Semua Bab Jejak di Antara Kita: Bab 41 - Bab 50

61 Bab

Pilihan yang Sulit

Pagi itu, mentari menyapa dengan hangat, menyinari setiap sudut apartemen Ezra. Di meja makan, Kaira sedang menuangkan secangkir kopi untuk Ezra, sementara pria itu sibuk membaca koran digital di tablet miliknya. Suasana terasa nyaman, seperti pagi-pagi lainnya sejak mereka memutuskan untuk melangkah bersama lagi.Namun, di dalam hati Kaira, ada pergolakan yang tak bisa ia abaikan. Pesan dari Adrian yang belum dibacanya malam itu masih menjadi bayangan yang mengganggu pikirannya. Pertanyaan-pertanyaan tentang maksud Adrian dan apa yang ia inginkan terus mengisi benaknya.“Kaira, kamu baik-baik saja?” tanya Ezra tiba-tiba, memecah keheningan. Ia meletakkan tabletnya dan menatap Kaira dengan alis sedikit terangkat.Kaira tersentak, lalu buru-buru tersenyum. “Iya, aku baik-baik saja. Hanya sedikit melamun.”Ezra memiringkan kepalanya, mencoba membaca ekspresi Kaira. “Kamu kelihatan seperti memikirkan sesuatu yang berat. Kalau ada apa-apa, kamu tahu kan kamu bisa cerita ke aku?”Kaira men
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-03
Baca selengkapnya

Pilihan yang Sulit

Pagi itu, mentari menyapa dengan hangat, menyinari setiap sudut apartemen Ezra. Di meja makan, Kaira sedang menuangkan secangkir kopi untuk Ezra, sementara pria itu sibuk membaca koran digital di tablet miliknya. Suasana terasa nyaman, seperti pagi-pagi lainnya sejak mereka memutuskan untuk melangkah bersama lagi.Namun, di dalam hati Kaira, ada pergolakan yang tak bisa ia abaikan. Pesan dari Adrian yang belum dibacanya malam itu masih menjadi bayangan yang mengganggu pikirannya. Pertanyaan-pertanyaan tentang maksud Adrian dan apa yang ia inginkan terus mengisi benaknya.“Kaira, kamu baik-baik saja?” tanya Ezra tiba-tiba, memecah keheningan. Ia meletakkan tabletnya dan menatap Kaira dengan alis sedikit terangkat.Kaira tersentak, lalu buru-buru tersenyum. “Iya, aku baik-baik saja. Hanya sedikit melamun.”Ezra memiringkan kepalanya, mencoba membaca ekspresi Kaira. “Kamu kelihatan seperti memikirkan sesuatu yang berat. Kalau ada apa-apa, kamu tahu kan kamu bisa cerita ke aku?”Kaira men
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-04
Baca selengkapnya

Persimpangan Hati

Langit malam mulai gelap ketika Kaira tiba di depan apartemen Ezra. Ia berdiri di depan pintu, mencoba mengatur napas. Tangannya gemetar saat hendak memutar kenop pintu. Hatinya terasa berat dengan semua percakapan yang baru saja ia lalui bersama Adrian.Ezra yang sedang duduk di ruang tamu mendongak ketika Kaira masuk. Ia langsung menyadari perubahan di wajah Kaira—ekspresi penuh kebingungan dan kecemasan. “Kaira? Kamu nggak apa-apa?”Kaira terdiam beberapa saat sebelum menjawab. “Aku... aku butuh bicara sama kamu, Ezra.”Nada suaranya membuat Ezra berhenti. Ia menaruh buku yang sedang dibacanya ke meja dan berdiri, mendekati Kaira. “Ada apa? Apa yang terjadi?”Kaira menatap mata Ezra, mencoba mencari keberanian untuk mengatakan yang sebenarnya. “Aku tadi ketemu Adrian.”Ezra tertegun sejenak. Ia menatap Kaira, berusaha memahami maksud kata-katanya. “Adrian? Maksudmu... mantan kamu?”Kaira mengangguk pelan. “Dia... dia bilang ingin bicara tentang masa lalu. Aku pikir aku sudah selesa
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-04
Baca selengkapnya

Jalan Menuju Pemahaman

Pagi itu, suasana terasa berbeda. Langit yang biasanya cerah tampak kelabu, seolah mencerminkan suasana hati Ezra dan Kaira. Meskipun mereka duduk di meja makan yang sama, jarak di antara mereka terasa seperti jurang yang dalam.“Bagaimana tidurnya?” Ezra mencoba memecah keheningan, suaranya terdengar datar.Kaira mengangkat bahu, matanya menatap secangkir teh di depannya. “Cukup baik, aku rasa.”Ezra mengangguk pelan, mencoba mencari kata-kata yang tepat untuk diucapkan. Tetapi setiap kalimat yang ia pikirkan terasa tidak cukup. Ia tahu, ini bukan hanya tentang perasaan sesaat—ada sesuatu yang lebih dalam yang membuat mereka terjebak dalam situasi ini.Setelah beberapa saat, Kaira akhirnya berbicara. “Ezra, aku ingin kita jujur. Aku ingin kita bicara, bukan saling menghindar seperti ini.”Ezra menatapnya, matanya menunjukkan campuran harapan dan kecemasan. “Aku setuju. Tapi... aku tidak tahu harus mulai dari mana.”Kaira menarik napas panjang, mencoba mengumpulkan keberanian. “Aku me
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-06
Baca selengkapnya

Retakan yang Mendalam

Pagi itu, Kaira sibuk merapikan bunga-bunga di toko, tetapi pikirannya melayang. Langit yang cerah tak mampu menyembunyikan awan gelap yang menggantung di hatinya. Setiap kelopak bunga yang ia sentuh terasa seperti pengingat akan percakapan terakhirnya dengan Ezra. Suaranya yang penuh emosi masih terngiang di telinganya, menyakitkan sekaligus membingungkan.Sementara itu, Ezra duduk di ruangannya, mencoba mengalihkan diri dengan pekerjaannya. Namun, setiap goresan pena di kertas hanya membawa pikirannya kembali pada Kaira. Ia tahu ada sesuatu yang salah—sesuatu yang tidak mereka ungkapkan satu sama lain. Tapi bagaimana ia bisa menjelaskan semuanya ketika ia sendiri belum memahami seluruh situasinya?Telepon Ezra berdering, memecah lamunannya. "Ezra Mahendra," sapanya dengan nada profesional.Suara di seberang terdengar akrab, tetapi nada dinginnya membuat Ezra menegakkan punggung. "Ezra, aku rasa kita perlu bicara. Ada sesuatu yang mungkin ingin kau tahu tentang Kaira," kata pria itu,
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-07
Baca selengkapnya

Menembus Kabut Kepercayaan

Hari-hari berlalu dalam keheningan yang menyiksa antara Ezra dan Kaira. Meski keduanya sama-sama terluka, mereka memilih untuk menjaga jarak. Ezra sibuk dengan pekerjaannya, mencoba mengalihkan pikirannya dari segala kekacauan emosi yang melanda. Sementara itu, Kaira, yang biasanya ceria dan penuh semangat, kini lebih sering termenung di toko bunganya.Di suatu pagi yang dingin, Kaira sedang merapikan rangkaian bunga mawar merah ketika bel pintu toko berdenting. Ia mengangkat wajah, berharap melihat sosok Ezra, tetapi yang masuk adalah Lila, teman dekatnya."Kaira, kau baik-baik saja?" tanya Lila, menatap wajah sahabatnya yang tampak pucat.Kaira tersenyum tipis, berusaha menyembunyikan rasa galaunya. "Aku baik-baik saja, Lila. Hanya... sedikit lelah."Lila mendekat, menatapnya penuh perhatian. "Kau tidak bisa membohongiku, Kaira. Ada apa? Apa ini ada hubungannya dengan Ezra?"Pertanyaan itu membuat Kaira terdiam sejenak. Ia menghela napas panjang sebelum akhirnya berkata, "Aku membua
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-08
Baca selengkapnya

Ujian Kepercayaan

Hari-hari berlalu dengan hubungan Ezra dan Kaira yang perlahan menjadi semakin kuat. Mereka mulai saling berbagi cerita yang lebih dalam, termasuk masa lalu yang sebelumnya mereka hindari. Namun, seiring dengan itu, tantangan baru mulai muncul, terutama saat Ezra menghadapi tekanan pekerjaan yang semakin berat.Di sebuah pagi yang cerah, Ezra menerima panggilan dari klien penting. Wajahnya tampak tegang ketika ia menyelesaikan percakapan tersebut. Setelah menutup telepon, ia memandang Kaira yang sedang merapikan bunga di ruang tamu mereka.“Kaira, aku harus pergi ke luar kota selama beberapa hari. Ada proyek mendesak yang membutuhkan perhatian penuh,” kata Ezra dengan nada hati-hati.Kaira mengangkat wajahnya, menatap Ezra dengan pandangan bingung. "Berapa lama, Ezra?" tanyanya, mencoba menyembunyikan kekhawatirannya."Setidaknya seminggu," jawab Ezra, berjalan mendekati Kaira. "Aku tahu ini tiba-tiba, tapi aku tidak bisa menolaknya. Ini akan sangat berpengaruh pada karierku."Kaira m
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-09
Baca selengkapnya

Langkah Menuju Kejujuran

Seminggu kemudian, Ezra akhirnya tiba kembali di kota kecil yang telah menjadi saksi awal hubungannya dengan Kaira. Udara dingin sore hari menyambutnya saat ia melangkah keluar dari stasiun. Jalanan yang dipenuhi oleh lampu-lampu jalanan tampak sama, tetapi hatinya tidak. Ada kecemasan yang menyelimutinya, tetapi juga sebuah tekad untuk menghadapi semuanya dengan jujur.Ia berjalan menuju toko bunga tempat Kaira bekerja. Dari jauh, ia sudah bisa melihat siluet Kaira di balik kaca jendela toko. Ia tampak sibuk merapikan bunga-bunga di rak, wajahnya tampak serius tetapi tetap memancarkan kehangatan yang selalu Ezra rindukan.Ezra menarik napas dalam-dalam sebelum mendorong pintu kaca yang berbunyi lembut saat terbuka. Kaira menoleh, dan seketika ekspresinya berubah. Ada keterkejutan yang bercampur dengan kebahagiaan, tetapi juga sedikit keraguan.“Kamu di sini,” kata Kaira dengan suara yang nyaris berbisik.Ezra mengangguk. “Aku harus bicara denganmu. Aku tidak ingin menunda ini lebih l
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-12
Baca selengkapnya

Saat Kenyataan Bicara

Hari itu, Ezra memutuskan untuk berkunjung ke toko bunga tempat Kaira bekerja. Sejak percakapan terakhir mereka, ia merasa ada jarak yang perlahan tumbuh di antara mereka. Meskipun kecil, Ezra tahu bahwa jika ia membiarkan jarak itu tetap ada, hal itu bisa menjadi dinding besar yang memisahkan mereka.Dengan membawa secangkir kopi favorit Kaira, Ezra melangkah memasuki toko bunga yang dipenuhi aroma segar. Ia melihat Kaira sedang sibuk menyusun beberapa bunga lili putih, dengan ekspresi serius yang membuatnya terlihat memukau meski dalam kesederhanaan."Hey," sapa Ezra sambil mengangkat kopinya. "Aku pikir kamu butuh energi tambahan."Kaira menoleh, sedikit terkejut melihatnya di sana. Namun, senyumnya muncul, meski kecil. "Terima kasih. Kau tak perlu repot-repot.""Aku ingin melakukannya," jawab Ezra sambil menyerahkan kopi itu. "Dan juga... aku ingin bicara denganmu, kalau kau punya waktu sebentar."Kaira menatap Ezra dengan ragu. "Ezra... aku sedang sibuk sekarang. Mungkin nanti?"
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-12
Baca selengkapnya

Langkah Baru

Hari-hari berikutnya terasa berbeda bagi Ezra dan Kaira. Ada kehati-hatian di antara mereka, seperti melangkah di atas jembatan rapuh yang perlahan mereka bangun bersama. Namun, tidak ada keraguan bahwa keduanya ingin mempertahankan apa yang mereka miliki.Kaira mulai merasa lebih nyaman membuka diri. Setiap malam, Ezra mengirim pesan singkat untuk memastikan ia baik-baik saja, atau sekadar berbagi cerita konyol tentang apa yang terjadi di kantornya. Hal-hal kecil seperti itu perlahan meyakinkan Kaira bahwa Ezra benar-benar berusaha.Suatu sore, Ezra datang ke toko bunga tanpa pemberitahuan. Ia membawa sebuket mawar putih, yang langsung membuat Kaira mengernyit."Mawar putih?" tanya Kaira, tersenyum heran. "Bukannya ini simbol perdamaian?"Ezra mengangguk sambil tertawa kecil. "Tepat sekali. Aku rasa itu tepat untuk kita. Aku ingin kita memulai dari awal, tanpa beban masa lalu."Kaira mengambil buket itu dengan hati-hati, senyum kecil menghiasi wajahnya. "Aku menghargainya, Ezra. Teri
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-13
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234567
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status