Semua Bab Pengantin Pengganti Untuk Tuan Excel : Bab 41 - Bab 50

66 Bab

Kembalinya Vero

Setelah memastikan Nur masuk dengan selamat, Pak Supri segera kembali ke rumah Heri. Mobil meluncur perlahan meninggalkan kediaman besar keluarga Azka, meninggalkan Nur yang berdiri di ambang pintu.Udara dingin dini hari menyelinap melalui celah pintu, membuat Nur menarik syal yang melingkar di lehernya lebih erat. Rumah besar itu sunyi, hanya ditemani gemericik air dari kolam kecil di halaman depan. Asisten rumah tangga yang bertugas malam itu segera menyambutnya."Pagi, Non Nur. Apa perlu saya siapkan sesuatu? Teh hangat, mungkin?" tanya bidan Lilis berbasa-basi. Wajahnya tak sedikitpun menampakkan keramahan.“Enggak perlu, Bi. Nur capek, mau langsung ke kamar. Tapi sebelum itu, Nur mau nengok Oma dulu,” jawab Nur lembut, menghapus jejak kelelahan dari suaranya.Bi Lilis mengangguk. “Baik, Non."Nur berjalan perlahan menyusuri lorong rumah yang panjang. Kakinya berhenti di depan sebuah pintu kayu besar berukir. Ia mengetuk perlahan sebelum membuka pintu."Oma, Nur masuk, ya," katan
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-08
Baca selengkapnya

Keputusan

Bruak!Parsel buah yang ada di tangan Nur seketika jatuh ke lantai, membuat suara yang menggema di ruangan itu. Matanya membulat, bibirnya bergetar, seolah tak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar."Ka-k Ve-ro?" Nur berusaha memastikan, suaranya nyaris berbisik. Tatapan bingungnya beralih pada Excel yang hanya bisa mengangguk tanpa mengucap sepatah kata pun.Veronica tersenyum tipis, seolah tak menyadari keterkejutan yang melanda Nur. "Iya, kami sudah lama merencanakan ini, tapi semuanya tertunda karena kondisi Excel. Saya tetap setia menunggunya sampai dia sembuh."Nur masih terpaku di tempat. "Kak Excel, apa benar kamu akan menikah dengannya?" tanyanya pelan, suaranya bergetar, penuh dengan kekecewaan."Iya, Nur. Dan pernikahan kami akan segera berlangsung setelah aku keluar dari sini," balas Excel.Nur berdiri di hadapan Veronica, matanya menyala oleh kemarahan yang tak lagi bisa ditahan. Kata-kata Excel tentang pernikahan mereka sebelumnya seperti belati yang menghujam dada
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-10
Baca selengkapnya

Retrograde Amnesia

Veronica mengangguk sembari tersenyum menanggapi Excel.Excel menatap Veronica lebih dalam, seolah mencari jawaban yang tak pernah ia temukan sebelumnya. "Aku ingat semuanya, Vero. Janji-janji itu, harapan kita... semua yang pernah kita bangun bersama.""Iya, Sayang, aku sudah tidak sabar menanti hari bahagia kita. Kamu cepat sembuh ya, biar kita segera menyiapkan pernikahan yang kita idamkan," balas Vero.Vero memeluk Excel, bibirnya melengkung ke atas, ia merasa puas karena rencananya telah berjalan dengan mulus.Ruangan rumah sakit itu terasa lebih cerah dengan senyum Veronica yang terus menghiasi wajahnya. Ia tetap memeluk Excel, merasakan tubuh pria itu yang kini lebih hangat dari sebelumnya. Namun, suara ketukan pintu mengalihkan perhatian mereka berdua.Dokter masuk, diikuti oleh seorang perawat yang membawa alat pemeriksaan. Dengan ramah, dokter menyapa, “Selamat sore, Tuan Excel. Bagaimana perasaan Anda hari ini?”
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-11
Baca selengkapnya

Nur Hilang

Veronica tersenyum kecil, berjalan mendekat ke sisi ranjang. "Iya, Sayang. Tapi ada urusan mendadak yang harus aku selesaikan. Ini penting. Kamu lupakan saja gadis itu ya, kalau kamu mengingat dia terus bisa-bisa pernikahan kita nanti bisa gagal karena kamu terus memikirkan wanita lain. Dan aku tidak ingin ada wanita lain dalam pernikahan kita."Excel menatapnya penuh rasa ingin tahu. “Maaf, aku tidak akan mengingatnya lagi. Memangnya urusan apa? Apakah ada hubungannya dengan pekerjaanmu?”Veronica mengangguk cepat. “Iya, sesuatu yang berkaitan dengan klien penting. Kalau aku tidak menyelesaikannya malam ini, bisa berantakan semuanya. Aku janji, besok pagi aku akan kembali sebelum kamu keluar dari rumah sakit.”Excel terdiam sejenak, mencoba mencerna alasan Veronica. Namun, ada sesuatu dalam nada suaranya yang terasa janggal. "Kenapa harus malam ini? Apa tidak bisa ditunda sampai besok?"Veronica menghela napas panjang, mencoba menyembunyikan kegelisahan di matanya. "Tidak, Sayang. Ak
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-12
Baca selengkapnya

Kabar yang Meghentak

Lia langsung duduk tegak, napasnya memburu. Tubuhnya dingin oleh keringat, meskipun udara kamar terasa hangat. Tanpa pikir panjang, ia menyibak selimut dengan kasar dan melangkah turun dari tempat tidur. Gemuruh di dadanya tak bisa diabaikan, firasat buruk seolah menggantung berat di udara."Pak Supri, tunggu di rumah sakit. Aku akan segera ke sana menyusul," titah Lia dengan nada panik melalui telepon. Suaranya nyaris bergetar, namun tetap tegas. Tak menunggu jawaban, ia langsung memutus sambungan secara sepihak, tangannya gemetar menggenggam telepon."Bang...! Bangun, Bang! Nur hilang!" Lia mengguncang tubuh Heri yang masih terlelap di sampingnya.Heri mengerjap-ngerjapkan mata, mencoba mencerna kata-kata istrinya. Wajahnya yang kusut menandakan ia masih setengah sadar. "Apa? Hilang? Siapa yang bilang?" tanyanya dengan nada bingung."Pak Supri! Udah, cepetan bangun!" Lia berkata dengan cemas. Ia melangkah tergesa ke ranjang bayi, tempat kedua anak kembarnya, Rama dan Sinta, tertidur
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-12
Baca selengkapnya

Debar Jantung

Tok...tok...!Pak Supri mengetuk pintu ruangan Excel dengan hati-hati."Masuk!" terdengar suara dari dalam, tegas namun dingin.Pak Supri membuka pintu perlahan. Di dalam, Excel baru saja keluar dari kamar mandi, satu tangan memegang tiang infus yang mengikutinya. Wajahnya tampak lebih segar dibanding sebelumnya, tapi sorot matanya tajam dan tidak bersahabat."Permisi, Tuan Excel," sapa Pak Supri sopan. "Saya datang untuk menjemput Non Nur."Excel mengerutkan keningnya, lalu memandang Pak Supri dengan ekspresi bingung. "Nur?" tanyanya, suaranya datar."Iya, Nona Nur," jawab Pak Supri tegas namun bingung dengan reaksi Excel.Excel menyandarkan tubuhnya ke tempat tidur dan menghela napas panjang. "Bukannya Nur sudah pulang sejak kemarin sore?"Pak Supri menatap Excel tak percaya. "Maksud Tuan?" tanyanya penuh kebingungan.Excel menegakkan tubuhnya, menatap lurus pada Pak Supri. "Kemarin, saat aku mulai me
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-13
Baca selengkapnya

Kunjungan Orang Tua Nur

"Ihh lepasin, Bang. Aku harus kasih pelajaran orang sombong itu!" ujar Lia saat sang suami menggelendengnya keluar."Anda jangan membuat keributan di sini, Bu. Kalau tidak mematuhi peraturan rumah sakit, saya akan seret anda dengan kasar!" ancam lelaki berseragam satpam."Pak, dia itu adik ipar saya. Jadi anda tidak berhak melarang sa....." Belum selesai mengucapkan kalimatnya tiba-tiba ponselnya berdering.Lia segera mengeceknya, berharap itu Nur yang menghubungi. Namun, bukannya merasa lega, ia justru semakin panik."Bapak?" ucap Lia. Ia segera melihat ke arah sang suami."Angkat saja siapa tahu penting," titah Heri."Tapi, Bapak vidio call, Bang. Duh lagian ngapain sih tiap kali telpon selalu vidio call," keluh Lia.Lia menghembuskan napas dengan kasar sebelum menggeser tombol hijau pada layar ponselnya."Assalamualaikum, Pak," sapa Lia berusaha tenang."Waalaikumsalam, Nduk,
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-13
Baca selengkapnya

Ternyata Nur di Sini

"Excel, apa yang sudah terjadi? Kenapa Nur bisa pergi dan tidak pulang?" tanya Oma Mentari dengan khawatir setelah sampai di sisi sang cucu.Excel menghela nafas sejenak, dalam hatinya kenapa semua orang menghawatirkan gadis sederhana yang bernama Nur itu."Oma, Nur itu bukan siapa-siapa kita. Jadi, biarlah dia pergi," balas Excel.Azka dan Oma Mentari pun kompak terkejut. Mereka tak menyangka Excel akan berkata seperti itu setelah apa yang sudah Nur lakukan untuk keluarganya."Apa maksudmu, Xel? Nur itu istrimu, bahkan dia yang mengurus selama kamu sakit. Walau pun dia sangat lelah tetapi dia tetap tulus merawat dan menjagamu!" ucap Azka dengan tegas."Kenapa semua orang mengatakan kalau Nur itu istriku, padahal aku tidak merasa pernah menikahi perempuan itu. Masa iya, aku nikah sama bocil? Enggak level banget! Lagian aku sudah punya calon istri, Pa. Masa, Papa, lupa sama calon menantu sendiri," gerutu Excel. Ia langsung membaringkan tubuhnya dan menutup seluruhnya dengan selimut."E
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-17
Baca selengkapnya

Senam Jantung

Karena terlalu lapar Sera segera mengisi perutnya dan sebungkus nasi kucing dan meminum air putih sebanyak mungkin agar perutnya kenyang. Orang tuanya yang hanya buruh petani tetapi bertekad anaknya menjadi dokter membuat Sera tidak berdiam diri, ia berkuliah sambil kerja di kafe."Nur, kamu sebenarnya ada masalah apa? Coba kamu cerita sama aku, apa kamu bertengkar dengan mbakmu?" tanya Sera pelan. Setahu Sera Nur tinggal bersama sang kakak, ia sama sekali tak tahu bila Nur sudah menikah.Nur sama sekali tak menggubris pertanyaan temannya meski sudah berulang kali, ia tetap menangis dan meratapi kekecewaannya."Ya sudah kalau kamu belum mau cerita, tapi aku akan siap menjadi pendengarmu selama kamu membutuhkan ku. Sekarang kita istirahat ya, ini udah jam satu malam," ujar Sera. Setelah itu ia memilih memejamkan mata karena fisiknya terlalu lelah dan besok harus kuliah lagi.Kembali pada pagi ini, Sera sudah siap untuk berangkat
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-18
Baca selengkapnya

Akhirnya Kembali

Ceklek...Pintu terbuka perlahan, dan Lia yang berdiri di belakang Heri langsung terdiam. Sosok yang berdiri di depan pintu membuatnya tertegun."Nur?" seru Lia dengan suara bergetar, antara lega dan kaget.Nur berdiri di sana dengan tubuh menggigil, wajah sembab, dan pakaian asing yang tampak jauh dari kebiasaannya. Baju yang ia kenakan tidak bermerk, jelas bukan miliknya, dan rambutnya tampak berantakan."Maaf, Mbak Lia... Mas Heri..." suara Nur terdengar pelan, hampir seperti bisikan.Lia, yang semula berniat meluapkan emosinya, hanya bisa menatap adiknya dengan campuran rasa lega dan iba. Ia mendekat, lalu meraih tubuh Nur untuk di peluk dan tanpa sadar air matanya menetes."Nur, ke mana saja kamu? Kami panik nyariinn kamu?" ujar Lia, suaranya gemetar. Namun, nada marah yang semula ada dalam pikirannya lenyap begitu melihat kondisi Nur.Nur menunduk penuh rasa bersalah. "Maafin aku, Mbak, udah buat kalian kawatir."Heri, yang berdiri di samping Lia, segera mengusap bahu Nur dan me
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-19
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234567
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status