Semua Bab Sekeping Hati yang Bertahan: Bab 161 - Bab 170

176 Bab

Bab 161: Bayang-Bayang Masa Lalu

Pagi itu, Wulan bangun lebih awal dari biasanya. Matahari baru saja muncul, menerangi ruangan dengan sinar lembut. Ia berdiri di jendela, mengamati aktivitas di luar. Jalanan mulai ramai dengan kendaraan, dan suara riuh anak-anak yang berangkat ke sekolah menggema di telinga. Namun, hatinya tetap terasa berat.Sejak pertemuannya dengan Pak Arya, semangatnya untuk membangun Solus Group semakin membara. Tapi bayang-bayang masa lalu terus menghantui pikirannya. Ia teringat bagaimana ia dulu merasa bahagia dengan Dimas, betapa semua terasa sempurna saat mereka baru menikah. Kini, perasaan itu seakan sirna, digantikan oleh ketidakpastian dan rasa sakit yang tak kunjung reda.Wulan bergegas menyiapkan sarapan untuk Reyhan dan Dimas. Saat Dimas datang ke meja makan, ia terlihat lelah dan tidak bersemangat. Wulan mencoba tersenyum, tetapi senyum itu terasa dipaksakan.“Selamat pagi, sayang. Sarapan sudah siap,” ucap Wulan lembut.“Pagi,” j
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-30
Baca selengkapnya

Bab 162: Jejak Langkah Baru

Wulan tiba di kantor Solus Group dengan perasaan campur aduk. Semangatnya membara untuk memulai hari, tetapi ketegangan menyelimutinya. Pertemuan dengan Pak Arya adalah kesempatan emas, dan ia ingin memanfaatkan momen itu sebaik mungkin. Setelah menyapa para staf dengan senyuman, ia langsung menuju ruang rapat.Ketika Wulan masuk, Pak Arya sudah menunggu dengan ekspresi serius. "Selamat pagi, Wulan. Saya berharap Anda sudah siap dengan presentasi ini," ujarnya."Selamat pagi, Pak. Saya sudah mempersiapkannya dengan baik," jawab Wulan, berusaha terdengar percaya diri meskipun detak jantungnya semakin cepat.Selama presentasi, Wulan berbicara dengan penuh semangat. Ia menjelaskan rencana pengembangan produk baru dan strategi pemasaran yang inovatif. Melihat respon positif dari Pak Arya dan tim, Wulan merasa sedikit lebih tenang. Ia mendapatkan dukungan yang ia butuhkan, dan itu memberinya dorongan untuk terus maju.“Wulan, ini ide yang brilian. Saya p
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-30
Baca selengkapnya

Bab 163: Jalan Menuju Perubahan

Pagi yang cerah menyambut Wulan saat ia memulai harinya. Kafein dari secangkir kopi hangat memberinya semangat. Ia mengingat rencananya untuk proyek sosial yang akan diluncurkan dalam waktu dekat. Setiap detilnya sudah ia persiapkan dengan matang, dan ia merasa antusias.Di kantor, suasana penuh energi. Tim Wulan bersemangat mendukung proyek baru ini. “Kita bisa mengajak komunitas lokal untuk berpartisipasi,” saran salah satu anggota tim, Rina. “Kegiatan ini bisa meningkatkan kesadaran masyarakat dan sekaligus mempromosikan produk kita.”“Bagus sekali, Rina! Kita perlu memetakan semua potensi yang ada,” balas Wulan, matanya berbinar. Keberhasilan proyek ini akan menunjukkan bahwa mereka bukan hanya sekadar bisnis, tetapi juga peduli pada masyarakat.Seiring berjalannya waktu, Wulan merasa lebih percaya diri. Ia mulai membangun koneksi dengan berbagai organisasi dan relawan. Setiap pertemuan terasa produktif dan membawa harapan
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-01
Baca selengkapnya

Bab 164: Jejak Kecil Menuju Kebangkitan

Hari-hari berlalu dan proyek sosial yang dipimpin Wulan semakin mendekati pelaksanaan. Rasa antusiasme yang menggebu-gebu di dalam dirinya membuatnya merasa hidup kembali. Namun, saat malam tiba dan Dimas pulang, suasana di rumah masih terasa canggung.Wulan berusaha keras untuk menciptakan suasana hangat di rumah, tetapi Dimas sepertinya semakin terasing. Ia sering pulang larut, tenggelam dalam pekerjaannya, seolah menghindari percakapan dengan Wulan. Wulan merasakan seolah ada tembok besar yang memisahkan mereka.Suatu malam, setelah menyelesaikan beberapa dokumen penting untuk proyeknya, Wulan duduk di meja makan, mengaduk sisa-sisa makanan di piringnya. Ia merasa lelah secara emosional. Keberhasilan proyek tidak mampu menutupi rasa kesepian yang semakin memburuk.“Dimas,” panggil Wulan dengan suara lembut. “Bisa kita bicara sebentar?”Dimas menatapnya dengan ekspresi datar. “Apa lagi yang ingin kau bicarakan?”
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-01
Baca selengkapnya

Bab 165: Mencari Jalan Pulang

Setelah keberhasilan proyek sosial, Wulan merasakan sebuah perubahan dalam dirinya. Energi dan semangat baru mengalir melalui dirinya, membangkitkan harapan yang sempat terpendam. Namun, rasa sepi yang mengisi rumahnya tetap menyakitkan. Dimas, yang semakin menjauh, seperti bayangan yang tidak pernah pergi.Suatu sore, saat Wulan menyelesaikan rutinitas hariannya, ia mendapat pesan dari salah satu relawan acara yang bernama Rani. Rani mengajak Wulan untuk bertemu dan berdiskusi tentang proyek berikutnya. Wulan merasa antusias dan langsung setuju. Ia butuh teman untuk berbagi ide dan pengalaman.Saat mereka bertemu di sebuah kafe kecil, Wulan merasakan suasana hangat yang tidak ia dapatkan di rumah. Rani adalah sosok yang ceria dan optimis, energinya menular ke Wulan. Mereka berbincang-bincang tentang ide-ide untuk proyek selanjutnya, dan Wulan merasa terinspirasi oleh semangat Rani.“Wulan, kamu punya potensi besar. Proyek ini bisa jadi lebih besar jika ki
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-02
Baca selengkapnya

Bab 166: Harapan yang Menguat

Keesokan harinya, Wulan terbangun dengan perasaan yang campur aduk. Setiap inci tubuhnya terasa segar, tetapi pikirannya masih terjerat dalam keraguan. Pertemuan kemarin dengan Dimas memberikan sedikit harapan, tetapi apakah itu cukup untuk mengubah segalanya?Setelah menyelesaikan sarapan, Wulan memutuskan untuk melanjutkan proyek sosialnya. Ia telah merencanakan sebuah acara untuk menggalang dana bagi anak-anak kurang mampu di sekitar mereka. Energi positif dari interaksi dengan Rani masih membakar semangatnya.Di tengah persiapan, Wulan menghubungi Rani untuk meminta bantuan. Rani langsung merespons dengan antusias, menawarkan untuk membantu menyebarkan informasi dan mengumpulkan relawan. Dukungan ini membuat Wulan merasa lebih kuat. Dengan bekerja bersama, ia bisa mengalihkan pikirannya dari masalah pribadinya.Hari acara tiba, dan suasana di lokasi berlangsung meriah. Wulan berdiri di panggung kecil, menyampaikan sambutan kepada para tamu dan relawan. Ia me
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-02
Baca selengkapnya

Bab 167: Jejak Langkah yang Kembali

Pagi itu, Wulan terbangun dengan perasaan yang lebih ringan. Sejak pertemuan malam sebelumnya dengan Dimas, harapannya kembali muncul. Ia ingin memanfaatkan momentum ini untuk mendekatkan diri lagi dengan suaminya. Semangat baru mengalir dalam dirinya, seolah setiap detak jantungnya berirama dengan harapan yang terbangun kembali.Setelah menyelesaikan rutinitas pagi, Wulan memutuskan untuk mempersiapkan sarapan yang istimewa. Ia ingin menunjukkan bahwa ia peduli, tidak hanya dengan proyek sosialnya, tetapi juga dengan kehidupan rumah tangga mereka. Dengan hati-hati, ia menyiapkan nasi goreng kesukaan Dimas, lengkap dengan telur mata sapi dan kerupuk.Ketika Dimas masuk ke dapur, aroma yang menyegarkan langsung mengundang perhatian. “Wah, ada sarapan spesial ya?” tanya Dimas, terlihat sedikit terkejut.“Ya, aku pikir kita bisa mulai hari ini dengan baik,” jawab Wulan, berusaha tersenyum meski hatinya berdebar.Mereka duduk di meja m
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-03
Baca selengkapnya

Bab 168: Rencana yang Bersemi

Hari-hari berlalu dengan cepat, dan suasana di rumah Wulan semakin hangat. Keterlibatan Dimas dalam proyek sosialnya tidak hanya meningkatkan hubungan mereka, tetapi juga memberikan dampak positif bagi komunitas. Wulan merasa bahagia melihat suaminya kembali ke sosok yang ia kenal — penuh semangat dan antusiasme.Satu sore, setelah menghabiskan waktu di kantor, Dimas kembali dengan berita yang menggetarkan hati. “Aku sudah menghubungi beberapa artis untuk acara amal kita,” ujarnya, wajahnya bersinar penuh semangat.“Benarkah? Siapa saja yang akan tampil?” tanya Wulan, matanya berbinar-binar.Dimas menyebutkan beberapa nama, termasuk penyanyi dan kelompok musik lokal yang terkenal. Wulan merasa bersemangat. “Ini luar biasa! Kita bisa mengundang lebih banyak orang dan meningkatkan kesadaran tentang proyek kita.”Mereka mulai merencanakan semua detail acara, dari pemilihan tempat hingga strategi promosi. Setiap detil
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-03
Baca selengkapnya

Bab 169: Menyusun Rencana

Hari-hari setelah pertemuan itu terasa penuh tantangan bagi Wulan. Ia kembali ke rutinitas harian sebagai ibu rumah tangga, tetapi pikirannya selalu terbayang pada pertemuan yang baru saja dilalui. Meskipun Dimas terus menunjukkan dukungannya, Wulan merasa beban yang berat di pundaknya. Ia tahu bahwa ia harus melakukan sesuatu untuk memperbaiki keadaan dan membuktikan nilainya.Dalam hati, Wulan mulai menyusun rencana. Ia ingin membuktikan kepada keluarga Dimas bahwa ia bukan sekadar istri yang diabaikan. Ia ingin menunjukkan bahwa ia memiliki kemampuan dan semangat untuk berkontribusi, baik untuk keluarga maupun komunitas. Namun, ia juga tahu bahwa untuk mencapai tujuan itu, ia harus memanfaatkan keahlian yang selama ini ia sembunyikan — sebagai pemilik Solus Group.Suatu malam, saat Dimas tertidur, Wulan duduk di meja kerjanya dengan laptop di depan. Cahaya lembut dari layar menerangi ruangan, memberikan suasana yang menenangkan. Ia membuka dokumen-dokumen peru
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-04
Baca selengkapnya

Bab 170: Pertemuan yang Menentukan

Hari pertemuan dengan keluarga Dimas tiba. Wulan merasakan campur aduk antara cemas dan bersemangat. Ia mengenakan gaun sederhana namun elegan, berharap penampilannya dapat menunjukkan keseriusannya. Dimas berdiri di sampingnya, wajahnya menunjukkan dukungan dan kekhawatiran yang sama.Mereka tiba di rumah keluarga Dimas yang megah, dikelilingi oleh taman yang indah. Suasana terasa menegangkan. Wulan menghela napas dalam-dalam, berusaha menenangkan diri. Dimas memegang tangannya erat, memberi dorongan.“Ini adalah kesempatan kita untuk menjelaskan semuanya,” kata Dimas, mengangkat dagu Wulan sedikit agar mereka bisa saling menatap. “Kau tidak sendirian.”Ketika mereka memasuki ruang tamu, Wulan merasakan tatapan tajam dari anggota keluarga Dimas. Ibu mertuanya, Bu Sari, duduk dengan sikap angkuh, sementara kakak Dimas, Rina, memperhatikan dengan skeptis. Wulan berusaha untuk tidak merasa terintimidasi. Ia tahu bahwa ini adalah waktunya un
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-04
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
131415161718
DMCA.com Protection Status