Semua Bab Menantu Tak Dihormati Ternyata Putri Konglomerat! : Bab 21 - Bab 30

42 Bab

21. Tidak Enak Hati

Bianca tersenyum kecut, melihat perubahan wajah Ronald. Bianca tahu, Ronald tidak menyukai kehadirannya di rumah itu.Melanie kembali duduk di samping Bianca. Untuk mengalihkan perhatian Bianca dari sikap Ronald, Melani menawarkan kue yang ada di dalam toples. "Kamu sudah mencoba kue ini?""Belum," jawab Bianca datar. "Kue ini sangat enak. Tante sendiri yang membuatnya."Bianca mengambil kue. "Terima kasih, tante.""Mama, apa kak Adeline ada kabarnya?" tanya Pamela."Untuk apa kamu tanyakan wanita itu?" ujar Melani tak suka."Memangnya kenapa? Biar bagaimanapun, kak Adeline masih menantu mama," jelas Pamela. "Kak Adeline masih istrinya kak Ronald.""Yang dikatakan Pamela itu, benar tante," ucap Bianca. "Apa tante tidak berusaha mencarinya.""Untuk apa? Lebih bagus, di rumah ini tak ada wanita itu!" "Bagaimana kalau kak Adeline bertemu orang jahat di luar sana? Pasti yang nanti akan direpotkan tetap kak Ronald," tutur Pamela.Melanie terdiam, apa yang dikatakan putri bungsunya ada be
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-19
Baca selengkapnya

22. Rayuan Maut Mantan

Dalam hati, Bianca tersenyum senang ketika melihat Ronald tanpa berkedip melihat tubuhnya dari atas sampai bawah. "Laki-laki mana yang bisa melawan kemolekan tubuh seorang Bianca? Ronald sekalipun yang begitu sangat mencintai istrinya akan tunduk dan takluk ketika melihat tubuh molekku. Apalagi sekarang Ronald sedang kesepian, butuh belaian seorang wanita untuk menyalurkan hasratnya. Bodoh sekali istrinya, meninggalkan Ronald seperti ini."Ronald memalingkan wajah. Tiba-tiba wajah istrinya muncul dipelupuk mata, "Adeline," bisiknya dalam hati. Bianca mendekati Ronald. "Boleh, aku duduk di sini?" Ronald menggeser tubuh, memberi ruang Bianca duduk di sampingnya.Ronald mengambil ponsel, melihat setiap pesan yang masuk."Apa kamu sudah mencari istrimu?" tanya Bianca memulai percakapan."Dari pagi aku sudah mencarinya," jawab Ronald pelan. "Sejak Adeline pergi dari rumah ini, ponselnya tidak pernah aktif. Mungkin memang sengaja tidak diaktifkan, agar aku tidak bisa menemukannya.""Itu
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-09
Baca selengkapnya

23. Tak Tergoyahkan

Bianca semakin gencar dalam merangsang Ronald. Jari jemarinya lincah bermain menyusuri tubuh Ronald, apalagi Bianca sudah sangat hapal titik kelemahan Ronald.Jantung Ronald semakin berdegup kencang, hasratnya sebagai laki-laki normal sudah tidak bisa dibendung. Tangan yang dari tadi hanya diam, sekarang mulai memeluk pinggang ramping yang berada di atas pangkuannya. Bianca ingin sekali berteriak kegirangan karena mendapat respon yang sangat menyenangkan dari Ronald. Usahanya tidak sia-sia sudah memakai baju yang begitu seksi dengan belahan dada yang terbuka.Mata sendu Ronald tidak lepas menatap belahan dada yang ada di depan mata. Dua bukit kembar yang sangat menantang begitu menarik perhatian.Bianca sengaja membusungkan dada lalu secara perlahan tangan Ronald yang berada dipinggangnya ditarik agar menyentuh dadanya.Satu tangan Ronald tepat berada disalah satu bukit kembar Bianca. "Kamu dulu begitu memuja punyaku ini. Tanganmu akan begitu lincah bermain dengan keduanya. Sekarang
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-10
Baca selengkapnya

24. Teringat Ronald

Melihat majikannya hanya terdiam saja membuat Mang Ujang bertanya. "Apa nyonya juga sakit?"Melani mendengus kesal. "Kenapa sih, si bibi pakai acara sakit segala," omelnya. Mang Ujang hanya diam. Melanie mengeluarkan tiga lembar uang ratusan ribu dari saku. "Ini uang untuk ke dokter!" ucapnya ketus. "Iya, nyonya." Setelah itu, Melani berlalu pergi membawa hati yang kesal.Sementara itu, jauh dari kediaman Ronald Wijaya. Di dalam sebuah rumah sederhana, Adeline termenung sendiri depan jendela memandang bulan. Pikiran dan hatinya teringat dengan Ronald, suami yang telah ditinggalkannya."Kenapa hatiku gelisah dan selalu teringat dengan Ronald? Apa, dia baik-baik saja di sana?" gumam Adeline bertanya-tanya sendiri.Setelah cukup lama berdiri memandang bulan, Adeline menutup jendela rapat-rapat. Tubuh lelahnya naik ke atas tempat tidur sederhana. "Sedang apa Ronald saat ini? Apa dia mencariku atau Ronald malah bahagia, aku pergi dari rumahnya?" bisik Adeline memandang langit-langit
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-06
Baca selengkapnya

25. Misteriusnya Kalimat Axel

"Adeline, ini aku!" Seorang pria ke luar dari dalam mobilnya dan bergegas menghampiri Adeline."Axel?!""Iya, aku Axel. Masa sudah lupa sama aku," jawab Axel dengan wajah senang.Adeline tersenyum lebar. Menyelinap perasaan senang dalam hatinya saat melihat Axel. "He-he-he," Axel terkekeh. "Kamu sedang apa di sini?"Senyum di wajah Adeline langsung menghilang."Kenapa?" tanya Axel menautkan kedua alisnya.Adeline menggeleng, senyumnya kembali mengembang, "tidak ada apa-apa. Aku kebetulan baru pulang dari warung. Lalu kamu, darimana dan mau kemana?""Kebetulan, aku mau bertemu dengan temanku. Karena jalan raya macet, aku ambil jalan pintas lewat perkampungan ini. Ternyata ada hikmahnya, aku bisa bertemu denganmu. Bagaimana kabarmu?""Kabarku baik, Axel. Mengenai lamaran kerja itu ,,,""Santai saja," potong Axel. "Kalau kamu ada waktu, kamu bisa datang kapan saja.""Tidak bisa begitu, Axel," ucap Adeline. "Kalau ada yang membutuhkan pekerjaan, berikan saja pekerjaan itu padanya. Aku b
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-24
Baca selengkapnya

26. Identitas Diri

Tak lama kemudian, ponsel Axel bergetar. Nama Tuan Adras tertera di layar ponsel. Hanya beberapa saat saja Axel bicara."Kelihatannya, kamu senang sekali," ujar Adeline setelah melihat Axel selesai bicara. Senyum Axel mengembang. "Apa terlihat jelas?" "Sepertinya telepon tersebut dari seseorang yang istimewa. Aku siap mendengarkan."Axel tertawa terbahak melihat Adeline sangat antusias. "Ha-ha-ha. Kau pasti sangat penasaran.""Iya, aku sangat penasaran! Siapa seseorang yang sangat istimewa itu?"Tawa Axel berhenti. Wajah tampannya berubah serius. "Nanti kamu juga akan tahu.""Aku ingin tahunya sekarang, bukan nanti. Ayolah Axel, ceritakan sekarang. Jangan membuatku jadi penasaran!"Axel meneguk juice jeruknya sebentar, kemudian lanjut bicara. "Belum waktunya kamu tahu."Adeline merengut. "Ok, baiklah. Aku tidak akan memaksamu. Tapi by the way, aku belum tahu pekerjaanmu.""Kenapa? Apa kamu takut jika bekerja di kantorku?""Kurang lebihnya seperti itu. He-he-he," jawab Adeline. "Tida
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-25
Baca selengkapnya

27. Lebih Cepat Lebih Baik

Adeline terdiam, pertanyaan Axel sebuah kemustahilan baginya. "Bertemu dengan kedua orang tuaku?" Adeline menghela napas. "Itu hanya sebuah mimpi disiang bolong," bisiknya dalam hati. "Hello ,,," Axel mengipaskan tangannya di depan Adeline. "Ditanya malah bengong!""Pertanyaanmu itu, bagiku sesuatu yang mustahil," ujar Adeline tersenyum kecut."Ayolah, jangan pesimis begitu.""Masalahnya ini berbeda, bagiku itu mustahil. Kamu bisa bicara seperti itu karena bukan kamu yang berada diposisiku. Seumur hidup aku tidak pernah mengetahui siapa kedua orang tuaku. Aku diadopsi dari bayi merah di panti asuhan lalu apa yang aku harapkan?"Axel terdiam menatap wajah Adeline yang tertunduk melihat gelas juicenya. Sorot mata yang begitu banyak menyimpan kesedihan. Ingin rasanya memberitahu Adeline kalau orangtuanya masih hidup dan sangat mencintainya, tapi itu bukan haknya. Biar Tuan Adras sendiri yang nanti memberitahu Adeline secara langsung.Waktu terus berjalan, sudah saatnya Axel harus kembal
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-06
Baca selengkapnya

28. Hari Yang Ditunggu Tiba

"Sabar pa. Tahan emosimu," bujuk Nyonya Adras mengelus lembut punggung tangan suaminya. "Kita harus tetap berkepala dingin tuan. Adeline akan ketakutan jika melihat tuan seperti ini. Adeline ini mempunyai hati yang lembut. Melihat kekacauan sedikit saja, dia akan ketakutan."Tuan Adras menghela napas. "Dengar apa yang dikatakan Pak Axel. Kita susah payah mencarinya selama bertahun-tahun, jangan sampai putri kita ketakutan. Aku juga marah pada keluarga suaminya, tapi kita harus tetap tenang."Tuan Adras perlahan mulai tenang. Wajah yang tadi terlihat tegang berangsur tenang. "Keluarga suami Adeline membuatku sangat marah. Aku akan membuat perhitungan dengan mereka.""Iya, untuk masalah itu biar nanti dipikirkan lagi. Sekarang, apa yang akan kita lakukan? Apa sudah saatnya kita bertemu dengan Adeline?" tanya Nyonya Adras pada suaminya."Aku ingin cepat membawanya pulang agar tidak ada yang menyakitinya lagi. Bagaimana menurut anda, Pak Axel?""Lebih cepat, lebih baik, tapi ,,,""Tapi
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-13
Baca selengkapnya

29. Putriku Yang Ditemukan

Tuan Adras dan istrinya saling melempar pandang, kemudian melihat Axel seakan bertanya apa yang harus mereka katakan pada putri mereka.Adeline semakin bingung dengan kedua orang asing yang ada di depannya. "Maaf Axel, ada apa ini?"Nyonya Adras menatap dalam wajah putrinya, begitu banyak kerinduan yang terpancar dari sorot matanya. Putri yang selama ini dicarinya, sekarang berada di depannya."Adeline, ada sesuatu yang ingin aku katakan padamu. Lebih tepatnya, ada sesuatu yang ingin kami bertiga sampaikan." Axel mulai membuka pembicaraan."Maksudnya apa ini?" Adeline melihat Axel dan kedua orang yang ada didepannya dengan pandangan tidak mengerti."Adeline, mereka ini ,,,," Axel melihat Tuan Adras dan istrinya silih berganti."Pak Axel biar kami saja yang bicara," potong Tuan Adras lalu melihat Adeline."Aku semakin bingung, ada apa ini?" tanya Adeline. Tuan Adras menatap dalam wajah putrinya. "Aku dan istriku tidak bermaksud untuk membuat kamu bingung. Sebelumnya perkenalkan namak
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-05
Baca selengkapnya

30. Seperti Mimpi

Adeline menatap dalam wajah wanita yang mengaku sebagai ibunya. Wajah yang memang tidak jauh berbeda dengan wajahnya serta mempunyai kulit putih yang sama. "Adeline," panggil Tuan Adras. "Kami tahu, kamu pasti terkejut dengan semua berita ini. Kami juga tahu bagaimana perasaan kamu, tapi satu hal yang harus kamu tahu kalau kami sangat mencintai kamu."Tatapannya Adeline beralih pada Tuan Adras. Seorang laki-laki paruh baya dengan rambut yang telah didominasi warna putih tetapi masih terlihat gagah. Wajah yang sangat berkharisma apalagi ditunjang dengan pakaian yang pastinya sangat mahal, ditambah dengan jam tangan bermerk yang bertengger di tangannya. "Benarkah ini ayahku?!" meyakinkan dirinya sendiri. "Putriku, mama sangat merindukan kamu. Selama bertahun-tahun, mama dan papa mencarimu kemana-mana. Panti asuhan tempat kami menitipkan mu saat masih bayi sudah tidak ada karena kebakaran. Semua data pribadimu hilang." Nyonya Adras mencoba menjelaskan."Iya betul, apa yang mama kamu uc
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-06
Baca selengkapnya
Sebelumnya
12345
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status