Home / Horor / Gairah Khodam Leluhur / Chapter 11 - Chapter 20

All Chapters of Gairah Khodam Leluhur: Chapter 11 - Chapter 20

39 Chapters

Susahnya Mencari Bantuan

Lama larut dalam tanda tanya, Firyan akhirnya memutuskan untuk keluar mencari makanan untuk istrinya. Persetan dengan kondisi rumah yang seperti kapal pecah. Itu urusan belakangan. Yang terpenting saat ini adalah urusan perut anak dan istrinya. "Gue mau keluar, cari makan buat elu!" Pamit Firyan pada Lea yang tengah menyusui Mora di dalam kamar. Wanita itu tak henti-hentinya meneteskan air mata. "Carilah, Bang! Biar kamu tahu apa yang kurasain selama tiga hari itu," jawab Lea dengan nada yang lemah tanpa ingin menoleh ke suaminya. Firyan menghalau rasa kesalnya. Dia berjalan pincang ke luar rumah, mencari pinjaman ke sana ke mari, tetapi tidak mendapatkan hasil. Pekerjaan pun tidak ada. Sejauh usahanya, dia hanya mampu menggerutu pada angin laut. Semua orang di sana memandang dirinya sebelah mata. Tak satu pun yang mau mengulurkan tangan meski itu atas nama istri dan anaknya. Firyan menjerit putus asa. Benar apa yang dikatakan Lea. Tidak semudah itu mencari makanan di luar. Namun,
last updateLast Updated : 2024-10-30
Read more

Beratnya Menjadi Bapak Rumah Tangga

Puas menjerit, Firyan langsung berlari ke kamar. Menghampiri Mora untuk meredakan perasaannya. Bayi itu masih tertidur. Laki-laki itu meringkuk di samping putrinya. Entah harus memulai dari mana mengatur napasnya yang masih tersengal, dia mesti dikejutkan oleh ketukan pintu secara berulang-ulang.Firyan menutup telinganya rapat-rapat. Akan tetapi, suara gedoran itu terus saja mengusiknya. Makin dibiarkan makin nyaring. Lelaki tersebut mendekap Mora supaya tidak terbangun."Bang, buka! Cepetan!" Kali ini suara gedoran diiringi dengan suara wanita yang sangat familiar. Firyan ragu-ragu membuka pintu."Ngapain aja, sih, Bang? Buka pintu, kok, lama bener. Pegel aku, Bang. Capek!" Firyan diberondong dengan omelan. Kepulangan Lea secara tidak sengaja telah membunuh rasa takut dan tremor Firyan. Perempuan itu melesat masuk secepat kilat, meninggalkan suaminya yang tercengang."Shit! Sejak kapan Lea bisa ngomel-ngomel gitu?" gumam Firyan seraya menutup pintu dengan perasaan merinding.Firyan
last updateLast Updated : 2024-11-12
Read more

Sikap Lea yang Makin Menjadi

"Udah berani sama suami, hah?" Firyan meremas dagu Lea."Kenapa aku harus takut sama suami zolim sepertimu, Bang!" Lea berhasil melepas tangan besar suaminya dengan kekuatan kecil yang dia miliki."Zolim elu bilang?" Firyan tampak tercengang."Sebutan apa yang pantes untuk suami yang ngebiarin istrinya ngerjain urusan rumah tangga dan ngurus anak sendirian dengan kondisi enggak makan berhari-hari?"Penjelasan Lea dengan suara yang lembut menampar kesadaran Firyan begitu dalam. Pria itu tak mampu lagi berkata-kata. Apa yang terjadi waktu itu ternyata sangat melukai hati Lea. Jelas Firyan merasa sangat bersalah. Akan tetapi, dia tidak ingin mengakui.Lea langsung beranjak menuju kamar. Firyan dengan cepat menyusulnya. Lelaki itu kemudian menyahuti pertanyaan Lea yang sebenarnya sudah tidak diinginkan oleh Lea. "Asal elu orang tahu aja Lea, gue juga kelaparan. Gue enggak makan selama berhari-hari. Selama elu pergi-pergian gue juga enggak diem aja di rumah." Pandangan Firyan kemudian bera
last updateLast Updated : 2024-11-12
Read more

Ayok, cerai!

"Aku liat istri kamu sama pria asing ngelakuin hal yang enggak senonoh," ucapnya. Firyan mengepalkan tangan, telinganya memerah mendengar sepenggal kalimat yang tak pernah dia inginkan."Kasih ... gimana elu orang bisa ngomong kek gitu?""Aku bisa ngomong karena aku ngeliat pake mata kepalaku sendiri. Aku enggak sengaja lewat depan kafe baru yang ada di ujung itu," jawab Kasih. Firyan menoleh, lalu mengambil posisi berhadapan dengan gadis cantik itu. Dia bergumam, "Jadi itu tempat baru?""Yakin?" Firyan memastikan."Aku tahu itu enggak mudah, tapi kamu bisa cek sendiri tiap kali istri kamu pergi karena sepertinya dia udah terbiasa," jawab Kasih."Gue anter pulang, ya. Ga baik cewek keluar gelap-gelap sendirian." Firyan menggandeng tangan Kasih dan mengantarnya pulang sampai ke tugu perbatasan. Kasih pun hanya menurut tanpa berkata apa-apa.Firyan yang patah hati berjalan tanpa tujuan setelah mengantar Kasih. Berulang kali jejak merah di tubuh istrinya mengapung di kepala. Makin mencob
last updateLast Updated : 2024-11-13
Read more

Peristiwa 16 Tahun yang Lalu

Firyan melempar tubuh Bagas yang sudah babak belur itu ke tembok. Pandangannya yang penuh kebencian beralih ke lelaki yang menjadi satu-satunya orang yang berani menganggunya."Berani banget lu muncul depan gue, Bangke!?" Firyan meremas kerah gamis yang dipakai lelaki berpawakan kurus tersebut. Tangan dan seluruh tubuhnya bergetar karena guncangan emosi."Tenangkan dirimu, Firyan!" Lelaki tua itu berkata dengan sangat tenang. Tentunya membuat rahang bapak muda tersebut makin mengeras."Gimana bisa? Bertahun-tahun gue nahan diri, ngelepas dajal kaya lu orang buat hidup. Tiba-tiba muncul dan mau jadi pahlawan buat pengkhianat itu, hah?" Firyan menekan keras kata "pengkhianat" dan tanpa basa-basi meluapkan semua amarahnya kepada pria malang itu. Namun demikian, lelaki tua itu tetap bersikap tenang. Bahkan, membiarkan Firyan memukulinya sampai berdarah-darah."Yan, sadar! Dia bisa mati!" Bagas yang sekarat berusaha menghentikan tindakan brutal sang sahabat."Diem lu orang, An*ing!"Firyan
last updateLast Updated : 2024-11-13
Read more

Pria Asing di Dalam Lemari

Firyan menarik kerah baju yang tidak dia kenali, lalu melemparnya ke arah Lea. Perempuan itu membeku. Bahkan, tak bergerak sama sekali."Jangan salah sangka. Saya tukang service panggilan," elak seorang lelaki yang baru saja Firyan tarik keluar dari lemari."Iya, Bang. Aku panggil dia buat benerin lemari. Aku kerepotan dan udah capek. Abang pun lama pulang. Ya, jadi aku panggil dia," Lea menjawab tatapan tajam Firyan yang diarahkan kepadanya. Firyan tak mengucap sepatah kata pun. Semua orang tampak merasa takut ketika Firyan mulai mengangkat tangannya."Duduk di depan. Istirahat, gue bikinin minum. Gue juga lagi haus." Firyan mendaratkan tangannya ke pundak lelaki yang berpenampilan kasual itu. Lea segera membuang napas. Siratan wajahnya tidak dapat diterka.Firyan membawa langkahnya menuju dapur. Gemericik air putih yang dia tuang meriuhkan isi kepalanya yang ingin meledak, lalu serta merta membawanya bersama ke ruang tamu. Lelaki itu menatap istrinya penuh makna, kemudian duduk di a
last updateLast Updated : 2024-11-14
Read more

Kepergian Firyan Dibayar Nyawa

"Mora ...." Sebuah nama terurai lirih dari bibir yang begitu kering. Tidak ada satu manusia pun yang menyahut kecuali kicauan burung dan air yang tergulung angin.Firyan mendudukkan tubuhnya yang berlumur pasir dengan penuh kepayahan. Matanya yang masih berkabut berkelana ke sepanjang pesisir. Butiran halus pasir yang bertabur acak di wajahnya tersapu oleh lelehan air mata. Dalam sekejap wajah pucatnya menjadi merah. Sesuatu yang hanya berjarak tiga langkah darinya itulah yang menjadi penyebab.Firyan menggerakkan tubuh, tangannya yang masih terluka terulur ke sosok yang terkulai di depannya. Dengan gemetar, Firyan membawanya ke dalam pelukan. Air matanya berjatuhan. Jiwanya yang dirundung luka mulai bergejolak. Firyan berteriak hebat dan memukuli dirinya sendiri."Mora!""Bangun, woy! Bangun, Sayang! Mereka udah enggak kejar kita orang."Seberapa keras Firyan berbicara, tak sekalipun Mora merespon. Sebuah kondisi yang membuat dia segera menyadari bahwa bayi mungil yang sudah dingin i
last updateLast Updated : 2024-11-14
Read more

Gadis Kecil yang Menjilat Sepatu

"Jadi, nama kamu Firyan?" tanya wanita paruh baya tersebut setelah kepergian pria yang membawa Firyan ke sana. Firyan mengedipkan pandangannya yang tajam seolah tak ingin kalah dalam hal wibawa."Saya Anik! Mulai sekarang kamu bekerja sebagai penanggungjawab anak-anak."Firyan merasa lega untuk sesaat. Namun, perasaannya berubah ketika majikan barunya membawanya ke area pondok yang dikelilingi pagar besi bermuatan listrik. Di halaman pondok tampak seorang anak laki-laki melihat kedatangan mereka dengan sorot penuh takut. Firyan berusaha menyapanya, tetapi tiba-tiba bocah itu berlari ke sisi pondok, berdiam di sana sambil memikul keranjang berisi pisang."Tugas kamu mengatur dan mendisiplinkan mereka! Saya kasih kamu dua juta per bulan. Paham? Saya pergi dulu." Firyan yang masih terpaku pada bocah kecil itu sedikit terkejut dengan tindakan bos yang tiba-tiba memberinya buku berisi tugas-tugas yang harus dia kerjakan. Dan ketika dia mengalihkan pandangannya, apa yang ada di hadapannya s
last updateLast Updated : 2024-11-16
Read more

Misteri Pondok Anik

"Weh, lu orang ...." Firyan bergegas melepas kawat duri yang membelenggu tubuh anak malang itu."Firyan! Apa-apaan?" Tiba-tiba Anik datang berteriak. Firyan menoleh dan melihat wajah anak-anak itu diliputi rasa takut."Apa-apaan? Dia orang kesakitan! Enggak liat badan dia orang banyak darah, hah?" Firyan berteriak balik."Sekali lagi kamu sentuh dia, saya akan ganti dia dengan anak yang lain.""Enggak waras, ya, elu orang?" cebik Firyan."Jangan lancang kamu, ya! Itu adalah hukuman karena dia enggak taat aturan! Itu berlaku untuk semua orang! Denger kalian semua, jangan ada yang berani bantu dia! Firyan, saya tunggu setorannya!" Setelah memberi ancaman, wanita yang sudah berumur itu pun melenggang.Firyan untuk sementara, hanya bisa menyuruh anak-anak untuk masuk dan beristirahat. Dia sama sekali tak berdaya dan memutuskan untuk meninggalkan anak laki-laki malang itu dengan dada yang sesak.Di meja yang berserakan dadu dan minuman keras, Firyan melempar tumpukan uang kertas. Itu uang
last updateLast Updated : 2024-11-16
Read more

Ruang Rahasia Anik

"Woy, ngapain?" Teriakan Arman membuat linggis di tangan Firyan luruh begitu saja."Bangsat lu orang!" umpat Firyan."Cepetan, aku kebelet!" Arman menyeruak dan mendorong Firyan keluar."Bangke!" kesalnya. Akhirnya, dia kembali ke kamar walau didera rasa bingung. Pasalnya, suara tangisan itu hilang bersama dengan datangnya Arman.Waktu sudah menunjukkan pukul 03.09 dini hari. Anak-anak terlihat benar-benar tidur. Karena melihat keadaan sudah mulai membaik, Firyan memilih untuk beristirahat. Namun, ketika dia memejamkan mata, dia malah diperlihatkan sebuah adegan yang mengerikan.Dalam kegelapan, sosok bocah tanpa kepala mendatanginya. Isak tangis yang dia dengar di toilet kembali membuat gaduh. Firyan diserang rasa takut yang hebat. Namun, sosok itu tak mau melepaskannya meskipun dia sudah tertatih-tatih."Pergi lu makhluk sialan!" Setelah berteriak, makhluk mengerikan itu menghilang. Pandangannya menjadi terang. Seketika, dia bangun dengan napas terengah-engah.Anehnya, suara tangisa
last updateLast Updated : 2024-11-17
Read more
PREV
1234
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status