Pagi itu, Wulan terbangun dengan perasaan berat. Mimpi-mimpi buruk menghantuinya sepanjang malam, bayang-bayang pengkhianatan dan kecurigaan yang semakin menyesakkan dadanya. Namun, seperti biasa, ia bangkit dan menjalani rutinitasnya dengan tenang. Senyum yang ia kenakan di wajah adalah topeng sempurna, menutupi segala badai yang berkecamuk di dalam hatinya.Setelah mengantar Dimas ke depan pintu dan memastikan suaminya berangkat kerja, Wulan segera kembali ke dalam rumah. Ia membuka laptopnya, menelusuri kembali semua dokumen yang telah dikirimkan Pak Haris sebelumnya. Setiap angka, setiap nama, setiap transaksi diperhatikan dengan cermat. Ia tahu bahwa ia harus menemukan celah, sesuatu yang bisa memberinya kepastian tentang apa yang sebenarnya terjadi.Ponselnya kembali bergetar. Kali ini pesan singkat dari Pak Haris. “Bu Wulan, saya berhasil mendapatkan informasi lebih lanjut. Saya akan menemui Anda di tempat biasa.”Wulan membaca pesan itu denga
Read more