Home / Romansa / Terjebak Dua Cinta / Chapter 31 - Chapter 40

All Chapters of Terjebak Dua Cinta: Chapter 31 - Chapter 40

55 Chapters

Bab 31 - Pergi

31Suasana kamar utama di kediaman Farzan terasa hening. Sang pemilik rumah baru selesai menjelaskan peristiwa di kantornya, yang berakhir dengan pertemuan di apartemen Ristin. Farzan yang bersimpuh di lantai, memeluk pinggang Tanti yang bergeming. Pria berkumis tipis memandangi mata istrinya yang berkaca-kaca. Farzan merutuki diri yang kembali menyebabkan Tanti menangis. "Maafkan aku," bisik Farzan sambil memegangi jemari Tanti. "Ini sesuai dengan rencana awal Mas. Sekarang, jalanilah," cicit Tanti sembari mengusap kasar bulir bening yang membasahi pipinya. "Mana suratnya? Aku tandatangani sekarang," lanjutnya. "Sudah kurobek dan dibuang. Saat aku yakin untuk mempertahankan pernikahan kita." "File-nya pasti masih ada di laptop Mas. Cetak sekarang.""Kamu yakin mau tanda tangan?" "Ya. Aku nggak punya pilihan lain, kan? Dari awal Mas memang berniat poligami. Akhirnya kesampaian juga." "Aku nikahin dia cuma sebentar, Ti. Dia sembuh, langsung kuceraikan. Aku juga akan tetap tingg
last updateLast Updated : 2024-11-11
Read more

Bab 32 - Terpaksa

32Farzan jalan mondar-mandir sepanjang ruang tamu hingga ruang tengah. Dia gelisah karena sudah hampir tengah malam, tetapi Tanti tidak kunjung kembali. Pria berkaus hitam sudah mencoba mencari istrinya ke mana-mana, termasuk ke rumah mertuanya. Farzan mengungkapkan bila dirinya bertengkar dengan Tanti, tetapi tidak menjelaskan penyebab utamanya. Dayyan, Adik Tanti ikut mencari sang kakak. Dia menghubungi semua teman Tanti, tetapi perempuan berbibir tipis tidak diketahui keberadaannya. Kendatipun kecewa dengan menantunya, Saad tetap mengerahkan orang-orang kepercayaan untuk mencari tempat persembunyian putri keduanya. Saad juga menelepon beberapa kerabatnya untuk menanyakan apakah ada kabar dari Tanti. Haedar sempat mengamuk dan menampar Farzan awal malam tadi. Setelah putra sulungnya menjelaskan penyebab sebenarnya pertengkaran Farzan dengan Tanti. Haedar akhirjya membantu mencari menantunya.Ucapan Haedar masih terngiang-ngiang di telinga Farzan. Lelaki tua tersebut tidak akan
last updateLast Updated : 2024-11-11
Read more

Bab 33 - Kesempatan Kedua

33"Saya terima nikah dan kawinnya Tanti ...." Farzan merapatkan bibirnya sambil memejamkan mata. Ristin menunduk sembari menggerutu dalam hati, karena lelaki bersetelan jas cokelat muda telah salah menyebut namanya. Beruntung saat itu hanya dirinya, keluarga inti dan kedua saksi yang berada di ruang tamu kediaman penghulu setempat. Sejak awal Ristin sudah meminta walimahan diadakan di tempat itu. Sebab statusnya sebagai istri kedua Farzan tidak boleh diketahui keluarga besar dan para tetangga. "Kita ulang lagi, ya," tukas Pak penghulu sambil memandangi Farzan lekat-lekat. "Fokus, Mas," bisik Bobby yang menjadi wali nikah Ristin, karena Ayah mereka telah wafat beberapa tahun silam. Farzan tidak menyahut. Dia hanya mengangguk sembari menenangkan diri. Sekian menit berikutnya, acara ijab kabul diulangi, dan Farzan berhasil menunaikannya dengan baik. Kala Pak penghulu memanjatkan doa demi keberkahan pernikahan itu, Farzan justru berdoa setulus hati agar Tanti segera ditemukan. Dia
last updateLast Updated : 2024-11-12
Read more

Bab 34 - Separuh Mati

34Tanti bergeming. Dia tidak tahu harus menjawab apa karena benar-benar tidak menyangka bila Farzan akan menyatakan cinta. Pada awalnya Tanti menduga jika mereka akan kembali bertengkar. Namun, ternyata tidak. Perempuan berambut sebahu memandangi suaminya yang masih berlutut. Tatapan keduanya bertemu. Tanti terkejut menyaksikan sepasang mata bermanik hitam milik Farzan telah berkaca-kaca."Ti, tolong maafkan aku," rengek Farzan. "Aku nggak sanggup hidup tanpamu. Benar-benar nggak bisa," lanjutnya sambil mengedip-ngedipkan mata yang kian berkabut. "Aku nggak mau pisah sama kamu. Enggak enak banget rasanya sendirian, setelah sebulan lebih ini kita sama-sama terus," tutur Farzan. "Aku dan Ristin juga sudah sepakat untuk bercerai, setelah dia sembuh nanti. Jadi, kumohon, berikan aku kesempatan untuk memperbaiki hubungan kita," pintanya. "Yang tadi kubilang, kita akan pindah, itu beneran akan kulakukan. Ke mana pun yang kamu mau, kuturuti," tambah Farzan. "Ya, Ti, mau, kan?" desaknya s
last updateLast Updated : 2024-11-12
Read more

Bab 35 - Kapok

35Malam bergerak kian larut. Suasana kediaman keluarga Saad sudah sepi. Semua orang telah memasuki kamar masing-masing untuk beristirahat. Demikian pula dengan Tanti dan Farzan. Kendatipun Tanti memprotes, pria bermata sendu tetap kukuh untuk tidur di kasur yang sama. Dengan santainya Farzan merebahkan diri di tengah-tengah tempat tidur, lalu merentangkan kedua tangannya di atas bantal. Lelaki berkaus hitam sedapat mungkin mempertahankan ekspresi serius di wajahnya. Padahal sebenarnya Farzan ingin terbahak kala menyaksikan Tanti mengomel sambil membereskan sofa di dekat jendela. Farzan membiarkan Tanti tidur di sana. Dia tidak mau gegabah dalam bertindak yang akan menyebabkan Tanti kembali meradang dan menjauh. Pria berkumis tipis teringat perbincangannya dengan Saad, setelah mereka bersantap tadi. Lelaki tua meminta Farzan bersabar dan memberikan Tanti waktu untuk menyembuhkan luka hatinya. Saad hafal tabiat sang putri yang sama kerasnya dengan dirinya. Selain Saad, Endang juga
last updateLast Updated : 2024-11-13
Read more

Bab 36 - Pindah?

36Senin siang, mobil MPV milik Farzan melaju kencang menuju kawasan Soekarno-Hatta, Kota Bandung. Di belakangnya, mobil SUV hitam milik Irwansyah menyusul dengan kecepatan tinggi. Mereka harus mengejar waktu agar bisa segera menemui beberapa bos muda di kantor Mahendra Grup. Raut wajah Farzan terlihat serius. Dia benar-benar berharap bisa mendapatkan sedikit tempat dalam tender besar, yang diikuti sepuluh perusahaan dari perusahaan gabungan yang disingkat PG. Irshad yang mendampingi Kakak iparnya di kursi sebelah kiri, menuturkan beberapa poin penting yang akan dibahas dalam rapat perdana dari tim baru yang akan dibentuk para pebisnis muda. Setibanya di tempat tujuan, keempat orang pria berbeda tampilan, keluar dari kedua mobil. Mereka jalan tergesa-gesa menuju lobi utama sembari merapikan tatanan rambut, ataupun dasi masing-masing. Seorang lelaki bersetelan jas cokelat muda menyambut kedatangan Farzan, Irwansyah, Irshad dan Moreno, Adik Naila yang menjadi asisten terbaru Farzan.
last updateLast Updated : 2024-11-13
Read more

Bab 37 - Menantu Baru

37Waktu terus bergulir. Farzan mengebut semua pekerjaan agar bisa tuntas sebelum keberangkatannya dan Tanti, ke New Zealand akhir bulan depan. Irshad dan Irwansyah yang menjadi pemimpin Bramanty Grup selama Farzan tidak berada di Indonesia, harus bekerjasama sebaik mungkin mengendalikan perusahaan tersebut. Selain Farzan, Tanti, Yayat dan Darmi, Moreno juga akan ikut berangkat mengikuti bosnya. Pria muda berusia dua puluh tiga tahun tersebut akan digembleng semaksimal mungkin. Moreno tengah dipersiapkan untuk menjadi pemangku jabatan bos sementara, hingga semua cucu Haedar Bramanty bisa mengambil tanggung jawab memimpin perusahaan.Sabtu malam, tepat pukul 7, Ristin tiba di restoran bersama Bobby, Shireen dan Bi Asih. Meskipun canggung, tetapi Ristin berusaha untuk tetap tenang. Dia jalan sambil memegangi lengan kanan Bobby hingga tiba di ruang VIP lantai dua bangunan, di mana keluarga Bramanty telah menunggu. Tanti berdiri untuk menyambut madunya dengan pelukan hangat. Tanpa rag
last updateLast Updated : 2024-11-14
Read more

Bab 38 - Dua ribu

38Teriakan seseorang dari ujung lorong lantai lima hotel yang akan ditempati, menyebabkan Farzan mengerutkan dahi. Setelah mengenali pria yang mendatanginya, senyuman Farzan seketika melebar. Kedua pria berbeda tampilan serentak mengembangkan kedua tangan untuk berpelukan. Mereka saling menepuk pundak rekan kuliah yang sudah lama tidak berjumpa. Meskipun dulu tidak terlalu dekat, tetapi bertemu kawan lama terasa menyenangkan bagi mereka. "Asa tambah kasep," puji Wirya Arudji Kartawinata, direktur utama BPAGK dan PBK. "Kamu juga, makin cling," balas Farzan sembari mengurai pelukan. "Sorry, pas nikahanmu aku nggak bisa datang. Lagi tugas ke Thailand.""Enggak apa-apa. Kadomu sudah disampaikan Zein." "Berdua aja?" Wirya mengulurkan tangan kanan untuk menyalami Tanti. "Ada Irwansyah dan istrinya di bawah. Tadi lagi ngobrol sama Mas Arkhan." Wirya mengangguk paham. Dia menoleh ke belakang dan memanggil beberapa orang yang tengah memandangi mereka. Wirya merangkul pundak Farzan. Saa
last updateLast Updated : 2024-11-14
Read more

Bab 39 - Nggak Sanggup Menunggu

39Ruang rapat utama kantor PG, pagi itu terlihat ramai. Farzan dan rekan-rekannya sesama anggota PC, tengah mendengarkan penjelasan dari kelima ketua tim PG. Yakni, Artio Laksamana Pramudya, Alvaro Gustav Baltissen, Chandra Kamandaka, Januar Achnav dan Linggha Atthaya Pangestu. Selanjutnya, anggota PC diminta untuk mengambil nomor dari mangkuk kaca di meja yang berada di dekat podium. Hal itu dilakukan sebagai cara untuk membagi kelompok. Anggota PC yang kian bertambah menjadikan mereka harus diatur secara berkelompok, seperti halnya tim PG. Dengan begitu, diharapkan semua anggota PC bisa lebih solid dan bertambah semangat dalam bekerjasama. Seusai pengambilan nomor, mereka diminta berpindah posisi sesuai dengan kelompok masing-masing. Farzan merasa senang karena dirinya bisa berada satu tim dengan Wirya. Selain mereka, ada delapan pebisnis lain yang tergabung dalam kelompok satu. "Sudah saling kenal, kan?" tanya Artio yang berada di podium. "Sekarang, silakan setiap regu memilih
last updateLast Updated : 2024-11-15
Read more

Bab 40 - Sama-sama Sampah!

40Sengatan sinar matahari di luar, seketika menghilang saat Ristin menginjakkan kaki di ruang tamu rumah milik Haedar. Dia berdiri di tengah-tengah ruangan yang tidak memiliki pembatas dengan ruang keluarga, hingga terkesan luas.Minimnya perabotan menjadikan tempat itu terlihat lega. Tanpa sadar Ristin melengkungkan senyuman, karena ternyata dia menyukai rumah itu. Meskipun bentuk bangunannya tidak semewah rumah utama Haedar, tetapi dinding bernuansa hijau muda dan putih terkesan meneduhkan siapa pun yang melihatnya. Tanti yang ditemani Jihan, mengajak Ristin berkeliling. Sementara Bi Asih berhenti di ruang tengah untuk mengobrol dengan Darmi, yang merupakan Kakak sepupunya. "Ini kamar utamanya. Aku yakin, kamu pasti betah tinggal di sini, karena tempatnya nyaman," tukas Tanti seusai membuka pintu ruangan besar yang berada di ujung kanan halaman. Terpisah tiga meter dengan bangunan utama. Ristin manggut-manggut. Dia mengedarkan pandangan ke sekeliling seraya tersenyum. "Ya, di si
last updateLast Updated : 2024-11-15
Read more
PREV
123456
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status