Home / Romansa / Pembalasan sang Istri Tertindas / Chapter 241 - Chapter 250

All Chapters of Pembalasan sang Istri Tertindas: Chapter 241 - Chapter 250

324 Chapters

Bab 241

"Kenapa kamu tiba-tiba menjatuhkan cangkir teh hari itu?" Amanda mulai kehilangan kesabaran."Bu, aku benaran nggak sengaja. Aku cuma tertarik pada batu safir itu, jadi fokusku teralihkan. Lalu, tanganku gemetar dan aku menjatuhkan cangkir teh," jelas Malia sambil terisak-isak.Begitu Malia selesai berbicara, Janice langsung merasakan tatapan tajam yang penuh niat jahat. Itu adalah tatapan Vania.Vania maju dan bertanya dengan curiga, "Bu, apa ada masalah dengan batu safir itu?"Amanda tidak menjawab, yang berarti perkataan Vania benar. Vania mengusulkan dengan sok bijak, "Gimana kalau kita periksa rekaman CCTV saja? Malia yang begitu penakut nggak mungkin berani macam-macam dengan barang semahal itu."Malia menangis. "Benar, aku setuju. Bu, aku minta keadilan."Saat berikutnya, Bella berkata, "Bu, sebelumnya aku sudah menyimpan rekaman CCTV dari ruang rapat."Setelah mendengar ini, wajah Amanda berubah serius. Dia mendongak dan menatap Bella. "Sepertinya kamu semangat sekali ya.""Aku
Read more

Bab 242

Kata-kata Janice menyadarkan Amanda. Mereka saling bertukar pandang dan langsung memahami apa yang terjadi. Namun, Amanda memiliki kekhawatirannya sendiri."Yang kamu bilang masuk akal. Tapi, kita nggak bisa apa-apa tanpa bukti. Batu seharga puluhan miliar hilang di tempat kita. Kalau sampai orang lain tahu, siapa yang masih berani mencari kita?""Kalaupun aku ingin melindungimu, mungkin ada orang yang nggak akan setuju. Lagi pula, di surat penerimaan sudah ada tanda tanganmu. Itu artinya, kamu sudah memeriksa kualitas batu safir itu. Kamu paham maksudku, 'kan?"Amanda menatap Janice dengan serius. Janice mengangguk. Amanda sedang memberi peringatan. Jika pada akhirnya tidak ada bukti, kemungkinan besar dia akan dijadikan kambing hitam dan menanggung semua konsekuensinya.Janice menarik napas dalam-dalam. "Aku paham."Saat berikutnya, ponselnya berbunyi. Setelah melihat nomor yang muncul, ekspresinya menunjukkan kegembiraan. Dia menunjukkan ponselnya kepada Amanda. "Sepertinya tebakank
Read more

Bab 243

"Janice, aku sangat baik padamu selama ini. Kenapa kamu nggak berterima kasih padaku sebagai orang yang lebih tua darimu? Aku sudah menginvestasikan puluhan miliar untukmu."Howard tiba-tiba berdiri dan menerjang ke arah Janice, lalu meraih jasnya. Untuk menghindari cengkeraman Howard, Janice lantas melepaskan jasnya.Howard melempar jas itu ke lantai dan mulai mengejar. Karena tidak bisa menghindar, Janice akhirnya dipeluk Howard dengan erat. Dalam pergumulan itu, lengan baju Janice robek.Ketika menatap kulit putih dan mulus itu, Howard tak kuasa menarik napas dalam-dalam. "Janice, tubuhmu wangi sekali. Biarkan aku menciummu.""Lepaskan aku! Aku bukan datang untuk ini!" Janice berjuang sekuat tenaga. Saat berikutnya, dia dia menendang selangkangan Howard dengan lututnya.Jelas sekali, Howard tidak sekuat Jason. Howard tidak sempat bereaksi. Wajahnya memerah karena kesakitan. Kemudian, dia mendorong Janice dengan kuat."Dasar jalang sialan!" maki Howard.Janice terbentur meja dan jatu
Read more

Bab 244

Setelah merasakan aroma familier itu, Janice mulai meronta-ronta. Namun, lengan yang melingkar di pinggangnya semakin erat, memaksanya untuk menempel dengan dada pria itu. Punggung Janice sampai terasa panas.Janice bisa merasakan dengan jelas naik turunnya dada pria itu karena bernapas. Setiap embusan napasnya membuatnya merasa takut tanpa sebab.Saat berikutnya, terdengar suara berat pria itu. "Siapa yang menyuruhmu datang sendirian? Kamu kira kamu bisa keluar dari sini dengan selamat?"Janice menarik lengan yang merangkul pinggangnya dan melawan. "Paman, sejak kapan kamu kepo sekali? Lepaskan aku!"Di belakang, napas Jason memburu. Namun, dia tidak melawan. Janice pun dilepaskan. Janice hendak kabur, tetapi terlambat selangkah.Jason menariknya dan melemparkannya ke sofa. Sebelum Janice sempat bereaksi, Jason sudah menahannya dengan kuat.Di balik setelan jas yang formal, otot-otot Jason terasa tegang dan keras. Setiap otot itu menindih tubuhnya, membuatnya kesulitan bernapas. Apala
Read more

Bab 245

Ketika berbicara, Howard menatap Janice yang duduk di samping. Kata-katanya penuh dengan ancaman.Jason meletakkan mangkuk sup di depan Janice, lalu mengelap tangannya dengan handuk panas sebelum menatap Howard kembali."Kamu benar. Orang yang lapar bisa melakukan apa saja. Tapi kalau salah makan, itu bisa berakibat fatal."Wajah Howard berubah menjadi pucat. Dia sadar bahwa Jason tidak akan menyerahkan Janice kepadanya. Dia belum ingin berkonfrontasi langsung dengan Jason sehingga terpaksa mengalah."Terima kasih atas peringatannya. Kalau begitu, aku nggak akan mengganggu makan kalian. Aku pergi dulu." Setelah berkata begitu, Howard pun keluar dari ruang privat.Janice menghela napas lega. Sambil memegang sendok di tangannya dengan erat, dia diam-diam melirik Jason di sampingnya. "Paman, kenapa kamu ada di sini?""Aku kebetulan lewat dan mampir untuk makan," jawab Jason dengan ekspresi datar.Janice menatap meja dan melihat ada dua set peralatan makan. Dia pun mengira Jason sedang men
Read more

Bab 246

Janice mengetuk pintu dan masuk ke ruangan Amanda. Kebetulan, Bella juga ada di sini. Janice memandang Bella, lalu tidak berkata apa-apa.Amanda berkata kepada Bella, "Kamu keluar dulu."Bella terkejut sejenak, lalu berpamitan dengan sopan dan keluar. Setelah pintu ditutup, Janice berniat untuk menjelaskan situasinya.Namun, Amanda sontak membanting dokumen ke meja dengan keras. "Janice! Kamu harus bertanggung jawab atas masalah ini! Studio nggak akan menanggung sedikit pun untukmu!"Janice dikejutkan oleh suara keras itu dan termangu sejenak. Setelah beberapa saat, dia sadar kembali dan langsung menjelaskan, "Aku pasti akan menyelesaikannya dengan baik.""Kuharap begitu," timpal Amanda dengan suara lantang.Di luar, Bella mendekatkan telinganya ke pintu untuk menguping. Kemudian, dia tersenyum dan pergi. Amanda sekalipun tidak ingin membantu Janice. Tampaknya Janice sudah buntu kali ini.....Di pesta Grup Hariwan.Dengan dikawal, Janice membawa brankas dan mengikuti Amanda memasuki r
Read more

Bab 247

Janice menatap sejenak, lalu mengiakan. Keduanya tiba di area istirahat di lobi, lalu memesan dua gelas jus.Janice mengaduk jusnya dengan sedotan, sementara Malia terus membujuknya, "Janice, terima saja nasibmu. Kita nggak bakal bisa menang melawan orang-orang kaya seperti mereka. Kalau kamu kabur, dengan kekuasaan Keluarga Hariwan, mereka pasti akan mengejarmu sampai ke ujung dunia.""Harga batu safir itu puluhan miliar. Sekalipun kamu dijual, belum tentu dapat uang segitu. Kalau kamu bisa menebusnya sendiri, ini adalah cara terbaik."Di kehidupan lampau, Malia juga seperti ini. Dia berpura-pura peduli pada Janice dan memanipulasinya selangkah demi selangkah untuk membuat Janice merasa semakin rendah diri. Namun, sekarang ....Janice berhenti mengaduk jusnya, lalu mendongak menatap Malia. "Malia, kamu merasa menyerah dan mengorbankan diri itu nggak masalah ya?""Tentu saja, kita harus sadar diri. Masa kamu merasa dirimu lebih berharga daripada batu safir itu? Pak Howard sangat kaya.
Read more

Bab 248

Ternyata di dalam handuk itu berisi sebuah kartu kamar!Maria menarik napas dalam-dalam. Dia tidak bisa menahan rasa cemburu yang meluap di dalam hatinya. Kenapa semua pria terpesona kepada Janice? Bahkan, pria seperti Jason juga ingin memiliki Janice. Atas dasar apa?Janice memegang kartu kamar itu dengan ekspresi cemas. "Sepertinya Pak Jason tahu kesulitanku. Pak Norman suruh aku ke kamar ini untuk mencarinya. Katanya Pak Jason akan membantuku. Menurutmu, gimana aku harus memilih? Sepertinya siapa pun akan memilih Pak Jason, 'kan?""Tentu saja pilih Pak Howard!" Suara Malia terdengar melengking dan tajam. Dia membatin, 'Jalang sepertimu nggak pantas untuk Pak Jason! Kamu pantasnya dengan bajingan seperti Pak Howard!'Janice berpura-pura tidak mengerti. Dia bertanya, "Malia, kenapa aku harus pilih Pak Howard?"Malia terdiam sejenak sebelum menghasut, "Janice, aku bicara begini juga demi kebaikanmu. Kamu harus tahu, Pak Howard klien kita. Kalau kamu nggak bisa meredakan amarahnya, gim
Read more

Bab 249

Hati Janice sontak terasa dingin. Dia langsung menghindari tatapan itu. Apa mungkin Jason mengetahui sesuatu? Seharusnya tidak.Ketika Janice berpikir demikian, suara Howard terdengar di tengah aula. "Terima kasih kepada semua yang hadir di pesta perayaan Grup Hariwan. Aku yakin Grup Hariwan akan semakin berkembang di masa depan."Semua orang mendongak untuk menatap Howard yang berdiri di tangga. Kini, mereka baru memahami makna sebenarnya dari menara sampanye itu. Ini bukan untuk menjamu tamu, tetapi untuk memamerkan kekuasaan.Sebagian besar tamu yang hadir adalah pebisnis. Mereka hanya menatap Howard yang tersenyum lebar di atas, tanpa menunjukkan ekspresi apa pun.Di bawah tangga adalah ahli strategi di balik Grup Hariwan, yaitu Yoshua. Yoshua memandang sekeliling. Tatapannya tidak lagi terlihat lembut, melainkan dipenuhi ambisi seorang pebisnis. Mungkin, ini baru wajah aslinya. Seorang pebisnis yang menghalalkan segala cara demi mencapai tujuannya.Di tengah kerumunan, Yoshua meli
Read more

Bab 250

Napas panas Jason mengenai wajah Janice, membuatnya terasa seperti terbakar. Dia merasa agak bersalah sehingga langsung mengalihkan pandangannya. Ternyata, dia tahu segalanya.Janice menjauh dengan hati-hati. Dia berusaha menghindari napas Jason. Namun, begitu berbalik, sebuah lengan muncul di hadapannya. Janice terpaksa berdiri diam di tempat. Lagi pula, mereka akan segera tiba.Jason tampaknya tahu apa yang ada di dalam pikiran Janice. Dia membungkuk dan napasnya yang panas mengenai wajah Janice lagi.Janice bisa merasakan napas panas itu mengalir di bawah hidungnya. Jarak keduanya sangat dekat, membuatnya merasa gerah hingga berkeringat.Tiba-tiba, Jason mengangkat tangan dan menyentuh rambut Janice yang tergerai di wajah. Jason memegang pipi Janice dengan lembut. "Hm?" tanyanya dengan pelan."Aku ... aku ...." Janice merasa bingung dan tidak tahu harus mengatakan apa."Karena kamu sudah bilang aku memberimu kartu kamar, bukankah kita seharusnya melakukan sesuatu?"Janice mendongak
Read more
PREV
1
...
2324252627
...
33
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status