Home / Romansa / Jejak di Antara Kita / Chapter 11 - Chapter 20

All Chapters of Jejak di Antara Kita: Chapter 11 - Chapter 20

45 Chapters

Langkah Pertama ke Arah Kebenaran

Pagi di toko bunga terasa lebih tenang dari biasanya. Kaira berdiri di sudut ruangan, menata buket mawar merah dengan tangan yang sedikit gemetar. Pikirannya masih penuh dengan surat dari Adrian dan dokumen-dokumen yang ia baca semalam. Kenyataan bahwa orang tuanya mungkin memiliki alasan lebih besar untuk meninggalkannya terus mengusik hatinya.Di luar toko, Ezra sedang memarkirkan motornya. Setelah pertemuan mereka di taman malam itu, Ezra merasa dorongan kuat untuk memastikan Kaira tidak menghadapi semua ini sendirian. Ia masuk ke toko dengan langkah mantap, membawa kotak kecil berisi donat favorit Kaira."Kaira," panggil Ezra lembut sambil meletakkan kotak donat di meja dekat kasir. "Aku tahu kamu pasti lelah, jadi aku pikir ini bisa sedikit mencerahkan harimu."Kaira tersenyum kecil, meski sorot matanya masih menunjukkan kelelahan. "Terima kasih, Ezra. Kamu selalu tahu cara membuatku merasa lebih baik."Ezra memperhatikan wajah Kaira yang terlihat lebih pucat dari biasanya. "Kamu
last updateLast Updated : 2024-12-03
Read more

Rahasia yang Terkubur

Kaira dan Ezra melangkah cepat keluar dari rumah tua itu, napas mereka tersengal-sengal setelah pria misterius yang mengaku sebagai ayah Kaira mendesak mereka untuk pergi. Suasana malam yang tadinya sunyi kini terasa dipenuhi ketegangan, seolah ada sesuatu yang mengikuti mereka dari balik bayangan.“Kaira, kau yakin dia benar-benar ayahmu?” Ezra bertanya sambil membuka pintu mobil, suaranya dipenuhi keraguan.Kaira menatap Ezra dengan mata yang masih berkaca-kaca. “Aku... aku tidak tahu. Tapi matanya, suaranya... itu semua terasa begitu familiar.”Ezra mengangguk pelan. “Kalau begitu, kita harus cari tahu kebenarannya. Tapi tidak malam ini. Kita perlu tenang dulu.”Keesokan PaginyaKaira duduk di meja kecil di apartemennya, menatap secangkir teh yang hampir dingin. Pikirannya terus berputar, mencoba menyusun potongan-potongan kenangan masa kecilnya dengan apa yang baru saja terjadi.Ezra datang membawa map cokelat di tangannya. “Aku meminta bantuan seorang teman untuk mencari tahu ten
last updateLast Updated : 2024-12-04
Read more

Jejak di Danau Biru

Udara pagi yang segar menyapa saat Kaira dan Ezra melintasi jalanan pedesaan yang mengarah ke Danau Biru. Mereka hampir tidak tidur semalam, terlalu sibuk mencerna apa yang baru saja terjadi. Kaira memegang surat dari ibunya dengan erat, seolah-olah itu adalah satu-satunya penghubung yang tersisa antara dirinya dan masa lalunya.“Apa kau yakin tentang pondok ini?” Ezra bertanya sambil tetap fokus pada jalan.Kaira mengangguk, meskipun rasa ragu mengintip di sudut hatinya. “Aku ingat pondok itu dengan jelas. Itu tempat favorit ibu, tempat dia merasa paling damai. Tapi aku tidak tahu apa yang akan kita temukan di sana.”Ezra tersenyum kecil, mencoba memberinya ketenangan. “Apa pun itu, kita akan menghadapinya bersama.”Di Tepi DanauPondok kecil itu akhirnya terlihat di kejauhan, tersembunyi di antara pepohonan rindang yang mengelilingi Danau Biru. Bangunan kayu itu tampak sunyi dan sepi, tetapi an
last updateLast Updated : 2024-12-05
Read more

Jejak yang Tersisa

Pagi itu, matahari menyusup melalui celah pepohonan, menciptakan bayangan lembut yang menari di permukaan tanah. Ezra dan Kaira berjalan dengan langkah hati-hati, mata mereka terus awas memperhatikan sekitar. Setelah malam yang panjang dan penuh ketegangan, mereka akhirnya menemukan sebuah jalan setapak yang tampak jarang dilalui manusia.“Kita harus segera menemukan tempat untuk beristirahat,” Ezra berkata sambil menatap wajah lelah Kaira.Kaira mengangguk, meskipun pikirannya masih sibuk dengan semua yang terjadi. Ia merogoh kantongnya dan memegang kunci kecil yang selama ini ia bawa, berharap benda kecil itu dapat memberi jawaban atas teka-teki yang semakin rumit.“Menurutmu, mereka masih mengejar kita?” tanya Kaira, suaranya dipenuhi kekhawatiran.Ezra mengangguk pelan. “Aku yakin mereka tidak akan berhenti sampai mereka mendapatkan apa yang mereka cari. Tapi kita tidak bisa terus melarikan diri tanpa rencana.”
last updateLast Updated : 2024-12-06
Read more

Jerat di Kegelapan

Ezra memandang pria bersenjata di depan mereka dengan penuh kewaspadaan. Jarak mereka begitu dekat sehingga setiap detik terasa seperti ledakan ketegangan. Kaira, berdiri di sisinya, mencoba mengatur napasnya yang tidak beraturan."Serahkan apa yang kalian ambil," perintah pria itu, suaranya dingin dan penuh otoritas.Ezra mencoba membaca situasi. Dengan tangan kanannya, dia perlahan mengeluarkan peta dari sakunya dan mengangkatnya. "Ini yang kamu cari?" tanyanya, mencoba membeli waktu.Pria itu tersenyum tipis, matanya penuh kemenangan. "Bagus. Lemparkan ke sini, atau teman wanitamu jadi korban."Kaira mencengkeram lengan Ezra lebih erat, matanya menatap pria itu dengan ketakutan bercampur keberanian. “Kita tidak tahu apa yang kamu inginkan dari semua ini! Kenapa memburu kami?” Kaira berseru, meski suaranya sedikit bergetar.Pria itu tertawa kecil. "Kalian pikir rahasia ini hanya milik kalian? Apa yang ada di tangan kalian adalah kunci
last updateLast Updated : 2024-12-07
Read more

Jejak dalam Kegelapan

Lorong yang memisahkan Kaira dan Ezra seakan menjadi simbol jarak yang semakin melebar di antara mereka. Ezra memukul pintu batu di depannya dengan frustrasi, tangannya terluka akibat kerasnya permukaan itu. Namun, dia tidak menyerah."Kaira! Aku tidak akan meninggalkanmu!" teriak Ezra, napasnya terengah-engah.Dia memandang sekeliling lorong sempit itu, mencari celah atau petunjuk yang mungkin membantunya membuka pintu tersebut. Pada dinding dekat pintu, matanya menangkap simbol mawar samar yang bercahaya redup.“Ini seperti simbol yang pernah aku lihat di toko bunga Kaira,” gumamnya, mencoba mengingat detail kecil dari waktu mereka bersama. Dia menekan simbol itu dengan hati-hati, berharap sesuatu terjadi. Kaira dan Pilihan yang SulitDi dalam ruangan besar, Kaira berdiri tegar di hadapan pria itu. Dua pria bersenjata di belakangnya mulai bergerak mendekat, sementara pria yang memimpin masih memandangnya
last updateLast Updated : 2024-12-08
Read more

Labirin Tanpa Ujung

Kaira merasakan keringat dingin mengalir di tengkuknya. Tempat ini terasa asing—ruangan besar yang seakan tidak memiliki ujung. Pintu-pintu yang berukir rumit di sekeliling mereka tampak seperti jalan keluar, namun ada sesuatu yang sangat salah. Ezra berdiri di sampingnya, matanya fokus pada setiap gerakan mereka."Ini bukan tempat biasa," gumam Ezra, suaranya penuh dengan kewaspadaan. "Kita harus hati-hati."Kaira mengangguk, mencoba mengendalikan dirinya. Hatinya berdegup kencang, tetapi dia berusaha menenangkan diri. "Tapi, Ezra... di mana kita? Apa yang sebenarnya terjadi?"Ezra menatap ruang di sekeliling mereka dengan tajam. "Aku tidak tahu, Kaira. Tapi satu hal yang pasti, kita harus keluar dari sini. Apa pun yang terjadi."Mereka mulai berjalan pelan, setiap langkah mereka bergema di ruang yang seolah tak berujung ini. Suasana mencekam, dan ketegangan semakin terasa. Setiap pintu yang mereka dekati terasa penuh dengan ancaman yang tidak terucapkan."Ezra," suara Kaira bergetar
last updateLast Updated : 2024-12-08
Read more

Pilihan yang Memecah

Kata-kata di tanda itu menggema dalam pikiran mereka. "HANYA SATU YANG BOLEH MASUK." Kalimat itu terasa seperti ancaman, dan Ezra merasakan jantungnya berdegup lebih cepat. Dia menoleh ke arah Kaira, yang tampak terdiam, matanya terpaku pada tulisan di depan mereka."Kaira..." Ezra memanggil lembut, mencoba membaca apa yang ada di pikirannya. "Kita tidak harus mengikuti aturan ini. Mungkin ada jalan lain."Kaira menggeleng pelan, wajahnya menunjukkan keraguan yang mendalam. "Ezra, aku rasa ini bukan hanya soal aturan. Sesuatu di tempat ini... mereka ingin menguji kita. Jika kita mencoba melawan, mungkin malah akan lebih buruk."Ezra menatap Kaira dengan pandangan penuh tekad. "Tapi aku tidak akan meninggalkanmu. Apa pun yang terjadi, kita akan melewati ini bersama."Kaira tersenyum kecil, meskipun masih ada bayangan ketakutan di wajahnya. "Aku tahu itu, Ezra. Tapi... jika benar hanya satu yang boleh masuk, kita harus memutuskan dengan hati-hati."Mereka berdiri di sana cukup lama, men
last updateLast Updated : 2024-12-09
Read more

PERTEMUAN KEMBALI

Langit gelap di atas Kaira seperti terbelah. Hembusan angin dingin membawa bisikan-bisikan aneh yang memanggil namanya, namun kali ini terdengar berbeda. Lebih nyata. Lebih dekat.Kaira berdiri di depan pintu besar berwarna hitam, pintu terakhir yang harus ia buka. Namun, ia ragu. Perasaan takut menyelimuti dirinya, seolah-olah sesuatu yang lebih besar sedang menantinya di balik pintu itu. Ezra berada jauh di belakangnya, memanggil-manggil, tapi suaranya terdengar seperti bergema dari tempat yang sangat jauh.“Aku nggak bisa... Aku nggak tahu apa yang ada di sana…” gumam Kaira sambil memegangi dadanya yang sesak.Namun tiba-tiba, sebuah suara memecah keheningan. Suara itu datang bukan dari dunia ini. Suara yang hangat dan penuh harapan."Kaira… aku di sini. Jangan takut. Bangunlah."Kaira tersentak. Itu suara Ezra—bukan Ezra yang bersamanya di dunia horor ini, melainkan Ezra yang terasa lebih nyata. Ia merasa tubuhnya ditarik oleh sesuatu, seperti gravitasi yang membawanya menuju caha
last updateLast Updated : 2024-12-10
Read more

SURAT YANG MISTERIUS

Kaira duduk di ranjang rumah sakit, masih memegang tangan Ezra yang menggenggamnya erat. Pikirannya berkelana, mencoba memahami semua yang terjadi—baik di dunia nyata maupun di dunia gelap yang ia alami selama koma. Namun, satu hal terus membayang di pikirannya: surat dari Adrian."Ezra," Kaira memecah keheningan, suaranya lemah namun tegas. "Hari kecelakaan itu… aku menerima surat. Surat dari Adrian."Ekspresi Ezra berubah. Nama itu membawa kenangan masa lalu yang tak mudah dilupakan. Adrian adalah mantan tunangan Kaira yang menghilang tanpa jejak tiga tahun lalu. Bagi Kaira, kepergian Adrian adalah luka yang tak pernah sepenuhnya sembuh."Adrian?" Ezra menatap Kaira dengan alis berkerut. "Surat apa? Kenapa kamu nggak pernah cerita soal ini?"Kaira menghela napas, mencoba mengingat detailnya. "Aku juga nggak paham, Ezra. Surat itu datang ke toko bunga hari itu. Ada namaku di amplopnya. Tapi sebelum aku sempat membaca seluruhnya, aku langsung pergi karena... karena perasaanku kacau."
last updateLast Updated : 2024-12-11
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status