Home / Rumah Tangga / Sekeping Hati yang Bertahan / Chapter 151 - Chapter 160

All Chapters of Sekeping Hati yang Bertahan: Chapter 151 - Chapter 160

176 Chapters

Bab 151: Rencana Rahasia

Pagi itu, Wulan terbangun dengan perasaan berat. Mimpi-mimpi buruk menghantuinya sepanjang malam, bayang-bayang pengkhianatan dan kecurigaan yang semakin menyesakkan dadanya. Namun, seperti biasa, ia bangkit dan menjalani rutinitasnya dengan tenang. Senyum yang ia kenakan di wajah adalah topeng sempurna, menutupi segala badai yang berkecamuk di dalam hatinya.Setelah mengantar Dimas ke depan pintu dan memastikan suaminya berangkat kerja, Wulan segera kembali ke dalam rumah. Ia membuka laptopnya, menelusuri kembali semua dokumen yang telah dikirimkan Pak Haris sebelumnya. Setiap angka, setiap nama, setiap transaksi diperhatikan dengan cermat. Ia tahu bahwa ia harus menemukan celah, sesuatu yang bisa memberinya kepastian tentang apa yang sebenarnya terjadi.Ponselnya kembali bergetar. Kali ini pesan singkat dari Pak Haris. “Bu Wulan, saya berhasil mendapatkan informasi lebih lanjut. Saya akan menemui Anda di tempat biasa.”Wulan membaca pesan itu denga
last updateLast Updated : 2024-11-25
Read more

Bab 152: Menerjang Gelombang

Malam hari, setelah memastikan Reyhan sudah tidur, Wulan kembali ke ruang kerjanya. Cahaya lampu temaram menerangi ruangan yang tenang, menciptakan suasana damai yang berlawanan dengan gejolak di dalam hatinya. Wulan duduk di depan meja, mengeluarkan laptopnya dan kembali menelusuri laporan-laporan yang baru diterimanya. Tidak ada ruang untuk kesalahan; setiap detail harus diperiksa dengan teliti.Namun, pikirannya kembali melayang kepada Dimas. Rasa cinta yang dulu memenuhi hatinya kini digantikan oleh keraguan dan kecurigaan. Apakah suaminya terlibat dalam sesuatu yang begitu kelam? Atau mungkinkah Dimas hanyalah pion dalam permainan yang lebih besar, tidak sadar bahwa ia sedang dimanipulasi?Wulan mencoba menenangkan dirinya. Ia tahu bahwa ia harus tetap fokus pada tujuan utamanya: melindungi Solus Group dan membalas dendam kepada mereka yang mencoba menghancurkan hidupnya. Tetapi keraguan itu tetap ada, menghantui setiap langkahnya.Ponselnya bergetar, sebua
last updateLast Updated : 2024-11-25
Read more

Bab 153: Kesunyian yang Menyiksa

Pagi itu, Wulan bangun lebih awal dari biasanya. Meskipun tidur semalaman, pikirannya terus berputar, memikirkan segala kemungkinan yang terjadi di balik bayang-bayang rumah tangganya. Ia mencoba menyembunyikan rasa khawatirnya saat menemani Reyhan sarapan, tapi mata anaknya yang jernih seolah bisa menangkap kegelisahan ibunya."Bu, Mama baik-baik saja, kan?" tanya Reyhan tiba-tiba, saat mereka sedang menyantap roti bakar.Wulan tertegun sejenak sebelum tersenyum tipis. "Tentu saja, sayang. Kenapa tanya begitu?"Reyhan mengangkat bahu kecilnya. "Mama kelihatan sedih."Wulan menatap mata anaknya yang polos. Hatinya seketika meleleh. Reyhan adalah satu-satunya alasan mengapa ia masih bertahan di tengah badai ini. "Mama hanya lelah, sayang. Tapi jangan khawatir, semua akan baik-baik saja."Reyhan mengangguk pelan, lalu melanjutkan sarapannya. Namun, Wulan tahu bahwa anak itu lebih peka dari yang ia bayangkan. Ia harus lebih berhati-hati untuk tidak me
last updateLast Updated : 2024-11-26
Read more

Bab 154: Kilasan Masa Lalu yang Menyakitkan

Keesokan paginya, Wulan bangun dengan perasaan yang campur aduk. Malam sebelumnya terasa seperti mimpi buruk yang belum berakhir. Meski ia telah membuat keputusan, hatinya masih penuh dengan keraguan. Bagaimana mungkin orang yang selama ini ia cintai dan percaya bisa berkhianat?Wulan memutuskan untuk mengalihkan pikirannya dengan berfokus pada rutinitas harian. Ia menyiapkan sarapan untuk Reyhan, meski hatinya terasa hampa. Ia mencoba tersenyum ketika Reyhan menceritakan tentang teman-temannya di sekolah, tapi pikirannya terus melayang kepada Dimas.Setelah mengantar Reyhan ke sekolah, Wulan pulang dan menemukan dirinya sekali lagi terjebak dalam kesunyian rumah. Kali ini, ia tidak ingin berdiam diri. Ia membuka album foto keluarga, menelusuri gambar-gambar dari masa lalu mereka—momen-momen bahagia yang pernah ia kira akan berlangsung selamanya.Setiap foto mengingatkan Wulan pada janji-janji yang pernah dibuat Dimas. Janji untuk selalu bersama, untuk sal
last updateLast Updated : 2024-11-26
Read more

Bab 155: Awal dari Sebuah Rencana

Pagi berikutnya, Wulan bangun dengan perasaan yang berbeda. Ada sesuatu yang mendesak di hatinya, sebuah tekad yang tidak bisa lagi ia abaikan. Setelah sekian lama terjebak dalam kebingungan dan rasa sakit, kini ia merasa lebih jelas. Wulan tahu bahwa dirinya harus melakukan sesuatu, bukan hanya untuk dirinya sendiri, tetapi juga untuk masa depan Reyhan.Seperti biasa, ia menjalani rutinitas pagi dengan tenang. Sarapan disiapkan dengan sempurna, dan Wulan mengantar Reyhan ke sekolah dengan senyuman hangat. Tapi di balik senyuman itu, pikirannya terus bekerja, merancang langkah-langkah yang harus ia ambil.Saat kembali ke rumah, Wulan tidak lagi merasa cemas. Ia membuka laptopnya dan mulai merangkai rencana. Wulan mulai dengan memeriksa jaringan keuangan Solus Group. Selama ini, ia sengaja membiarkan operasional perusahaan berjalan tanpa terlalu banyak campur tangan, mempercayakan semua kepada tim manajemennya. Namun kini, Wulan tahu bahwa ia harus lebih aktif mengendal
last updateLast Updated : 2024-11-27
Read more

Bab 156: Bayangan Masa Lalu

Hari-hari berlalu dengan cepat, dan Wulan semakin tenggelam dalam rencananya. Di luar, ia tetap tampak seperti istri yang setia dan ibu yang penuh kasih, tetapi di dalam hatinya, ia sudah mulai membangun benteng yang kokoh, menyiapkan diri untuk pertempuran yang akan datang.Suatu pagi, ketika Wulan sedang merapikan ruang tamu, ia menemukan sebuah album foto lama yang tersembunyi di antara tumpukan buku-buku tua. Album itu berdebu dan sudah lama tidak tersentuh. Dengan hati-hati, Wulan mengambilnya dan duduk di sofa, membuka halaman demi halaman.Foto-foto itu membawa Wulan kembali ke masa lalu—masa ketika ia dan Dimas pertama kali bertemu. Senyumannya perlahan memudar saat ia melihat foto-foto pernikahan mereka, momen-momen bahagia yang sekarang terasa begitu jauh. Dulu, Dimas adalah segalanya bagi Wulan. Ia adalah suami yang penuh perhatian dan ayah yang penyayang. Namun, seiring berjalannya waktu, segalanya berubah.Wulan teringat saat-saat ketika ia mu
last updateLast Updated : 2024-11-27
Read more

Bab 157: Diamnya Wulan yang Berbicara

Pagi itu, Wulan terbangun lebih awal dari biasanya. Matanya menatap langit-langit kamar yang tampak begitu asing, meskipun ia telah lama tinggal di rumah itu. Ada sesuatu yang mengganggu pikirannya, seolah-olah alam bawah sadarnya berusaha mengingatkannya pada sesuatu yang penting.Ia melangkah pelan ke dapur, menyiapkan sarapan dengan hati-hati agar tidak membangunkan Dimas dan Reyhan. Suara kicau burung di luar jendela memberikan ketenangan yang menyejukkan, tapi Wulan tidak bisa sepenuhnya menikmati ketenangan itu. Pikirannya terus dipenuhi oleh kilasan-kilasan ingatan dari masa lalu, mengganggu kedamaian yang seharusnya ia rasakan di pagi hari.Ketika Dimas akhirnya turun dari kamar, ia menemukan Wulan sudah menyiapkan sarapan dengan rapi di meja. Tanpa berkata-kata, ia duduk dan mulai makan. Wulan memperhatikan suaminya dengan saksama, mencoba membaca pikirannya dari ekspresi wajahnya yang tenang. Namun, seperti biasa, Dimas tidak menunjukkan apa-apa yang bisa ia
last updateLast Updated : 2024-11-28
Read more

Bab 158: Bayang-bayang di Balik Tirai

Hari-hari berlalu dengan cepat, dan Wulan merasa seperti berada di dalam siklus tanpa akhir. Di luar, kehidupan terus berlanjut, tetapi di dalam hatinya, ia merasakan gemuruh yang semakin menguat. Setiap pagi, ketika Dimas pergi ke kantor dan Reyhan ke sekolah, Wulan menemukan dirinya kembali terjebak dalam keheningan rumah yang sepi. Namun, kali ini, keheningan itu tidak terasa mengganggu. Sebaliknya, itu menjadi ruang di mana ia bisa merancang setiap langkahnya dengan hati-hati.Hari itu, Wulan duduk di meja kerjanya, dikelilingi oleh catatan dan file yang berisi informasi tentang Solus Group. Ia menghabiskan waktu berjam-jam meneliti dan menyusun strategi. Setiap detail kecil menjadi penting, dan Wulan tahu bahwa ia harus berpikir dengan cermat. Ia tidak ingin terburu-buru; semua ini harus sempurna. Keterampilan yang ia pelajari selama bertahun-tahun menjalankan bisnis akan ia gunakan untuk merencanakan langkah balas dendamnya.Ketika tengah hari tiba, Wulan memutus
last updateLast Updated : 2024-11-28
Read more

Bab 159: Perang Dimulai

Keesokan harinya, Wulan bangun dengan tekad yang lebih kuat dari sebelumnya. Ia merasa seolah-olah sebuah kebangkitan sedang terjadi dalam dirinya. Setelah mempersiapkan sarapan untuk Dimas dan Reyhan, ia kembali ke ruang kerjanya. Beberapa file yang ia ambil dari kantor masih tergeletak di atas meja, dan kini tampak seperti peta menuju kebebasan.Meskipun Dimas terlihat ceria, Wulan dapat merasakan ada sesuatu yang membebani pikirannya. "Kau terlihat sedikit lesu," kata Wulan, berusaha menciptakan suasana akrab."Aku hanya lelah, sayang. Banyak pekerjaan yang harus diselesaikan," jawab Dimas sambil menghabiskan sarapannya.Wulan tersenyum, tetapi hatinya terasa berat. Ia tahu bahwa Dimas tidak menyadari ketidakadilan yang terjadi di rumah mereka. Setiap kali Dimas pergi bekerja, Wulan merasakan beban itu semakin berat. Keluarga Dimas seolah-olah menantinya untuk jatuh ke dalam lubang kegelapan, dan kini adalah saatnya untuk melawan.Setelah Dimas pergi,
last updateLast Updated : 2024-11-29
Read more

Bab 160: Melangkah ke Depan

Pagi hari yang cerah menyapa Wulan, tetapi ia merasakan ketegangan di udara. Setelah menyiapkan sarapan untuk Dimas dan Reyhan, ia merasa bersemangat untuk menjalani hari baru ini. Pikirannya dipenuhi dengan rencana-rencana besar, dan ia tahu bahwa setiap langkah yang ia ambil harus diperhitungkan dengan matang.Saat Dimas berangkat kerja, Wulan menatapnya dengan perasaan campur aduk. Dia ingin mengungkapkan perasaannya, tetapi saat itu, kata-kata tampak begitu sulit untuk diucapkan. Ketika pintu tertutup, ia merasa ada beban yang terangkat, tetapi di sisi lain, ada rasa kesepian yang mengisi ruang di rumah.Setelah menyiapkan segala sesuatunya untuk Reyhan, Wulan membuka laptopnya dan mulai menghubungi beberapa investor yang telah ia catat sebelumnya. Ia menyusun email yang penuh semangat, menjelaskan visinya untuk Solus Group. Mengandalkan keahliannya dalam berbisnis, ia berharap dapat menarik perhatian mereka.Seiring berjalannya waktu, Wulan menerima beberap
last updateLast Updated : 2024-11-29
Read more
PREV
1
...
131415161718
DMCA.com Protection Status