Semua Bab Membawa Pergi Benih Calon Pewaris sang Presdir: Bab 71 - Bab 80

96 Bab

Bab 71. Komitmen Baru

Adrian duduk di kursi roda di ruang tengah rumahnya. Mata kosongnya menatap ke luar jendela, memandang hujan yang perlahan membasahi dedaunan. Gita mendekatinya dengan langkah tenang. Di tangannya ada secangkir teh hangat yang ia letakkan di meja kecil di samping Adrian.Gita diam-diam berdiri di belakang kursi roda Adrian, lalu perlahan memijat pundaknya. “Kamu tegang,” ucap Gita lembut, memecah keheningan.Adrian tetap diam. Namun, ia tidak menolak sentuhan Gita, sesuatu yang mulai memberikan harapan kecil bagi Gita bahwa ia tidak benar-benar menyerah.Seiring waktu, usaha Gita mulai membawa perubahan. Saat Adrian terlalu lelah untuk berbicara, Gita akan duduk di lantai di dekat kakinya, hanya bersandar tanpa mengatakan apa-apa. Kadang ia menyuapkan makanan tanpa banyak bicara, dan Adrian akhirnya menerima meski dengan enggan.Namun, malam itu berbeda. Gita datang dari dapur, membawa handuk kecil untuk mengelap tangan Adrian. “Aku tahu kamu be
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-30
Baca selengkapnya

Bab 72. Awal Baru

Adrian mencoba menata kembali kehidupannya setelah insiden kecelakaan yang mengubah segalanya. Tubuhnya memang perlahan membaik, tetapi hatinya masih dihantui rasa kehilangan dan frustasi. Pria yang dulu dipenuhi ambisi kini terlihat rapuh, seolah-olah hidupnya kehilangan tujuan. Setiap harinya, ia lebih sering duduk termenung di ruang tamu, memandangi jendela dengan tatapan kosong.Di sisi lain, Gita tak pernah menyerah. Ia tahu, kebangkitan Adrian bukanlah perkara mudah. Setiap pagi, Gita mengatur jadwal dengan teliti—menyiapkan makanan yang bergizi, menemaninya berbicara meski Adrian hanya merespons dengan gumaman pendek, hingga memberikan pijatan lembut di punggung untuk mengurangi kekakuan tubuhnya. Sore itu, cahaya matahari yang lembut menerobos melalui tirai ruang tamu. Adrian duduk diam di kursi roda, pandangannya tertuju ke luar jendela, menyaksikan burung-burung yang terbang melintas. Tak ada tanda-tanda emosi di wajahnya, hanya kekosongan yang terus
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-31
Baca selengkapnya

Bab 73. Kembali

Adrian akhirnya memutuskan untuk kembali ke kantor setelah berbulan-bulan absen. Dengan bantuan kursi roda elektriknya, ia bersiap menghadapi realitas baru yang menantinya. Gita setia mendampingi, memastikan semuanya berjalan lancar. Saat tiba di kantor, suasana terasa berbeda. Karyawan yang sedang sibuk dengan pekerjaan mereka tiba-tiba berhenti, memalingkan wajah untuk melihat ke arah Adrian.Berbagai reaksi terpancar dari tatapan mereka. Ada yang kagum melihat keberanian Adrian untuk kembali, meski dalam kondisi seperti itu, ada pula yang tampak canggung, tak tahu bagaimana harus merespons. Beberapa bahkan saling berbisik, menyebut nama Adrian dengan nada pelan namun penuh rasa hormat. Namun, tatapan-tatapan itu cukup membuat Adrian merasa tidak nyaman. Ia menegakkan punggungnya, berusaha menunjukkan wibawa yang sama seperti sebelum kecelakaan terjadi.Di depan ruang rapat, Hendri sudah berdiri dengan wajah serius, map besar di tangannya. “Pak Adrian, tim sudah be
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-01
Baca selengkapnya

Bab 74. Sepenuhnya Menerima

Adrian dan Gita bersiap untuk pemeriksaan rutin ke dokter kandungan pagi itu. Adrian, dengan bantuan kursi roda elektriknya, tampak tenang meski di dalam hatinya ia ingin membuktikan bahwa ia masih bisa menjadi suami yang bertanggung jawab. Selama perjalanan menuju klinik, obrolan ringan menghiasi perjalanan mereka, tetapi sesekali sunyi menyelinap di antara kalimat. Gita akhirnya memutuskan untuk menyampaikan pikirannya yang selama ini tertahan. “Dri, aku ada kepikiran,” ucapnya dengan hati-hati. “Mungkin... mungkin aku harus ganti dokter kandungan.”Adrian menoleh, mengangkat alis. Ia tahu persis siapa yang Gita maksud. “Karena Naufal?” tanyanya tanpa basa-basi.Gita mengangguk pelan, tatapannya terfokus pada pemandangan di luar jendela. “Aku cuma nggak mau bikin kamu nggak nyaman,” lanjutnya, suaranya terdengar lemah. “Aku pikir mungkin ini lebih baik untuk kita berdua.”Adrian terdiam sejenak.
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-02
Baca selengkapnya

Bab 75. Pertemuan yang Menentukan

Adrian memandang semua yang hadir di ruang rapat dengan ketenangan yang tegas. Suara ketukan kursi roda elektriknya sebelumnya sudah cukup membuat semua mata tertuju padanya. Dengan Gita duduk di sampingnya, suasana ruangan menjadi semakin berat. Hendri berdiri di belakang Adrian, menatap Luna dengan ekspresi datar namun penuh arti.Luna mencoba tersenyum tipis, meskipun sorot matanya jelas memancarkan ketegangan. “Pak Adrian, seperti yang saya jelaskan sebelumnya, mungkin ada kesalahan dalam pencatatan. Tim saya sedang menelusuri ini. Proyek ini sangat kompleks, dan kami harus berimprovisasi dalam banyak hal. Beberapa pengeluaran mungkin terlihat tidak relevan, tetapi sebenarnya itu adalah bagian dari strategi jangka panjang kami.”Adrian mencondongkan tubuhnya sedikit ke depan, tatapannya menusuk. “Strategi jangka panjang, katamu? Saya akan memberimu waktu—tiga hari—untuk memberikan dokumen pendukung yang membuktikan bahwa transaksi ini bena
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-03
Baca selengkapnya

Bab 76. Tersudut

Dalam perjalanan pulang, Luna duduk di kursi belakang mobil dengan ekspresi wajah yang gelisah. Tangannya menggenggam ponsel, ragu sejenak sebelum akhirnya memutuskan untuk menelepon Rima. Suara di ujung sana menjawab. “Luna?” Rima terdengar heran. “Ada apa menelepon malam-malam begini?”Luna menarik napas dalam-dalam, berusaha mengontrol nada suaranya agar terdengar tulus. “Tante Rima, saya tahu ini mungkin tidak pantas, tapi saya tidak punya pilihan lain. Saya butuh bantuan tante.”“Hm, bantuan?” Rima mulai curiga, namun tidak langsung memotong pembicaraan.“Saya tahu Adrian marah, dan dia punya alasan untuk itu. Tapi masalah ini... ini lebih besar dari yang terlihat. Saya benar-benar tidak berniat mencoreng nama perusahaan atau menyakiti siapa pun. Saya hanya... saya hanya ingin menyelesaikan ini tanpa melibatkan hukum atau publikasi. Tante mengenal saya. Tante tahu saya selalu memikirkan yang terbaik untuk peru
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-04
Baca selengkapnya

Bab 77. Trik Luna

Luna duduk di meja kerjanya yang penuh dengan dokumen-dokumen proyek. Lampu di apartemennya menyala redup, menciptakan suasana muram yang mencerminkan hatinya. Ia memandang layar laptopnya yang penuh dengan email dari klien dan mitra bisnis. Kebanyakan berisi kalimat yang sama: "Kami akan menunda kerja sama sampai masalah Anda terselesaikan."Dengan frustrasi, Luna memukul meja keras hingga secangkir kopi di dekatnya hampir tumpah. “Semua ini salah Adrian!” serunya pelan namun penuh kemarahan.Ponselnya bergetar di meja. Sebuah pesan singkat masuk dari salah satu kliennya:"Bu Luna, kami terpaksa membatalkan proyek ini. Reputasi Anda sekarang membuat kami sulit melanjutkan kerja sama. Mohon dimaklumi."Luna membaca pesan itu dengan tatapan tajam. Ia melempar ponselnya ke sofa dengan kasar, lalu berdiri dari kursinya. Nafasnya memburu, pikirannya bercampur aduk antara marah, kecewa, dan dendam.“Adrian...” gumamnya dengan nada dingin.
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-05
Baca selengkapnya

Bab 78. Bukan Suami Sempurna

Gita sat on the living room sofa, her hands massaging her legs that were starting to swell. His face looked tired, his breath was short. Pregnancy at eight months brings many new challenges that she has not experienced before. His back felt like he was being pulled around, and every little step he took felt like a heavy task. Adrian watched her from her wheelchair, her eyes never detached from Gita's movements. Concern was evident on his face, but there was something deeper—frustration with himself for feeling powerless enough to help his wife. After a few moments of looking at Gita who seemed to be struggling on her own, she moved the joystick of her wheelchair, approaching slowly. "Here," Adrian said softly, his voice attentive. "Let me be the pijitin." Gita looked up, surprised to hear the offer. "You don't need to bother, Dri. I can do it alone." He tried to smile. Adrian shook his head, looking at him warmly. "I am your husband, Gita. If I don't he
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-06
Baca selengkapnya

Bab 79. Pertemuan Luna dengan Naufal

Luna memilih meja di sudut kafe yang tenang, matanya sesekali melirik ke arah pintu masuk dengan sikap tenang namun penuh perhitungan. Ketika pintu kafe terbuka, sosok yang ia tunggu akhirnya muncul. Naufal melangkah masuk, mengenakan kemeja biru muda dengan gaya santai tapi tetap profesional. Ia tampak sedikit bingung, pandangannya menyapu ruangan sebelum akhirnya melihat Luna yang melambaikan tangan dari sudut ruangan.“Naufal, kan?” sapa Luna dengan senyum ramah saat pria itu mendekat.“Iya, benar,” jawab Naufal dengan anggukan kecil. “Tapi, maaf, saya agak bingung. Jarang banget ada urusan kayak gini di luar rumah sakit.”Luna berdiri, menjabat tangan Naufal dengan santai. “Saya Luna. Kita sebenarnya pernah ketemu sebelumnya, di depan rumah kontrakan Gita waktu itu.”“Oh, iya. Saya ingat,” kata Naufal, meski nada suaranya masih terdengar ragu. Ia duduk di kursi di hadapan Luna, lalu bertanya langsung
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-07
Baca selengkapnya

Bab 80. Kekhawatiran Naufal

Adrian bersiap berangkat ke kantor pagi itu, mengenakan kemeja putih rapi yang dipadukan dengan celana gelap. Ia tampak serius, memeriksa dokumen di atas meja kecil di ruang tamu. Sementara itu, Gita, dengan perutnya yang semakin besar, duduk di sofa sambil menggosok lembut punggungnya yang pegal.“Dri, jangan lupa makan siang nanti, ya,” ujar Gita lembut, memperhatikan suaminya yang terlihat sibuk.Adrian menoleh dan tersenyum kecil, lalu mendorong kursi rodanya mendekati Gita. “Kamu ini yang harus ingat istirahat. Jangan terlalu banyak bergerak, jangan terlalu lama berdiri,” ucapnya, sedikit menegur dengan nada lembut.Gita tersenyum tipis, tangannya refleks menyentuh perutnya. “Aku tahu, kok. Tapi aku bosen di rumah terus.”Adrian menghela napas, berhenti sejenak, lalu menggenggam tangan Gita. “Aku ngerti. Tapi sekarang prioritas kamu cuma satu: jaga diri kamu dan bayi kita. Kantor masih bisa aku urus, tapi aku nggak m
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-08
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
5678910
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status