Home / Romansa / MENANTU IMPIAN IBU / Chapter 71 - Chapter 80

All Chapters of MENANTU IMPIAN IBU: Chapter 71 - Chapter 80

106 Chapters

Bab 71. Ternyata Dilan janjian.

Gadis itu mendekat. "Hai, Dilan, bagaimana khabarmu?" sapanya dengan senyum ramah dan menggoda. Dini merasakan tenggorokannya kering seketika.Dilan tersenyum, "Baik. Maaf Minggu lalu aku tidak bisa datang," ucap Dilan akhirnya, sebuah ucapan yang membuat Dini tertegun.Dini mengamati keduanya. Jadi benar, mereka janjian ketemu minggu lalu? Bisa-bisanya Dilan masih mengejarku sementara dia sudah janjian bertemu dengan gadis lain? bathin Dini berkecamuk."Iya, aku sampai menelponmu, tapi telponmu ghak aktif. Aku pikir kamu matikan, tapi lama aku telpon balik juga masih ghak aktif. Akhirnya aku ke sini saja. Ketemu Tante giani. Di sini pun kamu ghak ada. Akhirnya aku diajak Tante pergi.""Aku lagi pergi. Di sana sulit sinyal." Ucapan Dilan membuat Dini ingat, Dilan memang mengejar dia ke rumahnya."O, pantes." Gadis itu menyibakkan poninya dengan sesekali melihat Dini yang masih diam di sisi Dilan dengan wajah ditekuk. Sisil juga merasa heran dnegan gamis mewah yang dikenakan Dini yang
last updateLast Updated : 2024-11-25
Read more

Bab 72. Supir taxi yang mencurigakan.

Dini memandangi jalanan yang dilalui taxi dengan tatapan kosong. Pikirannya kalut setelah meninggalkan rumah Dilan. Hati dan pikirannya bercampur aduk, membuatnya tidak memperhatikan supir taxi yang terus mencuri pandang ke arahnya. Sesekali, lelaki itu melirik ke kaca spion, memperhatikan wajah Dini yang tertutup cadar."Pak, ke kanan saja," ucap Dini dengan suara pelan namun tegas, mengarahkan tujuan perjalanannya."Baik, Mbak," jawab supir taxi itu, melirik sekilas melalui kaca spion. Tangan kirinya memegang kemudi, sementara tangan kanannya bergerak pelan untuk menyentuh layar ponselnya yang terpasang di dashboard.Dini mendengar lelaki itu berbicara, meskipun dengan suara pelan, seperti memberi kode pada seseorang melalui panggilan telepon. Kata-kata yang diucapkan terasa janggal di telinga Dini, namun ia terlalu lelah untuk memikirkannya lebih jauh. Hatinya masih diliputi rasa suntuk dan kecewa. Pikirannya sibuk memikirkan apa yang terjadi di rumah Dilan.Ketika taxi berhenti di
last updateLast Updated : 2024-11-26
Read more

Bab 73. Seandainya,..

Saat pintu terbuka, pemuda itu menyunggingkan senyumnya. Firdaus menelisik setiap jengkal pemuda yang kini tengah berdiri di hadapannya. Rambutnya yang lurus penuh model dengan tertata nyentrik hampir menutup alisnya yang sebelah. Tubuh tinggi proporsionalnya masih tampak seperti seorang anak masih kuliahan dengan wajah tampan mirip artis Korea. Sepertinya bukan orang jahat, pikir Firdaus. Tapi bagaimana bisa melihat orang jahat dan tidak? Sekarang saja preman tidak pasti berewokan dan garang seperti duluh. Tampang kece dan tak berdosa bisa menjadi senjata mereka menjadi preman, bahkan pembunuh bayaran."Assalamualaikum, Tante!" Sapa pemuda itu dengan sopannya. Matanya yang agak sipit, menyisir ke dalam. Mencari gadis yang dia buntuti tadi.Ini bahkan memberi salam, guman Firdaus. Ah, bukankah orang penculik juga kadang menyembunyikan identitas mereka dengan berhijab? Lagi-lagi Firdaus berasumsi. Sementara Dini yang ngumpet di belakang dapur tak jauh dari ruang tamu, lamat mendengark
last updateLast Updated : 2024-11-27
Read more

Bab 74. Kambing guling.

Rupanya Haidar yang datang. Dia lalu menuju meja makan sambil tersenyum pada Dilan dan Dini. Pria tinggi besar itu menaruh bawaannya di dalam kulkas, dan menyalami Dilan. Mereka memang sudah pernah bertemu sebelumnya."Maaf, ya, ulahku kapan hari ke kamu," ucap Haidar yang ikut duduk di meja makan, di dekat umminya."Ghak apa, santai saja. Aku bahkan yang harus berterimakasih kepadamu karena selama ini kamu telah menjaga Diniku."Mendengar kata Diniku, sedikit rasa sakit di hati Haidar, apalagi saat melihat Dilan menatap Dini. Dia dapat merasakan besar cinta lelaki itu pada gadis yang selintas hadir di kehidupan keluarganya."Kamu pasti sudah makan kan?" Firdaus mengalihkan perhatian Haidar. Dia tau betul, ada yang aneh dalam diri Haidar yang melihat Dilan begitu mesra menatap Dini."Sudah Ummi. Sama warga lain di masjid.""Dibilangi ghak usah bawa ke rumah, kok, dagingnya.""Ghak enak juga, Ummi. Dikirain kita sombong ghak mau daging qurban. Itu juga sudah aku kasihkan ke orang yang
last updateLast Updated : 2024-11-28
Read more

Bab 75. pergi.

Dilan dan Dini yang sudah masuk ke rumah, disongsong oleh Bi Ima. Dini masih tengok-tengok ke depan rumahnya. Menengok barangkali mobil yang mengikuti mereka masih mengintai."Cari siapa, Den?" tanya Bi Ima.Dini menggeleng. "Hanya khawatir saja, Bu. Tadi seperti ada yang mengikuti kami.""Jangan terlalu khawatir, nanti hidup kamu ghak tenang.""Iya juga si, Bu.""Daging yang dari rumah besar, saya taruh freser, Den, demikian juga dengan daging dari kelurahan sini. Itu ada masakan kambing gule sama sate dari rumah besar, barangkali mau makan.""Iya, Bu. Makasih. Ibu sudah makan?" tanya Dini."Sudah, Den.""Bu, aku kan panggil Ibu ya, bisakah Ibu panggil saja saya Dini? Ghak usah, Den. Ini bukan di rumah besar, Bu. Ini di rumah kita."Wanita setengah tua itu matanya mengaca, lalu memeluk erat Dini. Dini balas memeluknya dan menepuk punggungnya pelan."Anakku saja tidak semulia hatimu, Dhuk," ucapnya dengan isak.Dini masih menepuk punggungnya. Dia ingin keluarga ini benar akan menjadi
last updateLast Updated : 2024-11-29
Read more

Bab 76. Kesepakatan.

"Din,.." Dilan mencekal tangan Dini."Ada apa sih, Dilan?""Maksud kamu pergi gimana?""Ya, pergi ke kamar atas lah, mau pergi kemana lagi ayang aku bisa dalam keadaan begini?"Dilan membuang nafasnya elga. Kirain mau ke mana lagi? gumannya dalam hati."Emang kamu pikir mau ke mana?""Enggak, enggak, aku ghak mikir kamu ke mana, kok.""Aku kan harus tinggal di atas. Sesuai kesepakatan kita. Ummi sama Abi sudah pulang sekarang."Diantara lega, Dilan masih tidak terima dengan apa yang dilakukan Dini. "Din, jangan lakuin ini, dong. Aku ghak ingin tidur tanpa kamu di sisiku," ucapnya sapai memohon."Kenapa kamu ghak ajak Sisil saja, dia telah mencoba rebahan di kamar itu dan mengatakan kalian pasti melewati hal indah di sana," bentak Dini dengan menatap tajam Dilan."What?" Dilan hampir tak percaya dengan yang diucapkan Dini. "Dia masuk kamar kita?""Bukannya kamar kalian?" ralat Dini.Dilan menggelengkan kepalanya, "Bisa-bisanya kamar ini dimasuki orang lain, Din. Karena itu kamu sembuny
last updateLast Updated : 2024-11-30
Read more

Bab 77. Terlalu baik.

"Memangnya kamu nunggu siapa, sih?" tanya Erka dengan duduk di depan Dilan dan emnatap sahabatnya itu intens."Sisil," jawab Dilan singkat dan tenang. Namun,..."Apa?" Teryata membuat Erka sampai terbelak." Bisa-bisanya kamu janjian sama dia. Kamu kan tau dia itu menyukaimu. Kenapa kamu main api, katamu istrimu sudah ada di sini?" Dilan memang pernah mengirim pesan WA saat sampai di rumah setelah dari desanya Dini yang mengatakan kalau Dini ke sini. Itu saking senangnya Dilan sampai bercerita ke sahabatnya itu."Justru ini aku ngurus sesuatu agar dia gak lagi mengharapkanku," ucap Dlan dengan masih menengok ke arah pintu."Bagaimana kalau Dini tau kalian ketemuan? Menurutmu dia ghak meradang?""Dia ghak akan perduli, Ka." Suara Dilan nampak putus asa. Dia memang merasa suntuk sekali setelah perdebatannya dengan Dini tadi di kamar atas, saat Dini mengatakan bahwa urusannya dengan Dilan hanya sebatas kasus Aziel selesai.'Maksud kamu?" Erka tak habis pikir dengan perkataan Dilan yang
last updateLast Updated : 2024-12-01
Read more

Bab 78. Menunggu.

Dilan menatap Sisil. Dia sudah bermaksud mau mempertanyakan keberadaan Sisil di kamarnya, namun melihat apa yang terjadi dengan Sisil sebelum ini, Dilan sulit memulai kata-katanya."Pikirku aku menebus kesalahanku tak datang kapan hari saat aku janji ngajari kamu sholat, la kok kamu datangnya malam, aku jadi ghak enak, kan?" akhirnya kata-kata itu yang terucap oleh Dilan."Oala, itu, toh?" Sisil menyibakkan rambut poninya yang terjuntai di mukanya, "kapan-kapan bisa, santai aja. Kita bisa ketemuan lagi di rumah besar. Atau kalau kamu ghak keberatan, aku bisa ke rumahmu. Ngomong aja sama istrimu, kita perlunya cuma itu, aku yakin dia ghak bakalan cemburu. Lagian kalau aku di sana, dia ghak jadi salah paham sama kamu."Dilan tersenyum masam. Emang dia ghak cemburu, Sil. Karena dia tak ada perasaan apapun padaku, bathin Dilan.Sementara Sisil juga menyimpan senyumnya dengan menatap Dilan penuh kekaguman. Dia menjadi tak ragu untuk tetap mendekati Dilan setelah dia dan maminya memastikan
last updateLast Updated : 2024-12-02
Read more

Bab 79. Menjauh.

Dini tak bisa tidur, memikirkan langkah apa yang bisa dia ambil agar tidak hanya berdiam diri di rumah ini. Sebentar-sebentar dia menggulir handphonenya. Dia menemukan blog pribadinya yang menjual bunga di saat dia dalam keadaan belum sadar betul.Kenapa aku tak melanjutkan usaha ini saja seperti kebanyakan usaha penduduk di daerahku? Mungkin meneruskan di sini duluh. Jika nanti terjadi sesuatu aku bisa memikirkannya lagi daripada aku hanya bengong tak ada kegiatan, pikir Dini. Lalu mengguliir terus handphone-nya, menacari perkembangan usaha itu agar bisa mengerjakannya dengan profesional. Namun kemudian dia mendengar suara mobil datang. Dengan pelan dia melihat ke luar saat orang yang dikenalnya membuka pintu pagar dan memasukkan mobilnya di garasi. Hati Dini merasa tersayat melihat sosok itu. Sosok yang ternyata bisa membilurkan luka di hatinya dengan rasa cintanya. Kenapa aku terusik olehnya kini? Dan ternyata memikirkan itu menjadi rasa sakit di hatiku, guman Dini pelan. Namun a
last updateLast Updated : 2024-12-03
Read more

Bab 80. Ikuti terus!

Nampak Dini ragu. "Kalau gitu besuk saja, Bu. Aku bisa ke sana tanpa orang menanyakan Dilan. Dia kan waktunya kerja." Dini ememang tak ingin orang tau huubngannya ayng renggang denga Dilan.Ima hanya diam. Dia dapat mengerti dengan apa yang diucapkan Dini melihat hubungannya yang akhir-akhir ini menjahui Dilan.Setelah makan, Dini kemudian beranjak ke kamarnya dengan Dilan. Dibukanya laci yang kuncinya ada di sepatu Dini. Nampak Dini ragu memandangi uang yang dimasukkan di wadah tertutup itu. Itu adalah sisa uang belanja selama ini yang dia taruh di lacinya. Pikirnya daripada keperluan mereka juga ghak banyak. Mungkin sewaktu-waktu dibutuhkan.Aku pakai duluh ghak ya? Dini ragu. Bagaimanapun sikapnya terhadap Dilan membuatnya ragu untuk mengambil. Akhirnya Dini meletakkannya di kembali dengan menaruh kuncinya di atas meja rias.Nunggu sampai Jum'at saja. Mudah-mudahan orderan bunganya bertambah, biar bisa jadi uang ongkos untuk naik bis, pikirnya lagi. Lalu bersemangat memposting bung
last updateLast Updated : 2024-12-04
Read more
PREV
1
...
67891011
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status