengatakan 'Ndra, Livia ada di sini'?"Kebetulan kalau begitu. Berarti Tante nggak mengganggu. Tante mau tanya, kenapa biaya pengobatan Tante bulan ini belum dikirim?"Rajendra mengepalkan sebelah tangannya yang bebas. Ia mencoba menahan kekesalan yang yang menggumpal di dalam dadanya. Rajendra sudah teramat lelah dengan semuanya, ditambah lagi panggilan dari Jihan yang hanya menagih uang membuatnya tidak mampu m
last updateLast Updated : 2024-12-20
Read more

Tes DNA

Di tempat yang lain Livia sedang merajut. Kali ini ia membuat topi bayi. Topi itu baru setengah jadi namun sudah terlihat indah dan menggemaskan berkat perpaduan warnanya. Livia memang sangat berbakat dalam hal merajut dan piawai memadumadankan warna. Dentingan dari ponselnya membuat Livia mengalihkan sejenak perhatiannya ke arah benda itu yang ia letakkan di atas meja. Ia meraihnya. Ia tahu itu dari Langit. Karena hanya Langit satu-satunya yang tahu SIM card baru Livia. "Liv, aku lagi sama Rajendra, ngopi di dekat kantor." Itu isi chat dari Langit. Livia pandangi layar ponselnya dengan cukup lama. Pesan yang disampaikan Langit bagai membawa angin dingin yang menusuk sampai ke tulang sumsum. Nama Rajendra masih memiliki efek yang kuat padanya walaupun ia telah mencoba keras melupakan lelaki itu. Diletakkannya kembali ponsel ke atas meja dan melanjutkan rajutannya. Tapi entah mengapa tangannya terasa gemetar. Kenapa Langit mengabarkan padanya? Apa maksudnya? Pertanyaan-pe
last updateLast Updated : 2024-12-20
Read more
PREV
1
...
1415161718
...
26
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status