Home / Romansa / Terjebak Dua Cinta / Chapter 11 - Chapter 20

All Chapters of Terjebak Dua Cinta: Chapter 11 - Chapter 20

55 Chapters

Bab 11 - Membagi Hati

11Kedatangan Farzan yang bertepatan dengan azan magrib, mengejutkan orang-orang di kediaman Saad. Tanti yang menemui calon suaminya dengan ditemani Nabila, mengulaskan senyuman ketika Farzan menyerahkan satu buket bunga. "Buatku, nggak ada, Mas?" tanya Nabila. "Nanti kubelikan," balas Farzan. "Beneran, loh, ya." "Hu um. Mau bunga apa?" "Tulip, minimal dua puluh tangkai. Lalu diselipkan kartu ATM dengan saldo minimal seratus juta." "Waduh! Perampokan itu." Keduanya tergelak, sementara Tanti hanya menggeleng pelan. Perempuan bermata cukup besar mengajak Farzan duduk, kemudian dia memberikan buket bunga pada Nabila yang membawanya ke dalam. "Mas nggak salat?" tanya Tanti. "Mau. Numpang salat di sini," jawab Farzan. "Ehm, mau minum apa? Kubuatin sambil nunggu Mas salat." "Kopi susu." Tanti mengangguk Dia hendak berdiri, tetapi dicegah Farzan. "Ada apa?" tanyanya. "Habis salat, kita keluar, yuk!" ajak Farzan. "Mau ke mana?" "Makan sate di simpang lima." "Aku lagi dipingit
last updateLast Updated : 2024-11-01
Read more

Bab 12 ' Menjelang Pernikahan

12Langit pagi Kota Bandung sangat cerah. Awan putih berarak melintasi lapisan atas. Udara minim polusi kian menyegarkan siapa pun yang tengah menikmati keindahan panorama. Tanti mendengarkan kesibukan orang-orang di halaman belakang, yang tengah berjibaku menyiapkan makanan, untuk acara pengajian sekaligus selamatan, yang akan dilangsungkan nanti siang. Perempuan bermata cukup besar tidak mengetahui jumlah pasti para tetangga yang ikut membantu juru masak keluarga. Namun, dia meyakini jika jumlah mereka banyak. Sekali-sekali terdengar gelakak mereka yang turut memancing senyuman Tanti. Dia ikut terbahak kala mendengar latahnya Nenek Ros yang tinggal di rumah sebelah kanan. Panggilan dari luar menyebabkan tawa Tanti menghilang. Dia mempersilakan orang yang tengah mengetuk pintu untuk segera masuk. Secarik senyuman terbit di paras ayu Tanti ketika melihat kedua sepupunya yang tinggal di Jakarta ternyata telah datang. Kedua perempuan yang rambutnya sama-sama pendek, bergantian mend
last updateLast Updated : 2024-11-01
Read more

Bab 13 - Yes, I'm A Lion

13Sabtu pagi, konvoi belasan mobil melintasi jalan raya BKR. Farzan yang berada di mobil sedan mewah milik Saad yang berada di bagian terdepan, berusaha menenangkan jantungnya yang sejak tadi berdegup kencang. Farzan menyadari bila pernikahannya dengan Tanti adalah sebuah tanggung jawab besar. Pria berbeskap sage kian meragukan keputusannya untuk menikah pura-pura. Terutama karena dirinya mengingat petuah Haedar kemarin malam. Farzan menghela napas panjang dan mengembuskannya perlahan. Dia menimbang-nimbang untuk membicarakan hal itu pada Tanti, nanti malam. Meskipun tidak yakin calon istrinya akan setuju, tetapi Farzan tetap akan mencobanya. Mobil yang dikemudikan Irshad berbelok ke kiri menyusuri jalan sepi. Puluhan meter berikutnya konvoi memasuki sebuah gang yang cukup besar. Beberapa petugas parkir berseragam rompi hijau, mengarahkan semua mobil untuk parkir di tanah kosong, tepat di sebelah kanan kediaman Saad. Para penumpangnya turun dan spontan merapikan pakaian masing-ma
last updateLast Updated : 2024-11-02
Read more

Bab 14 - Nggak Usah Pulang

14Tanti keluar dari kamar mandi dengan rambut lembap. Dia memegangi pakaian pengantin di depan dada, kemudian melangkah menuju gantungan. Dengan hati-hati dia merapikan kebaya pada hanger sebelum berpindah ke dekat rak. Sekian menit berlalu, Tanti baru selesai salat Zuhur kala pintu kamar terbuka dan sosok Farzan memasuki ruangan. Pria berkaus putih membawa nampan dan meletakkannya di meja dekat sofa. Dia memanggil Tanti yang segera menyambanginya. "Makan lagi?" tanya Tanti saat melihat isi piring di nampan. "Kita sebelum naik tadi nggak makan dulu. Jadinya lapar," jelas Farzan. "Mau?" tanyanya sembari memandangi perempuan berhidung bangir di hadapannya. "Ehm, dikit aja." "Aku sengaja bawa dua piring. Mungkin kamu juga lapar." Farzan membagi isi piringnya, kemudian memberikan piring kedua pada Tanti. Keduanya makan sambil menonton televisi yang menayangkan berita dunia selebriti tanah air. "Mas udah salat?" tanya Tanti, sesaat setelah menghabiskan hidangan. "Udah. Aku numpang
last updateLast Updated : 2024-11-02
Read more

Bab 15 - Membatalkan Perjanjian

15Farzan menepuk dahinya, sebelum berpindah duduk di sofa. Tanti yang masih berdiri di dekat tempat tidur, mengulum senyum menyaksikan baju yang telah disiapkan Adik iparnya. Tanti merunduk untuk mengambil kertas merah muda dari tumpukan baju tidur. Dia membaca tulisan tangan Jihan yang menyertai bingkisan tersebut. Tanti terkekeh ketika Jihan menjelaskan bila ada baju lain di lemari yang hanya boleh dikenakan esok hari. Tanti berbalik dan jalan menuju lemari. Dia membuka pintu benda putih besar, kemudian mengecek benda-benda yang dimaksud sang ipar. Tanti manggut-manggut saat mengakui bila gaun untuknya dan kemeja buat Farzan ternyata sangat bagus. Sebuah tas kosmetik berukuran sedang yang berada di pinggir baju, diambil Tanti. Dia memeriksa isinya yang ternyata cukup lengkap, kemudian dia meletakkan benda itu ke meja rias. Tanti duduk di bangku dan memulai pembersihan wajahnya. Farzan mengamati perempuan yang tengah sibuk di depan cermin. Dia menyukai cara Tanti yang bergerak c
last updateLast Updated : 2024-11-03
Read more

Bab 16 - Istri Di Atas Kertas

16Jalinan waktu terus berjalan. Senin siang, Tanti mengikuti suaminya pindah ke rumah yang dibeli Farzan sejak beberapa tahun silam. Keluarga Saad mengantarkan pasangan pengantin baru hingga tiba di bangunan dua lantai bernuansa modern minimalis.Kala para lelaki menurunkan koper dan dus milik Tanti, semua perempuan bergerak cepat membereskan kue-kue untuk suguhan, sekaligus berbincang dengan Darmi, perempuan paruh baya yang akan menemani Tanti. Selain Darmi, juga ada Yayat, suaminya Darmi yang menjadi petugas bersih-bersih. Pasangan suami istri tersebut merupakan orang-orang yang dulu ikut merawat Farzan sejak kecil. Mereka sempat pulang ke kampung untuk menjadi petani, sebelum akhirnya kembali ke Bandung setelah diminta secara khusus oleh Farzan. "Untuk acara selamatan Sabtu nanti, Bunda nyiapin apa?" tanya Endang yang berada di sofa ruang keluarga. "Kata Mas Farzan, semuanya sudah ditangani katering kantor, Bun," sahut Tanti. "Tapi nggak enak juga kalau kita datang nggak bawa
last updateLast Updated : 2024-11-03
Read more

Bab 17 - Butuh Pelukan

17Tanti memandangi saat mobil MPV hitam milik suaminya bergerak menjauh pagi itu. Setelah tidak terlihat lagi, perempuan berkaus biru tua memanggil Darmi. Tanti membuka pintu mobilnya yang telah dibersihkan Yayat. Dia memasuki kendaraan dan menyalakan mesinnya. Tidak berselang lama mobil sedan putih telah meluncur ke jalan raya utama kompleks. Tanti mengikuti arahan Darmi menuju pasar. Suasana perumahan tampak lengang. Hanya beberapa orang yang melintas di jalan ataupun yang tengah berada di depan kediaman masing-masing. Sesampainya di tempat tujuan, Tanti terkejut menyaksikan kondisi pasar yang cukup bersih. Berbeda dengan situasi pasar biasanya yang gelap dan sumpek, pasar yang didatangi Tanti ternyata cukup terang. Darmi yang sudah hafal seluk beluknya, mengajak Nona mudanya menyusuri setiap lorong, hingga menemukan bahan-bahan yang akan dibeli. Darmi bingung karena Tanti sama sekali tidak menawar. Dia ingin menanyakan hal itu, tetapi kemudian ditundanya. "Bi, aku tiba-tiba ke
last updateLast Updated : 2024-11-04
Read more

Bab 18 - Jika Hatiku Berubah

18 Langit malam tampak begitu indah. Jutaan bintang berpendar menemani sang bulan menerangi dunia. Angin berembus sepoi-sepoi menyentuh dedaunan yang bergoyang di dahan pohon. Tanti dan Farzan duduk di kursi balkon lantai dua yang menghadap belakang rumah. Hanya suara gwmericik air mancur di ujung kanan rumah yang terdengar, selebihnya sunyi. Farzan baru selesai menceritakan perdebatannya dengan Ristin tadi siang. Tanti mendengarkan dengan saksama dan tanpa menyela sedikit pun. Usai mengoceh, Farzan menyugar rambutnya dengan tangan kanan. Dia melirik perempuan yang balas menatapnya lekat-lekat, kemudian lelaki berkaus merah mengulaskan senyuman. "Makasih, Ti. Udah mau ngedengerin ceritaku," ucap Farzan. "Kembali kasih, Mas," jawab Tanti. "Itu juga berhubungan denganku. Jadi aku harus mendengarkan," lanjutnya. "Aku bingung sama Ristin. Dia jadi sering marah-marah." "Itu karena dia cinta sama Mas, sekaligus cemburu padaku." "Harusnya nggak gitu, dong. Dia udah setuju tentang ini
last updateLast Updated : 2024-11-06
Read more

Bab 19 - Lebih Dari Sekadar Teman

19Setibanya di tempat tujuan, Farzan mengajak Tanti untuk menemui rekan-rekannya yang tengah berada di bangunan kantor proyek. Farzan memperkenalkan Tanti pada beberapa pengusaha muda yang baru kali itu bekerjasama dengan perusahaannya. Pembawaan Tanti yang ceria dan ramah, menjadikan dirinya cepat beradaptasi dengan para lelaki. Farzan mengamati cara istrinya bersosialisasi. Meskipun terkesan akrab, tetapi Tanti tetap menjaga sopan santun. "Dipandangin mulu dari tadi. Yakin, kamu sudah jatuh hati sama Tanti," ledek Irwansyah, yang telah datang terlebih dahulu bersama Naila, istrinya yang tengah hamil empat bulan. "Ehm, maybe," sahut Farzan. "Jangan bilang mungkin, jawab aja, iya." Farzan menyugar rambutnya, kemudian mengulum senyuman. "Kamu benar-benar memahamiku." "Sebetulnya dari waktu kita rapat sebelum kalian nikah, aku udah ngerasa kalau kamu suka sama dia." "Kelihatan, ya?" "Hu um. Kamu mandangin dia sambil senyum-senyum gitu." Farzan terkekeh, kemudian cepat-cepat me
last updateLast Updated : 2024-11-05
Read more

Bab 20 - Hasrat

20Guncangan di lengan mengejutkan Farzan. Dia membuka mata dan beradu pandang dengan sepasang mata beriris cokelat muda milik Tanti. Perempuan tersebut meringis dan menyebabkan Farzan menyadari bila istrinya tengah berkeringat. "Kenapa?" tanya Farzan. "Perutku sakit," cicit Tanti. "Mules diare?" "Bukan, tapi aku lagi dapat." Farzan mengerjap-ngerjapkan mata. Sekian detik berikutnya barulah dia memahami arti kalimat sang istri. "Minum obat pereda nyeri aja." "Enggak bawa," balas Tanti sembari memijat-mijat perutnya. "Kalau nggak salah, di dashboard mobil ada." Farzan menyibak selimut dan bangkit duduk. "Tunggu, ya, kuambilkan dulu," lanjutnya yang dibalas anggukan Tanti. Setelah Farzan menjauh, Tanti berbaring miring ke kanan di kasur yang baru ditinggalkan suaminya. Dia meringis menahan sakit sambil memijat perut dan pinggang belakang secara bergantian. Kala Farzan kembali, Tanti memaksakan diri untuk duduk. Dia menerima sebutir obat dan segelas air dari pria berkaus hitam,
last updateLast Updated : 2024-11-05
Read more
PREV
123456
DMCA.com Protection Status