Semua Bab Istri Kedua dari Rumah Bordil: Bab 81 - Bab 90

101 Bab

Prasangka Buruk Arini

"Sayang?"William menyembul di balik pintu dengan senyum sumringah, berbeda dengan reaksi Arini yang kini menatap nanar ke arah William. Ada hubungan apa antara dia dan Monica, apa ada sesuatu yang tidak ia tahu. Suara anak kecil yang baru ia dengar, apa itu buah hati mereka yang William sembunyikan."Kau mau menjelaskan apa sekarang?"William mengernyitkan keningnya bingung. Bukankah ia baru saja menyelesaikan satu masalah dengan istrinya, Arini tadi baik-baik saja bahkan tersipu malu kala digoda, tapi sekarang mengapa ekspresinya berubah dengan cepat.Wanita itu terkesan menatapnya dengan tatapan penuh intimidasi. William mendekat, dan mencoba mendekap, ia bingung apa salahnya sekarang. Tapi di luar dugaan, Arini malah menepis dengan cepat tak ingin disentuh."Sayang, ada apa? Katakan di mana kesalahanku!"Arini masih terdiam, rasanya terlalu sulit untuk mengeluarkan sepatah kata lagi, hatinya teramat sakit, yang ada dalam pikirannya hanya prasangka buruk yang sulit ia buang ke mana
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-18
Baca selengkapnya

Yuan Meninggal

"Bagaimana keadaanmu sekarang?"Monica tersenyum menatap layar ponsel. Ia sedang berada di rumah saat ini selama masa pemulihan, lagi pula ia rasa kemarin hanya sakit biasa, tak ada yang perlu dikhawatirkan.William terlihat cemas."Aku baik. Memangnya kapan aku sakit?" "Abraham temanku, jadi kau tak perlu berbohong. Maaf kemarin mengabaikan teleponmu, aku sedang bersama Adam saat itu," balasnya panjang lebar. Kening Monica bertaut, seingatnya ia tak menelepon siapa-siapa termasuk William.Ia langsung mengecek panggilan masuk dan keluar, yang ternyata dua panggilan di dua nomor yang berbeda. Abraham dan William."Aku tak menghubungimu," lirihnya sedikit berbisik."Iya, keponakanku yang menghubungi, tapi aku tak sempat mengobrol karena sedang bersama Adam, ponselku di kamar.""Jadi, ...?"Monica terlihat panik saat ini. Bahkan ia baru sadar jika William sedang berada di rumah, bukan di kota atau di dalam mobil seperti biasanya. Jika bukan William, apa Arini yang menjawab teleponnya.
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-19
Baca selengkapnya

Ibu Pilih Kasih

“Sayang, hari ini tak ada kesibukan di kantor?”William menggeleng dan memeluk Arini dari belakang, tangan kekarnya melingkar di perut ramping wanita yang sudah membuatnya jatuh cinta berulang kali. Seperti biasa ia akan mengusik Arini ketika sibuk, bukan apa-apa, ia hanya suka melihat rona merah muda di wajah mulus Arini. Terlihat sangat menggemaskan dan sekarang ia benar-benar melihatnya lagi.“Pipimu memerah. Kau sakit?” bisik William. Dengan nakal ia malah mengecup tengkuk Arini, membuat sekujur tubuhnya meremang geli. Arini yang tak tahan hanya mencubit pelan tangan suaminya, berharap usaha itu bisa membuat William enyah. “Ini masih terlalu pagi, Sayang. Bagaimana jika, ...”“Bigimini jiki iyih milihitnyi?” cibir William terdengar geli. Ia seperti hafal dengan penolakan halus dengan seribu satu macam alasan dari Arini. Wanita itu tersenyum sembari menahan tawa. Beruntung sudah hampir selesai, tinggal menunggu sup ayam matang, sementara lauk lainnya tentu saja sudah beres sebel
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-20
Baca selengkapnya

Kunjungilah, Ambar!

"Sayang, apa tak sebaiknya kau mengunjungi Ambar di sana?"William terdiam.Ia masih sibuk mengajak Allea bermain, membuat bayi itu menunjukkan giginya yang masih tumbuh dua. Ketika tertawa, matanya ikut menyipit, padahal mata bayi cantik itu bundar."Papap, papap."Allea berceloteh sembari memegang mulut William. "A -yah."William berulang kali menyebut ayah, tapi Allea tetap menyebut papa, membuat pria itu tertawa dan mencium pipi gembulnya dengan gemas. "Sayang, kau harus kembali dan menjenguk Ambar. Mau sampai kapan berjaga jarak begini? Aku tahu mereka melakukan kesalahan besar, tapi jika sikapmu begini, kau juga tak ada bedanya dengan mereka."Arini tampak mendesak, seperti tak peduli dengan kesibukan William yang terlihat menghibur sang putri. William menatap Arloji di tangan, kemudian menyerahkan Allea pada Arini."Sebentar lagi Adam pulang, aku akan menjemputnya tepat waktu."William langsung berlalu dengan menggunakan sepeda, lagi pula sekolah anaknya tak terlalu jauh. Ia
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-21
Baca selengkapnya

Dia Jahat

“Kamu siapa?” cicit suaranya lirih. Ia terus menatap pria tegap yang kini berlutut di depannya, sembari menyodorkan cokelat, dan juga boneka beruang merah muda. Itu kesukaannya sejak kecil. Meski tadi sempat semringah dan hendak menerima barang yang ia sukai, tangannya ditarik kembali lalu menatap heran ke arah pria yang juga menatapnya penuh harap. William mengambil tempat duduk di sisi Ambar, meski bingung ia tetap memperbolehkan William duduk, dengan pikiran kalau ini adalah tempat umum, siapa saja boleh duduk. Ambar memang pasien di rumah sakit jiwa, tapi ia tak separah yang lain sekarang, sudah bisa mengontrol emosi, mengontrol diri, bahkan tak lagi tertawa atau menjerit, hanya melamun dan kemudian berbicara sendiri. “Ambar suka banget sama beruang ini waktu kecil,” ucap William mengenang masa kecil sang adik. “Ambar siapa? Oh namamu Ambar, ya? Lucu banget.” Ambar bertepuk tangan kegirangan, ia terlihat menertawakan William. Tidak tersinggung, ia justru merasa sedih. “Ambar
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-22
Baca selengkapnya

Hukuman

"Terus berdiri dengan satu kaki. Jangan ada yang istirahat sampai Mommy bilang berhenti!" Dua kembar itu terpaksa menjalani hukuman dari Monica. Ponsel sudah ada di genggaman Monica, dan telepon dari William ia matikan secara sepihak. Ia hanya tidak ingin siapa pun membela kesalahan anak-anaknya, tidak ada salahnya mendidik anak lelaki dengan tegas, agar tak semena-mena dan tahu aturan, tidak seperti Nathan. Monica terus mengawasi. Bukan tak sayang, ia hanya tidak ingin membiasakan anak-anaknya berbuat kesalahan. Beruntung mereka bukan tipikal anak yang mudah menangis dan meronta, jika tahu salah, mereka hanya diam dan bersiap menerima hukuman. Lima belas menit berlalu, Monica menatap ponselnya kemudian beralih pada dua putranya. "Waktunya tidur! Minum dulu susunya baru tidur." "Iya, Mommy." Monica berlalu keluar kamar, dua anaknya langsung menenggak habis susu yang dibuat Monica, sebelum akhirnya berlalu mendekati ranjang masing-masing. Lampu kamar dimatikan, disusul denga
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-23
Baca selengkapnya

Permintaan Edward

"Tadinya aku ingin membawa mereka ke Indonesia, tapi sepertinya aku berubah pikiran." William terdiam sebentar. Belum sempat William bertanya alasannya, Monica kembali bersuara. "Nathan masih bersamamu. Aku hanya tidak ingin mereka tahu siapa ayahnya." "Apa kau sudah memikirkannya dengan matang?" tanya William. "Tentu. Aku tidak mau putraku disentuh pria brengsek itu. Setidaknya mereka akan tetap aman dan tidak mewarisi sifat buruk Nathan sedikit pun." William ingin protes. Tapi percuma saja karena yang ia hadapi adalah Monica, wanita si keras kepala. "Sebentar lagi ulang tahun mereka yang ke-enam, dan hadiah yang aku persiapkan adalah tiket kepulangan mereka ke Indonesia, hanya saja kau terlalu membebaskan Nathan berkeliaran dan itu mengancam keamanan dua anakku." "Monica, aku tahu kau pasti lebih tahu hal terburuk yang akan terjadi ke depannya. Tapi tolong jangan egois, Nathan tetap ayahnya. Atau begini saja, menikahlah dengan pria mana pun agar mereka bisa merasakan
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-24
Baca selengkapnya

Maira Kembali

Mommy mau tahu alasan kalian berdua mau ke Indonesia,” tanya Monica menatap kedua anaknya bergantian.Edgard terdiam, jika ia berkata jujur ingin bertemu ayah, pasti ibunya akan marah besar dan berubah pikiran. Edward juga sama diamnya, mereka memiliki jawaban yang serupa. Tiba-tiba pintu kamar diketuk beberapa kali. Ketiganya memalingkan wajah ke arah pintu, mendapati Abraham yang berdiri sembari menggenggam tangan satu anak perempuan cantik berusia empat tahun.Netranya biru, dengan rambut panjang sedikit kuning keemasan, juga kulit putih bersih. Mata cantiknya berkedip sesekali, tangannya langsung terlepas dari genggaman Abraham, tanpa persetujuan siapa pun ia masuk dan memeluk Monica dengan erat, kemudian menatap bersahabat ke arah dua anak kembar yang terlihat tak terlalu antusias.“Hai. Aku Sandrina,” ucapnya dengan suara yang lucu. Wajahnya menggemaskan, tapi tak membuat dua anak Monica tertarik.“Abraham, kau tak memberitahuku jika Sandrina sudah sebesar ini sekarang. Terakhi
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-25
Baca selengkapnya

Usaha Maira

"Sialan! Kenapa wanita itu kembali lagi?Sepertinya ada sesuatu yang direncanakan."Nathan terus berpikir keras, dia yakin kemunculan Maira pasti memiliki alasan tersendiri."Apa jangan-jangan dia tahu aku sudah sukses, itu sebabnya ia kembali. Tidak mungkin! Dia punya alasan yang lebih dari itu."Nathan bangkit dan menatap ke luar jendela. Ternyata Maira sudah pergi, setelah cukup lama menunggu, ia memutuskan untuk pulang ke rumah, pikirannya sedang berantakan sekarang memikirkan Monica.Ada rahasia apa antara Monica, William dan Arini. Langkah lebarnya berjalan keluar dari ruangan, ia langsung menuju garasi perusahaan kemudian mengeluarkan mobilnya, memang hanya mobilnya yang ditempatkan di tempat yang berbeda. Kendaraan roda empat itu berlalu meninggalkan pelataran kantor.Baru setengah jalan, ia malah melihat sosok yang tidak asing di depan mata, wanita itu Maira. Dia sedang berdiri sembari merentangkan tangannya di tengah jalan, menghadang laju mobilnya. Mau tak mau Nathan terpa
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-26
Baca selengkapnya

Jebakan Kuno

Ternyata Maira masih memakai cara licik. Ia tak benar-benar pergi. Setelah memastikan keadaan aman, ia segera berjalan mengendap dan mengintip dari celah jendela kaca. Nathan masih menikmati makanan pemberiannya, ia yakin sebentar lagi obat yang ia taburkan akan bekerja. Dan benar saja, Nathan memegang kepalanya, rasa pusing mendera begitu saja, pandangannya kabur, dan akhirnya ia tertidur dengan posisi duduk. Makanan tadi terjatuh dari meja, ia benar-benar gila, menghalalkan segala cara untuk mendapatkan apa yang ia inginkan. "Dasar bodoh! Ia bahkan tak curiga jika aku sudah membubuhi racun di makanannya." Ia langsung bergegas masuk. Kemudian mengangkat wajah Nathan yang sudah tidak sadarkan diri. Maira seperti terbosesi pada Nathan, ia langsung memapah Nathan ke kursi, membuka kancing atas baju pria itu yang memamerkan dada bidangnya. "Kau terlihat semakin tampan, Sayang." Maira lalu mendekat dan mengecup lembut bibirnya, jemarinya mulai mengusap area badan dan turun ke bawah
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-27
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
67891011
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status