Pagi itu, Wulan bangun lebih awal dari biasanya. Matahari baru saja muncul, menerangi ruangan dengan sinar lembut. Ia berdiri di jendela, mengamati aktivitas di luar. Jalanan mulai ramai dengan kendaraan, dan suara riuh anak-anak yang berangkat ke sekolah menggema di telinga. Namun, hatinya tetap terasa berat.Sejak pertemuannya dengan Pak Arya, semangatnya untuk membangun Solus Group semakin membara. Tapi bayang-bayang masa lalu terus menghantui pikirannya. Ia teringat bagaimana ia dulu merasa bahagia dengan Dimas, betapa semua terasa sempurna saat mereka baru menikah. Kini, perasaan itu seakan sirna, digantikan oleh ketidakpastian dan rasa sakit yang tak kunjung reda.Wulan bergegas menyiapkan sarapan untuk Reyhan dan Dimas. Saat Dimas datang ke meja makan, ia terlihat lelah dan tidak bersemangat. Wulan mencoba tersenyum, tetapi senyum itu terasa dipaksakan.“Selamat pagi, sayang. Sarapan sudah siap,” ucap Wulan lembut.“Pagi,” j
Terakhir Diperbarui : 2024-11-30 Baca selengkapnya