Home / Pendekar / Beauty Lies in the Eyes / Chapter 31 - Chapter 40

All Chapters of Beauty Lies in the Eyes: Chapter 31 - Chapter 40

51 Chapters

Racun Iblis: Tragedi Masa Lalu Terulang Kembali

Sementara itu, suasana tegang kembali menyelimuti Kerajaan Liang, lebih tepatnya di ruang sidang istana. Kaisar sangat murka. Meskipun Putra Mahkota Xiao Zhaoyang telah berhasil mengadili kasus bunuh diri massal di Meihua Gong yang melibatkan putra Marquis Lai Luo Que. Namun, tidak ada prestasi yang cukup besar untuk menutupi kesalahan fatalnya: mengunjungi Meihua Gong, tempat yang sama sekali tidak pantas dikunjungi oleh putra mahkota. Tak hanya Zhaoyang yang dipanggil, Pangeran Xiao Wu Yan—yang seharusnya menjaga kakaknya—juga dihadapkan pada hukuman.Kedua pangeran melangkah masuk ke ruang utama dengan tenang. Dinding-dinding yang biasanya megah kini seolah memancarkan ketegangan, dipenuhi dengan bayangan masa lalu yang kelam. Tatapan Kaisar—yang dahulu dikenal sebagai Bocah Iblis, pemimpin pembunuh Sungai Kegelapan—tajam dan dingin, cukup untuk membuat pejabat paling berani gemetar. Namun, kedua putranya tidak terpengaruh. Langkah mereka tetap ringan, penuh percaya diri."Salam
last updateLast Updated : 2024-11-17
Read more

Misi Dua Pangeran

"Maksudmu..." Perkataan Shangguan Mai tertahan, bibirnya gemetar. Bayangan masa lalu yang kelam kembali menghantui. Ia tak bisa menahan rasa takut yang perlahan menjalar. Berapa banyak lagi korban yang harus jatuh? Tragedi ini... apakah keluarganya akan direnggut sekali lagi?"Ya, seperti yang Yang Mulia Ratu bayangkan," Su Yan Li memulai dengan nada datar, namun penuh beban. "Dalam semalam, Kota Dacang berubah menjadi lautan darah. Banyak penduduk tewas mengenaskan, diserang oleh sesama warga yang terinfeksi racun misterius. Kota megah itu kini menjadi kota mayat hidup, tak lebih dari reruntuhan yang dipenuhi dengan makhluk-makhluk tak bernyawa," jelas Su Yan Li.Wajah Kaisar memucat, sementara tatapan Shangguan Mai mengeras. Mereka saling bertukar pandang, menyadari ketakutan yang menggerogoti hati mereka. Apakah ini ulah pengkhianat dari dalam istana lagi? Semua pengikut Putri Xiao Fei Feng sudah dibereskan, tapi siapa yang kali ini akan mengkhianati mereka?Atau... Apakah ini bal
last updateLast Updated : 2024-11-18
Read more

Perjalanan Mencari Kebenaran

Setelah Kaisar mengeluarkan perintah, rombongan penyelidik dari Kementerian Hukum dan Balai Neraka melaju menuju Kota Dacang, dipimpin oleh Putra Mahkota Xiao Zhaoyang dan didampingi oleh Su Yan Li. Kereta-kereta mereka penuh dengan bahan makanan dan obat-obatan untuk penduduk Dacang yang kelaparan dan terluka akibat kekacauan yang terjadi. Kota yang dulu megah kini dilanda kematian dan kekacauan, dan racun yang menyebar telah mengubah penduduknya menjadi makhluk yang mengerikan.Di antara para penyelidik, Cui Xing mencuri perhatian dengan sigap membawa peralatan autopsinya. Keberaniannya dalam menghadapi situasi sulit tampak jelas. Ia lebih memilih bekerja di lapangan, di mana kebebasan dan petualangan menjadi daya tarik utama baginya, jauh dari aturan yang membatasi dirinya. Cui Xing memandang dengan cermat sekelilingnya, memperhatikan lingkungan yang kian memburuk, dan memikirkan puluhan mayat yang akan diperiksanya nanti. Di tengah ketegangan itu, tirai kereta Putra Mahkota sedik
last updateLast Updated : 2024-11-19
Read more

Kehampaan yang Membara

Di sudut Istana Dingin, yang nyaris dilupakan oleh waktu, Shen Ying duduk di tepi jendela, menatap hamparan salju yang terus turun tak henti. Paviliun tempatnya dikurung terlihat suram dan muram, seakan mencerminkan kekosongan hatinya. Tubuhnya dipenuhi luka, sisa-sisa hukuman yang ia terima kemarin akibat melindungi Wang Shui, tetapi tak satu pun dari lukanya terasa. Bukan hanya rasa sakit fisik, tapi juga emosional. Kehidupan Shen Ying adalah kehampaan yang dingin.Di ranjang sempit dan usang, Shen Ying duduk dengan tubuh lemah, matanya kosong menatap keluar jendela. Jika ia mampu merasakan, mungkin ia akan menangis. Air mata yang keluar dari matanya hanyalah respon dari tubuhnya bukan dari jiwanya. Baginya, tangisan ataupun kesedihan adalah hal yang tidak dimengerti. Di belakangnya, Wang Shui, pelayan setianya, berjalan perlahan, air mata jatuh tanpa bisa ditahan. Setiap hari, melihat penderitaan nona kecilnya membuat hatinya perih, dia selalu bertanya-tanya, kapan kebahagiaan ak
last updateLast Updated : 2024-11-20
Read more

Misteri Kota Dacang

Di Kerajaan Liang, suasana di Kota Dacang berbanding terbalik dengan suasana ibukota Huanxi yang diterpa musim dingin. Kota Dacang yang dulunya pusat perdagangan sutra kini hanya menyisakan kengerian. Rumah-rumah kosong, bayangan bangunan yang runtuh dan jalanan yang dipenuhi tubuh-tubuh membeku dalam keheningan. Aroma busuk bercampur dengan angin dingin yang menghempas, membuat setiap tarikan napas terasa berat. Rombongan Xiao Zhaoyang bergerak pelan, menembus kabut tebal yang mengelilingi gerbang kota. Mata-mata penduduk yang bersembunyi di balik celah pintu dan jendela memancarkan ketakutan yang nyaris melumpuhkan. "Tak ada yang berani keluar. Mereka seperti takut pada sesuatu yang lebih buruk dari kematian." Su Yan Li berkata, suaranya pelan namun jelas mengandung nada waspada. Zhaoyang mengangkat tangannya, menenangkan pasukannya. "Kami datang untuk membantu. Jika kalian tidak membukakan gerbang, bagaimana aku bisa menyelamatkan kalian?" Suara Zhaoyang menggema di antara ban
last updateLast Updated : 2024-11-21
Read more

Misteri Ulat Sutra Guangshi: Dendam Masa Lalu Menyelimuti Kerajaan Liang

Setelah keluar dari ruang autopsi, Cui Xing melangkah cepat menuju ruang pengadilan Kota Dacang. Pemandangan pohon-pohon plum yang indah di sekitar tempat itu terlihat ironi, mengingat fungsinya yang sebenarnya—sebuah tempat penyiksaan untuk memaksa seseorang mengakui dosanya. Warna merah gelap bunga plum yang mekar selaras dengan darah-darah dan kegelapan yang menyelimuti ruang pengadilan, menciptakan suasana yang menakutkan. Seolah-olah keindahan dari tempat itu mencoba mengingatkan kehidupan yang telah hilang dibalik dinding pengadilan. Cui Xing berjalan dengan percaya diri mendekati seorang penjaga bertubuh kekar yang sedang berjaga di gerbang pengadilan. Tatapannya dingin dan ada lingkaran hitam di bawah matanya menunjukkan betapa lelahnya dia setelah melakukan perjalanan panjang. "Apa interogasi yang dilakukan oleh Putra Mahkota sudah selesai?" tanyanya, tanpa basa-basi. "Aku harus bertemu dengannya. Ada laporan penting yang perlu kusampaikan.""Yang Mulia sudah pergi. Kau t
last updateLast Updated : 2024-11-22
Read more

Paviliun Bayangan

Di Kerajaan Huanxi, suasana di Paviliun Bayangan sangat kontras dengan Kota Dacang yang penuh ketegangan. Paviliun ini seolah tenggelam dalam keheningan gelap, meskipun udara dingin di sekitarnya terasa berat dengan aura kematian. Pangeran Xiao Wu Yan yang dibawa paksa—atau lebih tepatnya menyerahkan diri untuk dibawa ke tempat itu—berjalan dengan tenang. Wajahnya tetap santai, meskipun tangan dan kakinya diikat dengan sangat kuat. Dua pembunuh bayaran yang mengawalnya menatapnya dengan penuh waspada, seolah-olah mereka mengerti ada yang aneh dengan pria muda ini.Tanpa membuang waktu, mereka langsung mendorongnya ke dalam sel gelap di bawah paviliun. Dinding batu yang dingin memantulkan bunyi rantai yang terjatuh. Penjara ini bukan penjara biasa; di setiap sudutnya, terdapat para tahanan yang terlihat sangat tersiksa, sorot mata mereka tak lagi menggambarkan kehidupan, melainkan sebuah kematian. "Bukankah kau sudah berjanji untuk mengatakan siapa dirimu dan tujuanmu untuk mencari ta
last updateLast Updated : 2024-11-23
Read more

Kerja sama antara Wu Yan dan Shen Ying

"Kau tidak perlu khawatir tentang tubuhku yang penuh luka. Yang perlu kau khawatirkan saat ini adalah hidupmu, karena sebentar lagi kau mungkin akan kehilangan nyawa," ujar Shen Ying, mencoba menghilangkan perasaan asing yang tiba-tiba muncul di hatinya. Perasaan itu, seperti getaran hangat yang mengusik hatinya yang dingin, berusaha ia abaikan. Alih-alih mencari tahu siapa pemuda yang telah mengguncangkan ketenangannya, ia lebih memilih untuk menghabisinya.Wu Yan, yang kini kewalahan dan kelelahan menghadapi serangan Shen Ying, berusaha mengontrol napasnya. "Apa kau tidak khawatir dengan pria tua itu? Jika terlambat, dia akan mati mengenaskan," ucap Wu Yan sambil melirik ke arah Mu Qing Cheng, yang tampak larut dalam ilusi kematian akibat racun yang disebar Wu Yan. Dalam hatinya, Wu Yan merasakan ketidakberdayaan; melihat seseorang terjebak dalam kondisi seperti itu sangat menyakitkan, namun ia tahu dirinya tidak bisa memperlihatkan kelemahan. Jika ia bersikap lembut seperti biasan
last updateLast Updated : 2024-11-24
Read more

Kemunculan Pria Misterius

Sementara itu, di Kota Dacang, Su Yan Li tampak gelisah, matanya terfokus pada langkah Putra Mahkota Zhaoyang yang mantap menuju ruang autopsi. Meskipun dia adalah Ketua Balai Neraka, di dalam hatinya bergelora kecemasan yang dalam. Dia bukan hanya pelindung kerajaan; dia juga sahabat ibunda Zhaoyang. Jika sesuatu yang buruk terjadi padanya, dia tahu amarah Ratu Shangguan Mai akan meluluhlantakkan segalanya.Kelopak bunga plum yang berguguran di taman ruang autopsi menciptakan kontras yang tajam dengan suasana hati Su Yan Li yang kacau. Dengan setiap langkah Zhaoyang, ketakutannya semakin besar. Ketika ia melihat pintu autopsi yang dingin dan mengancam, Su Yan Li berusaha menenangkan dirinya. Namun, tidak mungkin baginya membiarkan Zhaoyang melangkah lebih jauh."Tunggu, Zhao'er," kata Su Yan Li, dengan nada penuh ketegangan. Ia berdiri di hadapan Zhaoyang, tangannya terangkat sedikit, mencoba untuk menahannya. "Kau tak bisa pergi ke sana. Ini terlalu berbahaya. Aku menghentikanmu buk
last updateLast Updated : 2024-11-25
Read more

pertarungan Sengit dengan Pria Misterius

Malam itu, angin berdesir lebih kencang dan terasa sangat dingin dari biasanya, seolah membawa pesan ancaman yang tak terlihat. Kupu-kupu magis hitam milik Zhaoyang berputar-putar di udara, mengikuti jejak pria misterius yang membawa mayat wanita tua. Serbuk pemikat yang telah ditaburkan di tubuh wanita itqu bercahaya samar di bawah sinar bulan, menjadi penuntun bagi Zhaoyang dan pasukannya yang mengikuti dari jauh, menyusuri jalan setapak di sepanjang sungai."Apa kau yakin kupu-kupu magismu itu bisa membawa kita pada dalang dibalik kasus misterius ini? tanya Cui Xing, tanpa menoleh, pandangannya lurus ke depan. Tangannya erat menggenggam kendali kuda, suaranya dingin penuh dengan keraguan.Namun, Zhaoyang hanya diam, enggan merespons Cui Xing. Rasa kesal mulai menyelimuti hatinya; Cui Xing terlalu keras kepala—terus mendesaknya meski sudah dilarang ikut. Seharusnya dia sadar bahwa bahaya yang mengintai di depan tak main-main. Musuh yang akan mereka hadapi sangat berbahaya. "Bagaima
last updateLast Updated : 2024-11-26
Read more
PREV
123456
DMCA.com Protection Status