Home / Pernikahan / Penyebab Suamiku Mandul / Chapter 11 - Chapter 20

All Chapters of Penyebab Suamiku Mandul: Chapter 11 - Chapter 20

36 Chapters

Keputusan Melati

“Aku tidak setuju!” seru Biyan lantang.“Mas.”“Ini ide gila, Mel.”“Lihatlah Aneta, Mas. Dia begini karena kamu. Dan kemungkinan yang akan menyembuhkan juga kamu,” tegas Melati.Biyan menceplos tawa sumbang beberapa detik.“Mel, itu hanya ada di film-film, atau di novel saja. Orang sakit jiwa tidak akan semudah itu sembuhnya,” elak Biyan.Melati menggeleng.“Aku mau Mas Biyan bertanggung jawab. Aku akan bantu semaksimal mungkin. Entah nanti Aneta akan sembuh atau tidak, tapi aku kasihan sekali melihatnya begini. Apalagi Mbok Yul sudah sangat tua.”“Kalau kita akan menolongnya, cukup kita bawa ke rumah sakit jiwa terdekat. Kita yang akan tanggung biayanya, tidak perlu sampai ikut pulang bersama kita. Merawat orang dengan gangguan jiwa begini tidak mudah, Mel,” protes Biyan keras.Akan tetapi jika Melati sudah mengambil keputusan, sang sua
last updateLast Updated : 2024-10-08
Read more

Hanya Kedok Belaka

“Eh, aku cari tali atau apa dulu ya, takut Aneta ngamuk, dan perlu diikat.” Biyan yang tadinya berada di barisan paling depan, gegas berbalik. Tidak seorang pun mengindahkan Biyan, sebab konsentrasi mereka ada di balik pintu kamar yang ditempati Aneta. Kegaduhan yang merebak seketika hilang. Berganti sepi. Ketiga perempuan itu saling berpandangan. Dua detik kemudian, Melati maju lalu menempelkan daun telinga di pintu.Benar-benar tidak terdengar apa pun. Eh … terdengar isak lirih, tiba-tiba berubah menjadi cekikikan tinggi rendah.“Mas Biyan, ini Mas Biyanku.” Suara Aneta menjadi semakin jelas.“Mas Biyan, akhirnya kamu datang juga. Mau jemput aku kan?” Masih suara Aneta dari dalam.Melati buru-buru membuka pintu, karena sangat penasaran dengan apa yang sedang terjadi dengan Aneta. Dewi dan Mak Tarwih tidak bisa mencegah.“Mas Biyan …,” racau Aneta
last updateLast Updated : 2024-10-09
Read more

Memakai Topeng

Pintu kamar mandi terbuka, sejurus kemudian Biyan muncul hanya memakai celana pendek. Lelaki itu terlihat begitu segar dengan rambut basahnya. Dia sengaja melewati lemari pakaian begitu saja. Masih dengan bertelanjang dada, dia mendekati Melati. Duduk di sebelah istrinya persis. “Jangan cemberut terus dong. Sini, Sayangku.” Biyan melempar senyum termanisnya, lalu mendapatkan badan Melati. Mengecup puncak kepala istrinya. Melati hanya melirik sekilas, kemudian dia kembali kepada layar teleponnya. Dia hanya sedang iseng melihat-lihat suguhan media sosial yang diposting oleh orang-orang. Sedari tadi pun pikirannya tidak pada gambar atau video yang tertangkap oleh retinanya.Melati masih saja masgul dengan pelukan dan ciuman Aneta yang diberikan kepada Biyan. Gambaran itu seperti terus berputar-putar di otaknya, sama sekali tidak mau pergi.“Lagi liat apa sih?” Biyan mencoba mendapatkan perhatian sang istri. &l
last updateLast Updated : 2024-10-10
Read more

Ada Yang Curiga

“Mbak, sikap Aneta kok mencurigakan ya?” bisik Mak Tarwih. Lehernya menjulur jauh, seperti memindai situasi di sekitar mereka.“Mencurigakan gimana?” jawab Melati. Ini sudah hari ke empat, sejak Aneta ada di rumahnya. Aneta masih sering mengoceh dan menyumpahi Biyan sesekali, tetapi dia sudah jarang mengamuk. Meski kalau melihat Biyan, dia langsung kegirangan dan berlari memeluk. Jujur saja Melati memang agak kesal. Namun sejauh ini dia melihat Biyan sudah pandai mengelak jika perempuan itu ingin menciumnya.“Mak perhatikan Aneta itu kalau kumat, manggil-manggil Mas Biyan itu pas ada Mas Biyan,” lanjut Mak Tarwih. Masih dengan berbisik.Melati yang sedang mengaduk kopi, spontan berhenti. Dia terpaku sejenak, sebelum akhirnya menoleh kepada sang asisten rumah tangga.“Yang bener, Mak?”Mak Tarwih mengangguk. “Kalau Mbak Melati dan Mas Biyan di toko, dia ante
last updateLast Updated : 2024-10-11
Read more

Pengakuan

“Sebenarnya gimana cerita antara Mas sama Aneta dulu?” Melati membuka tanya. Makan malam baru usai sekitar sembilan puluh menit yang lalu. Pasangan suami istri yang tampak selalu romantis itu sedang duduk di sofa mewah. Di depan mereka ada televisi layar datar yang sangat lebar, menampilkan sebuah video musik.  “Ih, jawab Mas, kenapa sampai Aneta bisa sebucin itu sama Mas?”Biyan melirik. Tangannya ingin mengusap dahi sendiri yang tiba-tiba sedikit berembun, tetapi ditahannya sekuat mungkin. Dia tidak ingin sang istri menangkap kegelisahannya, sebab pertanyaan Melati itu tidak pernah diprediksikan sebelumnya. Jadi Biyan harus pandai berimprovisasi dadakan saat ini.“Romantisan mana? Pas sama aku yang istri Mas atau sama dia pas jadi kekasih Mas?” Melati meluncurkan satu pertanyaan lagi. Bahkan dua pertanyaan saja belum bisa Biyan jawab.Membuat hawa panas yang tadinya hanya di seputar kepala Biyan, me
last updateLast Updated : 2024-10-12
Read more

Tertuduh

“Iya, ternyata memang benar. Ada cairan pembersih porselen di susu yang diminum Aneta,” kata Biyan lirih.Selembar kertas dia ulurkan kepada Melati. Perempuan itu segera membaca dengan cepat. Jujur agak kurang mengerti dengan bahasa medis yang dikeluarkan laboratorium tempat sisa makanan dan susu yang dikonsumsi Aneta diperiksa. Biyan menutup wajahnya, yang langsung ditenangkan Dewi.“Aku enggak nyangka Mak Tarwih sampai hati meracuni Aneta begini,” desis Biyan.“Iya, Ibu juga enggak nyangka,” sahut Dewi cepat.Anak dan ibu itu menunduk, terlihat lemas dan memasang tampang wajah yang memelas.“Apa kamu yang menyuruh Mak Tarwih, Mel?” ujar Biyan lagi. Kepalanya mendongak, menatap Melati yang masih terpekur dengan kertas dari laboratorium.“Biyan … jangan sembarangan!” hardik Dewi. Tentu saja hanya sebuah akting yang mumpuni.“Kok Mas bisa sampai menuduh aku begitu?” Melati terkaget. Balas menatap suaminya dengan ekspresi tidak percaya.Biyan menunduk lagi. “Ma-maafkan aku, Mel. Hanya
last updateLast Updated : 2024-10-13
Read more

Telah Pergi

“Ternyata lemari bajunya pun udah kosong, Mel,” lapor Biyan. Dia baru saja kembali dari memeriksa kamar Mak Tarwih. “Itu berarti Mak Tarwih beneran pergi?” desis Melati. Tubuhnya seketika lunglai. Menempel pasrah ke sandaran sofa yang sedang dia duduki. Mata perempuan itu menatap langit-langit, mengerjap-ngerjap, meyakinkan diri jika ini bukanlah mimpi.“Mak, tega ninggalin aku ….”Biyan sigap memeluk sang istri yang mulai terisak. Dibawanya tubuh kecil Melati ke dalam dekapan, tangan Lelaki itu bergerak aktif untuk mengusap-usap pundak, sesekali kepala istrinya. Tidak lupa Biyan memberi kecup di puncak kepala. Apa pun yang akan membuat Melati merasa lebih nyaman, yang bisa menumbuhkan kepercayaan Melati kepadanya semakin besar.“Sabarlah, Mel. Besok kita akan jemput Mak Tarwih di kampungnya ya. Dia mungkin hanya merasa bersalah, atau mungkin malu sama kamu karena sudah berbuat hal seperti itu.”
last updateLast Updated : 2024-10-14
Read more

Agak Aneh

Melati yang tengah serius menekuri laptop-nya reflek mendongak ketika mendengar suara ketukan. Mata perempuan itu menemukan sosok Yanuar menjulang di ambang pintu kantornya.“Ada apa, Yan?” tanya Melati, namun matanya sudah beralih ke layar laptop-nya lagi.“Mau konfirmasi dikit, Mel,” jawab Yanuar. Dia mengambil duduk di hadapan Melati.“Oke, tunggu ya.”Yanuar mengangguk, meskipun mata Melati masih saja melekat pada benda kotak di hadapannya. Terlihat sesekali bos-nya itu mengetik sesuatu. Tampak sangat serius.Secara iseng saja, Yanuar memindai ruang kerja Melati. Dia ingat, biasanya almarhum Pak Ruli yang duduk di kursi Melati. Sedang meja sebelahnya, yang sekarang adalah meja kerja Biyan, dulunya milik almarhumah ibu kandung Melati, Bu Ratna. Selain hal itu, semua masih tampak sama.Yanuar sudah bekerja enam tahunan di sini. Dari awal toko ini sekedar toko sembako tradisional sampai diubah menjadi tok
last updateLast Updated : 2024-10-15
Read more

Protes Biyan

“Oh Bu Melati di sini rupanya, saya sudah cari kemana-mana, sampai napas mau putus. Aduh ….”Salah satu staf toko menghadang Melati yang sedang berjalan bersama staf gudang. Terlihat dia bernapas dengan tersengal-sengal, beberapa keringat menghiasi wajahnya. Dia memegangi dadanya sendiri sambil mengernyit dalam. Kentara benar dia baru saja berlari.“Ada apa?!” Melati tidak sadar bertanya dengan berteriak, saking kagetnya.“Itu, Bu … itu … Pak Biyan berantem sama Pak Yanuar, itu di kantor Ibu.”Ya Alloh. Tanpa berpikir panjang, Melati balik badan dan gegas mengayunkan langkah. Tergopoh-gopoh kembali ke kantornya. Baru sekira sepuluh menit yang lalu Melati turun. Dia bermaksud pergi ke gudang untuk mengecek barang yang katanya banyak dikomplain pembeli.“Berhenti kalian semua!” jerit Melati.Dia masih berjarak lima meter dari kantornya, namun sosok Biyan dan Yanu
last updateLast Updated : 2024-10-16
Read more

Bukti Kecurangan

“Ah, dasar jongos enggak tahu diri!” cerca Biyan kesal. Dia langsung menjatuhkan tubuhnya ke sofa.Aneta yang tengah berleha-leha menonton televisi sembari ngemil, terkesiap kaget. Perempuan itu tidak mendengar jika Biyan masuk, tiba-tiba telinganya menangkap suara lelaki itu dari ruang tamu. Padahal baru sekitar satu jam lalu dia pergi ke toko bersama Melati, dan tiga puluh menit lalu mereka pun saling bertelepon.“Mas, kenapa? Baru datang malah marah-marah,” tanya Aneta mendekat, langsung bergayut manja di pundak Biyan. “Harusnya tiap ketemu aku tuh bahagia.”“Aku baru saja menjalankan rencana kamu, kebetulan momen-nya pas,” sahut Biyan tanpa menoleh kepada Aneta. “Terus?” Mata Aneta berkilat. “Udah langsung dikeluarin itu si Yanuar?”Biyan mendengkus. “Gagal, enggak sesuai dugaan kita. Melati ternyata enggak langsung percaya, dia bilang mau selidiki dulu kebenara
last updateLast Updated : 2024-10-17
Read more
PREV
1234
DMCA.com Protection Status