“Kamu siapa?” cicit suaranya lirih. Ia terus menatap pria tegap yang kini berlutut di depannya, sembari menyodorkan cokelat, dan juga boneka beruang merah muda. Itu kesukaannya sejak kecil. Meski tadi sempat semringah dan hendak menerima barang yang ia sukai, tangannya ditarik kembali lalu menatap heran ke arah pria yang juga menatapnya penuh harap. William mengambil tempat duduk di sisi Ambar, meski bingung ia tetap memperbolehkan William duduk, dengan pikiran kalau ini adalah tempat umum, siapa saja boleh duduk. Ambar memang pasien di rumah sakit jiwa, tapi ia tak separah yang lain sekarang, sudah bisa mengontrol emosi, mengontrol diri, bahkan tak lagi tertawa atau menjerit, hanya melamun dan kemudian berbicara sendiri. “Ambar suka banget sama beruang ini waktu kecil,” ucap William mengenang masa kecil sang adik. “Ambar siapa? Oh namamu Ambar, ya? Lucu banget.” Ambar bertepuk tangan kegirangan, ia terlihat menertawakan William. Tidak tersinggung, ia justru merasa sedih. “Ambar
Terakhir Diperbarui : 2025-01-22 Baca selengkapnya