Semua Bab Membawa Pergi Benih Calon Pewaris sang Presdir: Bab 81 - Bab 90

93 Bab

Bab 81. Permainan Luna

Luna duduk di salah satu sudut sebuah lounge eksklusif di pusat kota, mengenakan blazer hitam elegan. Di depannya, sebuah gelas anggur merah berkilauan di bawah cahaya lampu gantung mewah. Matanya sesekali melirik jam di pergelangan tangannya, menunggu seseorang yang sudah dijadwalkan untuk bertemu.Tak lama kemudian, seorang pria dengan pakaian kasual namun rapi mendekat. Wajahnya serius, membawa sebuah tas kecil di tangannya. Luna tersenyum tipis, mengangkat alisnya untuk menyuruh pria itu duduk tanpa perlu berkata-kata.“Semua sudah selesai,” ucap pria itu sambil mengeluarkan sebuah flashdisk dari tasnya. Dia meletakkannya di atas meja. “Saya pastikan setiap sudut yang diambil memberikan kesan... menarik.”Luna mengambil flashdisk itu dengan santai, lalu mengeluarkan tablet dari tasnya. Ia menyambungkan flashdisk tersebut ke perangkatnya dan mulai membuka file-file foto. Matanya menyipit sedikit saat melihat foto pertama, lalu perlahan senyu
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-09
Baca selengkapnya

Bab 82. Sesuatu yang Disembunyikan

Adrian akhirnya tiba di rumah dengan perasaan yang masih bercampur aduk. Saat pintu terbuka, ia mendengar suara panci beradu pelan dari dapur. Gita tampak sibuk di sana, wajahnya tenang namun sedikit lelah. Adrian menatapnya sejenak dari ruang tengah, mencoba menenangkan pikirannya sebelum memulai percakapan.“Sayang,” sapa Adrian dengan senyum kecil, mendorong kursi rodanya mendekati ruang makan. “Masak apa hari ini? Harum, kayaknya bikin perut makin lapar.”Gita menoleh, tersenyum tipis sambil mengaduk panci di atas kompor. “Sayur asem sama ayam goreng. Nggak terlalu berat, biar kamu juga nggak enek.”Adrian terkekeh kecil, meski senyumannya terasa sedikit dipaksakan. “Aku nggak pernah nolak sayur asem buatan kamu, tahu kan?”Gita tertawa kecil, lalu melirik Adrian yang sudah memosisikan diri di meja makan. “Kamu kelihatan capek. Banyak kerjaan di kantor?”Adrian mengangkat bahu, menaruh tas dokum
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-10
Baca selengkapnya

Bab 83. Kepercayaan yang Diuji

Adrian duduk di ruang kerjanya, cahaya lampu meja yang temaram membuat bayangan di wajahnya terlihat lebih gelap. Ponsel di tangannya terasa berat, seolah menjadi simbol dari semua keraguan yang menghantui pikirannya. Foto-foto Gita bersama Naufal yang dikirim Luna tadi siang masih jelas tergambar di benaknya. Sebelum ia sempat memutuskan apa yang harus dilakukan, ponselnya bergetar lagi. Nama Luna muncul di layar. Adrian menatapnya beberapa detik, ingin mengabaikannya, tapi akhirnya ia menerima panggilan itu.“Adrian,” katanya, memulai dengan nada lembut. “Aku cuma mau memastikan kamu baik-baik saja setelah apa yang kamu lihat tadi.”Adrian menarik napas dalam-dalam, berusaha menjaga suaranya tetap tenang. “Aku baik-baik saja. Kalau itu saja tujuanmu menelepon, aku harus kembali bekerja.”Namun, Luna tidak menyerah. Ia tertawa kecil, sebuah tawa yang dingin dan menyebalkan. “Kamu tahu, Adrian? Perempuan seperti Git
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-11
Baca selengkapnya

Bab 84. Keretakan

Luna duduk di ruang tamunya yang mewah, tablet di tangannya memuat gambar-gambar yang baru saja ia terima dari anak buahnya. Dengan senyum licik, ia menyusun pesan anonim yang singkat namun mematikan. Ia mengetik dengan hati-hati, memastikan bahwa kata-katanya cukup ambigu untuk menimbulkan keraguan, tetapi cukup tajam untuk menghancurkan."Adrian Fortuna—mungkin sukses di luar, tapi di dalam rumah tangganya? Lihat sendiri siapa istrinya sebenarnya."Dia melampirkan foto-foto itu, memastikan setiap gambar menampilkan Gita dan Naufal dari sudut yang menimbulkan kesan lebih dari sekadar pertemuan biasa. Dengan satu ketukan, pesan itu terkirim ke beberapa kolega Adrian dan rekanan bisnis pentingnya."Biar mereka lihat. Perempuan itu tidak lebih dari seorang pengkhianat," gumam Luna puas, matanya berkilat dengan niat jahat. Ia membayangkan efek domino dari tindakannya ini—Adrian kehilangan dukungan, nama baiknya tercoreng, dan kebahagiaan keluarganya runtuh.
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-12
Baca selengkapnya

Bab 85. Luka yang Terungkap

Pagi itu, suasana rumah terasa dingin. Gita mencoba mengalihkan pikiran dari pertengkaran semalam dengan rutinitasnya di dapur. Aroma kopi menguar lembut di udara, tapi tidak cukup untuk menghangatkan hati yang penuh keraguan. Dia membawa nampan berisi sepiring roti, telur, dan secangkir kopi, lalu berjalan ke ruang makan tempat Adrian duduk dengan pandangan kosong di kursi rodanya.“Ini sarapannya, Dri,” ujar Gita, mencoba terdengar hangat.Adrian menoleh perlahan, matanya tajam namun tidak berkata-kata. Setelah beberapa saat, ia hanya menggeleng pelan. “Aku nggak lapar,” jawabnya singkat, menolak dengan suara datar.Gita terdiam sejenak, berusaha membaca suasana hati suaminya. Dia tahu, percakapan mereka semalam masih menyisakan luka yang belum sembuh. Menarik napas panjang, Gita menurunkan nampan ke meja lalu duduk di hadapan Adrian. Tangannya bertumpu pada meja, dan ia menatap Adrian dengan ekspresi penuh perhatian.“Adrian, kita
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-13
Baca selengkapnya

Bab 86. Guncangan dalam Hubungan

Adrian duduk di kursi rodanya, matanya terpaku pada layar ponsel di tangannya. Tautan artikel itu masih terbuka, seolah menjadi duri yang menusuk hatinya. Judul provokatif itu terus bergema di pikirannya: “Dokter Kandungan atau Sahabat Lama? Rumor Kedekatan Istri Adrian dan Naufal Membuat Publik Bertanya-tanya.”Pikirannya berputar, mencoba mencerna apa yang baru saja dibacanya. Hendri telah memperingatkannya agar tetap tenang, tetapi perasaan cemburu dan terluka perlahan merayap masuk, mengguncang kendali yang coba ia pertahankan.Gita muncul dari dapur, membawa secangkir teh hangat. Wajahnya penuh perhatian, senyumnya mencoba mencairkan suasana. “Teh buat kamu,” katanya sambil meletakkan cangkir di meja kecil di samping Adrian. Namun, ia langsung menangkap kegelisahan di wajah suaminya.“Kamu terlihat tegang. Ada apa?” tanyanya lembut, matanya menatap Adrian penuh rasa cemas.Adrian menggeleng perlahan, berusaha menyembunyika
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-14
Baca selengkapnya

Bab 87. Dampak Masalah Gosip

Di ruang kerja rumahnya, Adrian duduk dengan wajah tegang, berhadapan dengan Hendri yang berdiri sambil memegang map dokumen. Hendri menarik napas panjang sebelum berbicara.“Pak Adrian, maaf kalau ini terdengar terlalu blak-blakan, tapi gosip yang beredar mulai berdampak serius pada perusahaan. Tiga klien utama kita mengajukan pertanyaan terkait berita itu. Mereka bilang, mereka butuh kepastian untuk tetap melanjutkan kerjasama,” ucap Hendri hati-hati, memperhatikan ekspresi Adrian.Adrian memejamkan matanya, kedua tangannya saling bertaut di atas meja. “Apa detail yang mereka tanyakan?” suaranya terdengar berat, tapi tenang.“Mayoritas tentang isu hubungan pribadi itu, Pak. Mereka khawatir kredibilitas perusahaan kita terkena dampak, terutama di media sosial. Sudah ada dua unggahan anonim yang viral, menyebutkan bahwa perusahaan ini tidak lagi stabil,” jawab Hendri.Adrian menarik napas dalam-dalam, mencoba mengendalikan kema
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-15
Baca selengkapnya

Bab 88. Mengatasi Masalah

Adrian duduk di meja ruang makan, memandangi layar ponselnya yang dipenuhi dengan notifikasi tentang laporan-laporan perusahaan. Wajahnya tampak serius, tetapi sorot matanya mencerminkan tekad yang perlahan bangkit. Ia tahu, hanya dirinya yang bisa menangani semua ini, meski kondisi fisiknya tak lagi seperti dulu.Gita mendekatinya dengan segelas air di tangan. Perutnya yang semakin besar membatasi gerakannya, tetapi perhatian dan kekhawatirannya pada Adrian tetap terasa kuat. "Kamu kelihatan sibuk banget. Ada masalah lagi?" tanyanya lembut sambil meletakkan gelas di meja.Adrian mendongak, tersenyum tipis meski lelah. "Bukan cuma masalah lagi, Git. Ini sudah seperti badai besar.” Adrian memandang tangan Gita, lalu menghela napas. "Aku harus pergi ke kantor hari ini. Situasinya makin buruk, dan aku nggak bisa tinggal diam."Gita mengerutkan kening. "Aku ikut," katanya tanpa ragu.Adrian menatapnya, sedikit terkejut oleh nada tegas itu. "Gita, kamu nggak per
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-16
Baca selengkapnya

Bab 89. Konflik yang Memuncak

Hari itu Adrian sedang berada di kantor, sibuk menangani krisis yang belum juga mereda. Sementara itu, Gita, seperti biasa, tinggal di rumah. Ia mencoba mengalihkan pikirannya dengan membereskan rumah, Musik lembut mengalun dari ponselnya, sedikit mengisi keheningan rumah.Namun, ketukan pintu yang mendadak memecah rutinitasnya. Gita menghentikan aktivitasnya dan melangkah ke pintu dengan rasa penasaran. Begitu pintu terbuka, ia mendapati Rima berdiri di sana dengan wajah yang tampak tegang dan tidak bersahabat.“Mama? Kok nggak ngabarin mau datang?” tanya Gita dengan suara lembut, mencoba tetap tenang meskipun dadanya berdebar. Ia tahu, kedatangan Rima jarang membawa kabar baik.Tanpa menjawab, Rima melangkah masuk begitu saja, mengabaikan sapaan Gita. Gerakannya kaku dan penuh determinasi, membuat atmosfer rumah mendadak terasa lebih dingin. "Kamu ini ya, Gita," kata Rima, suaranya bergetar antara amarah dan rasa frustrasi, "memang enggak pernah bikin hi
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-17
Baca selengkapnya

Bab 90. Cara Melindungi

Adrian tiba di rumah sakit dengan napas yang masih memburu, wajahnya jelas menunjukkan kecemasan. Begitu keluar dari mobil dibantu Rudi, ia segera masuk ke lobi utama, matanya langsung mencari sosok yang dikenalinya. Di sudut ruang tunggu, ia melihat Rima duduk dengan tangan terlipat di pangkuannya, kepalanya tertunduk. Adrian mempercepat laju kursi rodanya, ekspresinya berubah dari cemas menjadi serius.“Ma,” panggil Adrian dengan nada tegas, menghentikan langkah Rima yang mendongak dengan ekspresi gugup. “Apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa Gita bisa sampai di rumah sakit?”Rima membuka mulut, mencoba berbicara, tetapi kata-kata seperti tersangkut di tenggorokannya. Ia menghela napas panjang sebelum akhirnya berkata, “Mama... Mama enggak sengaja. Kami sempat berdebat tadi di rumah.”Adrian menatap Rima dengan tajam, alisnya berkerut. “Berdebat tentang apa, Ma? Apa yang Mama lakukan sampai Gita harus dibawa ke rumah sakit?&rd
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-18
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
5678910
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status