Home / Romansa / Dekapan Hangat Pacar Sahabat / Chapter 31 - Chapter 40

All Chapters of Dekapan Hangat Pacar Sahabat: Chapter 31 - Chapter 40

48 Chapters

Mana ada orang jatuh yang luka bibirnya

Lila merasakan tubuh Galang gemetar hebat di pelukannya. Air mata membasahi bahunya, isakan galang menggetarkan dada Lila. Ia tidak menyangka jika Galang akan memohon dan merendahkan diri seperti ini demi menyelamatkan hubungan mereka.Galang yang keren, gagah, kekar serta menjadi idaman gadis-gadis, menangis di pelukannya sampai terisak. Baru kali ini Lila melihat sisi lemah Galang yang membuatnya ikut sesak.Cowok itu bukan hanya menangis, ia terus memohon, meracau bahkan bersujud di kaki Lila agar gadis itu menarik ucapannya.“Aku minta maaf… aku bener-bener khilaf. Kalau kamu mau bales, aku terima sayang, asal kamu jangan tinggalin aku.”Galang terus menangis di pelukannya, ia hanya diam tanpa suara. Membalas pelukan Galang pun tidak. Ia merasa gamang, di satu sisi ia sangat menyayangi Galang, tetapi di sisi lain hatinya sakit menerima kemarahan Galang yang berlebihan untuk pertama kalinya.“Tolong jangan tinggalin aku, aku gak punya siapa-siapa selain kamu yang selalu ngertiin aku
last updateLast Updated : 2024-12-12
Read more

Aku minta maaf nggak bisa bales perasaan kamu

Teriakan dari lantai satu membuyarkan acara tatap menatap Lila dan Galang yang hampir terhanyut terbawa suasana.Dua remaja itu hampir saja menyecap bibir masih-masing sebelum akhirnya bergegas menuju arah sumber suara.Sementara itu di lantai satu, Bara berteriak panik, suaranya menggema di ruangan meminta pertolongan.Adip berdiri kaku di ambang pintu, matanya membelalak saat melihat pemandangan di depannya. Bara tengah membersihkan darah di wajah Shenina, sedangkan gadis itu terkulai lemas di lantai dengan darah yang mulai menggenang.Shenina, terjatuh dari lantai dua sebab terlalu fokus mengintip Galang dari anak tangga. Suasana seketika berubah tegang. Bara terus memanggil nama Shenina dengan panik. Namun, mata gadis itu semakin sayu, hingga akhirnya terpejam rapat.“Shena! Bangun, Shena! Tolong, jangan mati!” Bara memohon dengan suara bergetar. Tangannya pun gemetar saat mencoba menahan darah yang terus mengalir dari kepala Shenina. Tanpa pikir panjang, dia membuka seragamnya da
last updateLast Updated : 2024-12-13
Read more

SEJAK KAPAN KALIAN PACARAN?

“Kalau di garis takdir Tuhan berkata aku berjodoh sama Galang, kamu sama siapa?” “Aku sendirilah, kan aku udah bilang, kalau bukan kamu berarti nggak akan ada orang lain.”“Gimana sama Salma?”Adip mengedikan bahunya acuh, “Aku nggak bisa maksain perasaan aku, Lila. Malah kasian sama dia nantinya.”Lila terkekeh mendengar jawaban Adip, tetapi hanya sesaat. Kini wajahnya kembali menunduk sendu.“Tapi, Dip… kalau nanti jodohku ternyata kematian, kamu…” Lila sampai tak sanggup melanjutkan ucapannya.“Aku akan mengubur cintaku bersama jasadmu, hingga tiba saatnya nanti, kita dipertemukan kembali di alam keabadian.”Lila tersenyum mendengar jawaban Adip. Sebesar itu rasa yang Adip berikan padanya, tapi sayang ia tak dapat membalas. Seperti kata Adip, jika cinta tidak bisa dipaksakan kepada siapa ia akan berlabuh. Karena jika dua hati yang saling bertentangan dipaksa bersatu, maka yang akan mereka dapatkan hanyalah kesakitan, bukan kebahagiaan.Begitulah perasaan Lila pada Adip—masih samar
last updateLast Updated : 2024-12-14
Read more

Pura-pura amnesia?

Galang sudah menjelaskan panjang lebar kali tinggi, bahwa apa yang Lila dengar adalah sebuah kesalahpahaman. Namun, gadis itu tetap tak percaya, Lila ngereog ingin menghajar Shenina yang asyik menyaksikan perdebatan mereka berdua dengan wajah tanpa dosa.Shenina juga tak mau meralat ucapannya karena ia berbicara sesuai apa yang ada dalam pikirannya. Adip merasa bahwa Shenina sedang mengalami amnesia akibat jatuh dari tangga. Baguslah, ini kesempatan untuknya mengompori Lila agar salah paham pada Galang.“Wah, bener-bener parah Lo, Lang. Dia sakit belum sehari udah dijadiin pacar!” Ditambah perkataan Adip yang cenderung mengompori. Lila semakin merajuk dan tak mau mendengarkan penjelasan Galang. Padahal biasanya gadis itu selalu santai setiap menanggapi masalah, tetapi kali ini Galang dapat melihat sisi lain dari pacarnya tersebut.“Gue sih nggak heran, Lang. Lo emang jago bikin cewek-cewek nyaman. Shenina itu cuma satu dari banyak korban perhatian lo,” kata Adip lagi.“Diem Lo! Kompo
last updateLast Updated : 2024-12-14
Read more

Jangan kaya anak kecil!

Hari-hari berikutnya, Galang selalu sibuk mengurus Shenina karena gadis itu selalu menempel padanya. Bahkan, Galang akhir-akhir ini jadi lebih sering bersama Shenina dibanding pacarnya sendiri. Seperti malam ini, Lila duduk di kursi pojok kafe favorit mereka, jemarinya mencengkram pegangan cangkir yang sudah dingin. Matanya menatap Galang yang duduk di sampingnya dan sibuk mengetik sesuatu di ponsel. Sesekali, senyum tipis mengembang di bibirnya saat sebuah pesan masuk, Lila tahu pasti siapa pengirimnya—Shenina. Lila menghela nafas panjang, “Shenina lagi. Kenapa lagi dia?” Galang mengangkat kepala tampak sedikit kaget, cowok itu seperti lupa kalau Lila juga berada di sana. “Dia tadi mimpi buruk katanya, yang. Aku lagi kirim voice note biar dia tenang.” Lila hanya mengangguk paham, tenggorokannya tiba-tiba terasa kering dan tercekat. Sudah terlalu sering ia mendengar jawaban seperti itu. Selalu tentang Shenina. Tentang ingatan yang masih belum pulih. Shenina yang lebih butuh
last updateLast Updated : 2024-12-15
Read more

Aku takut hamil, Dip.

“Heh, sape lo?!” Lila menusuk-nusuk pinggang cowok itu dengan ranting. Cowok itu menggeliat perlahan, lalu mengangkat wajahnya. Lila menghela nafas lega saat melihat siapa pemilik wajah tersebut. “Adip! Ya ampun, nakutin aja!” geram Lila. Adip menggaruk-garuk kepalanya sambil duduk tegap. Tak ada raut wajah kaget atau marah. Wajahnya malah tampak kusut dan matanya sayu. Mungkin pengaruh dari isi botol-botol yang sudah kosong di dekatnya. Lila mencondongkan tubuhnya. Matanya memicing sambil mengendus-endus aroma alkohol yang menyengat dari tubuh Adip. Adip beringsut mundur seiring tubuh Lila mendekat. “Kamu mabuk, ya?” tanya Lila. Adip menggeleng sambil memalingkan wajah. “Coba liat?” Lila memegang dagu Adip agar menatap ke arahnya. Namun, Adip tak bergeming. Ia hanya menggaruk lehernya dengan canggung dan berusaha menghindari tatapan Lila. Lila mendengus, “Kamu aja nggak berani ngadep sini.” “Kamu ngapain di sini?” Adip mengusap wajahnya kasar, menghilangkan sisa kantu
last updateLast Updated : 2024-12-15
Read more

Aku benci sama kamu, Dip!

Pagi hari menyapa, embun di dedaunan menguar seiring matahari meninggi.Dua remaja yang baru menghabiskan malam dengan penyatuan yang intim, mengerjap saat sinar mentari menyoroti wajah mereka.Lila, jadi orang pertama yang membuka mata. Dada bidang nan sixpack langsung menyapa pandangannya. Gadis itu terdiam sebentar, mencerna situasi asing saat dirinya terbangun dalam pelukan cowok kekar dan dalam keadaan tanpa sehelai benang pun.“Astaga, jadi tadi malem gue sama Adip bener-bener—ck, brengsek!” Lila tercekat. Gadis itu mengangkat pandangannya meski terhalang genangan air di pelupuk mata. Dia melihat, Adip—cowok yang merenggut keperawanannya, masih tertidur pulas dan memeluk dirinya dengan nyaman. Tanpa pikir panjang, dia langsung mendorong dada Adip hingga cowok itu terpental. Gadis itu memunguti pakaiannya yang berserakan dan langsung memakainya cepat-cepat.“Kenapa, La? “ tanya Adip dengan suara serak. Cowok itu masih linglung.Lila tidak menjawab. Dia sibuk memasang pakaiannya
last updateLast Updated : 2024-12-16
Read more

Kissmark pembawa petaka

“LILA! Kamu apa-apaan, sih”Reflek Galang berlari menghampiri Shenina dan membantunya untuk berdiri.“Hati-hati tanganku sakit,” ringis Shenina. Galang menatap Lila dengan tatapan tajam sambil menuntun Shenina untuk duduk di sofa. “Cih, lemah! Gitu doang kesungkur! Caper!” cibir Lila masih dalam posisi semula. Mendengar cibiran Lila, Galang semakin terbakar amarah. Ada apa dengan gadis itu? Tidak biasanya Lila berlaku kasar seperti ini.“Kamu kenapa, sih? Habis pulang ngelayap jadi kasar banget!” Galang memaki. Namun, fokusnya teralih bukan pada reaksi Lila, tapi cara Lila berjalan.Lila mendengus sinis, dia berjalan mendekati Galang dengan langkah berat. Namun, Sorot matanya tajam tertuju pada Shenina yang meringis lemah di sofa. “Aku kenapa? Harusnya aku yang nanya! Kenapa kamu sekarang belain dia terus?!” Suaranya meninggi. Galang menggelengkan kepala, ini tidak seperti pacarnya.“Kamu aneh! Sebenarnya kamu kenapa?” tanya Galang mencibir. Diam-diam Shenina menyunggingkan senyum s
last updateLast Updated : 2024-12-16
Read more

TAMPARAN KE 2

Galang terdiam setelah tamparan keras itu mendarat di pipi Lila. Suara tamparan tersebut bergema di ruangan, membuat semuanya hening. Shenina membeku, menatap mereka berdua dengan rasa terkejut, tetapi lebih dominan puas yang dia sembunyikan. Lila perlahan melepaskan genggamannya pada rambut Shenina, lalu menatap Galang dengan mata yang memerah. Pipinya terasa panas, bukan hanya karena tamparan, tapi juga karena rasa sakit yang membakar dadanya. “Lila… aku nggak bermaksud...” Galang berbisik pelan, suaranya bergetar penuh dengan rasa bersalah. Ia melangkah mendekat dan mencoba menyentuh wajah Lila. “Maaf… aku kelepasan. M-mana yang sakit, hm?"Lila mundur selangkah, tubuhnya gemetar, bekas jari Galang terlukis di pipi putihnya. Air mata mulai mengalir tanpa bisa ia tahan. Sepatah kata pun tak mampu terucap dari bibirnya yang gemetar.“Lila, aku bener-bener minta maaf,” ucap Galang. Perlahan, ia menarik gadis itu ke dalam pelukannya. Tubuh Lila terasa kaku, tetapi dia tetap memeluk
last updateLast Updated : 2024-12-18
Read more

Kalau aku mati gimana?

Adip memandang Lila yang masih menangis dalam pelukannya. Hujan tak mau berhenti mengguyur tanah, menyamarkan tangis dan luka hati gadis remaja itu. Bahkan, Lila tak mau di ajak pindah untuk mencari tempat berteduh. Jadi, terpaksa Adip ikut berdiri bersamanya sambil memayungi kepala Lila dengan kedua tangan.“Gimana kalau kita hujan-hujanan sambil naik motor?” ujar Adip. Lila mengangkat pandangannya dengan dahi berkerut dalam.“Kamu pulang dulu aja, Dip,” Lila kembali menunduk, “Aku masih mau di sini.”Adip menggeleng, “Ayo! Ikut!” Adip menarik paksa lengan Lila, dan menuntunnya menaiki motor. Lila menurut meski sedikit enggan. “Hujan-hujanan sambil naik motor lebih asik. Percaya sama aku!” kata Adip. Lila mendengus, cowok itu memang selalu punya cara untuk membuatnya menghilangkan rasa gundah.Sepanjang jalan yang sepi, motor mereka melaju pelan di bawah langit kelabu yang semakin petang. Kabut dingin menyelimuti, menyentuh kulit mereka berdua dengan lembut. Sementara Adip fokus men
last updateLast Updated : 2024-12-19
Read more
PREV
12345
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status