All Chapters of Kembalinya Sang Pendekar Rajawali Dari Andalas: Chapter 31 - Chapter 40

75 Chapters

Bab 31. Aji Gandring Menyarankan

“Baik Paman, sebaiknya memang besok pagi saja aku melanjutkan perjalanan karena tak lama lagi malam akan tiba,” ujar Arya lalu mengikuti Aji Gandring menuruni lereng lembah menuju sungai yang berada di belakang rumah itu.*****Malam di Desa Kuta yang sejak sore didera hujan lebat semakin tampak gelap begitu pula hawa dinginnya kian terasa, di pendopo rumah terlihat Wayan Bima dan Seno tengah bercakap-cakap, begitu pula di dalam rumah di ruangan depan Lasmi, Sekar, Diah dan Weni berbincang-bincang setelah mereka semua makan malam bersama di rumah itu.“Arya kok belum juga kembali ya Mas Wayan?” Seno bertanya.“Mudah-mudahan dia baik-baik saja, mungkin dia masih ingin menjelajahi seluruh kawasan Pulau Dewata ini. Maklumlah dia seorang pendekar yang suka mengembara, tapi tujuan utamanya selain untuk menghindari agar mata-mata istana tidak mengetahui keberadaan kita di desa ini, Arya juga ingin menjaga para warga desa dari tindak kesewenang-wenangan prajurit Kerajaan seperti yang dialami
Read more

Bab 32. Bermalam Di Pendopo

“Baik Paman, nanti aku akan katakan usulan Paman itu pada Paman Wayan.”“Dulu kami gagal melakukan pemberontakan karena tidak menyusun rencana yang matang dan tepat, hanya para sahabat dan beberapa orang pengikutnya saja dan itu tentu sangat jauh dari kata seimbang menghadapi ratusan prajurit Kerajaan.,” jelas Aji yang seperti telah diketahui Arya dari Wayan Bima jika mereka dulu pernah melakukan pemberontakan ke istana namun tak berhasil.“Apa dengan diundangnya semua kepala desa di kawasan pulau ini akan memberi dampak dengan kekuatan kita nantinya Paman?”“Tentu saja Arya, warga desa di kawasan Pulau Dewata ini jumlahnya ratusan ribu jiwa dan sebagian tentu merupakan pria yang telah dewasa yang bisa saja kita ikut sertakan dalam rencana kita, meskipun mereka tidak memiliki keahlian bela diri dan persenjataan seperti para prajurit istana akan tetapi dengan jumlah mereka yang begitu banyak dan berkali-kali lipat prajurit dan penghuni istana Kerajaan, aku rasa dapat membawa dampak yan
Read more

Bab 33. Menyebarkan Undangan

Setelah menemui Arga Komang Panglima Kerajaan, Brana yang diantar dua orang prajurit dengan mengendarai kereta kuda pergi menuju pelabuhan. Letak pelabuhan itu sendiri berada di pinggiran pantai di kawasan Desa Kuta, meskipun begitu tidak ada seorang pun dari pihak istana Kerajaan yang mengetahui kediaman Wayan Bima walau rumah mantan petinggi istana Kerajaan itu tidak jauh dari pelabuhan.Di pelabuhan itu sendiri selalu ada beberapa prajurit istana yang ditugaskan di sana, mereka secara bergiliran setiap harinya bertugas. Dulu para prajurit hanya ditugaskan untuk mengawasi dan menjaga keamanan di kawasan pelabuhan itu, namun sekarang justru mereka diperintah tidak mengutamakan menjaga keamanan di sana melainkan untuk menarik biaya bagi pedagang yang datang dari Pulau Jawa untuk berdagang ke Pulau Dewata itu.Hasil yang diperoleh setiap kali ada kapal yang merapat di pelabuhan cukup lumayan banyak karena pedagang yang datang dari Pulau Jawa itu cukup banyak, begitu pula dengan pedaga
Read more

Bab 34. Lembah Neraka

“Lusa sore, memangnya ada apa Wijaksa?” Wayan Bima balik bertanya.“Jika memang sudah dipastikan acara itu besok sore, aku akan meminta para wanita warga desa kita ini untuk memasak sebagai hindangan untuk para tamu saat waktu istirahat pertemuan itu,” tutur Wijaksa.“Ya itu sangat bagus, dan aku mengucapkan terima kasih sebelumnya padamu yang telah banyak membantu acara pertemuan yang akan diadakan lusa sore,” ucap Wayan Bima.“Tak perlu berterima kasih Mas, karena ini semua untuk kesejahteraan kita di masa yang akan datang. Sudah sepatutnya pula aku dan seluruh warga Desa Kuta ini ikut serta dalam rencana yang akan dilaksanakan itu,” penuturan Wijaksa itu dipertegas oleh beberapa pria warga desa yang dibawa ke pendopo itu dengan anggukan kepala tanda mereka setuju.“Ya moga saja nanti rencana ini akan berjalan seperti yang kita harapkan, tujuan kita memberontak bukan atas dasar membangkang pada pihak Kerajaan melain untuk kesejahteraan rakyat yang selama ini tertindas dan hidup penu
Read more

Bab 35. Pangeran Durjana

Melihat dari megahnya bangunan dan luasnya di lembah neraka itu, Pangeran Durjana sudah bisa membentuk padepokannya itu menjadi sebuah Kerajaan. Akan tetapi dia tidak mau menjadikan padepokan neraka menjadi Kerajaan, padahal sekarang ini jumlah pengikut setianya mencapai ratusan orang yang keseluruhnya memiliki ilmu bela diri yang diatas rata-rata prajurit sebuah Kerajaan.Selain itu Pangeran Durjana juga memiliki anak buah yang handal berjumlah belasan orang yang dapat ia kerahkan untuk datang ke suatu tempat atau sebuah Kerajaan yang membutuhkan jasa mereka, belum lagi di daerah-daerah tertentu yang juga berdiri cabang-cabang dari padepokan neraka itu yang di pimpin oleh sosok yang berilmu cukup tinggi tentunya dibandingkan anak buahnya yang lain.Padepokan neraka menjadi salah satu tempat yang memiliki kekayaan luar biasa banyaknya, itu berasal dari jatah yang diberikan setiap bulannya dari berbagai Kerajaan yang pernah memakai jasa mereka.Bagi Kerajaan yang memberi jatah bulanan
Read more

Bab 36. Mengutus Anak Buahnya

“Karena hari masih siang dan baru saja lewat tengah hari sebaiknya saudara istirahat dulu di sini, sementara itu aku akan memilih dan menetapkan siapa dan berapa orang utusanku yang akan ikut serta nanti denganmu kembali ke istana Kerajaan Dharma untuk menyelesaikan permasalahan di sana,” tutur Pangeran Durjana.“Baik Ketua, aku akan menunggu utusan yang Ketua pilih itu dengan beristirahat sejenak di sini,” ujar Brana.“Dipo Geni, antarkan saudara kita ini ke sebuah kamar tamu untuk beristirahat,” perintah Pangeran Durjana.“Baik Ketua, mari Saudara Brana aku antar,” Dipo Geni mengajak Brana menuju salah satu kamar tamu yang berada di bagian depan menjelang halaman padepokan neraka itu, Brana anggukan kepalanya sembari tersenyum ramah.Setelah mengantar Brana untuk beristirahat di salah satu kamar tamu padepokan, Dipo Geni kembali ke ruangan di mana di sana Pangeran Durjana masih duduk dan menunggu.“Saudara Brana telah aku antar ke salah satu kamar tamu padepokan, selanjutnya apa tug
Read more

Bab 37. Arga Komang Terima Undangan

Tidak ada kesulitan yang berarti bagi utusan mengantarkan undangan pada Arga Komang, sebab saat itu sang Panglima memang tengah berada di kawasan luar istana karena ditugaskan untuk memperketat penjagaan bagi orang yang tidak di kenal untuk memasuki kawasan istana Kerajaan.Karena utusan penyampaian undangan itu merupakan salah satu warga Desa Kuta, tentu saja para prajurit mengenalinya dan di bebaskan untuk masuk kawasan istana Kerajaan itu untuk menemui Panglima atau siapa saja yang hendak ditemui.Setelah mendapatkan surat berupa gulungan kain tipis dari salah seorang warga desa, Arga Komang membacanya dalam sebuah ruangan tempat ia biasa bertugas sebagai Panglima.“Teruntuk Saudaraku Arga Komang selaku Panglima Kerajaan Dharma, kami hendak menyampaikan undangan pertemuan melalui surat ini. Pertemuan itu sendiri akan kami adakan di balai Desa Kuta besok sore, kami harap saudara berkenan untuk datang. Dari kami atas nama rakyat Kerajaan Dharma Wayan Bima,” terkejutlah Arga Komang me
Read more

Bab 38. Padepokan Neraka

“Kalau masalah itu Mas Wayan tak perlu kuatir, besok pagi para warga desa pasti akan membantu merapikan balai desa serta mempersiapkan hidangan untuk jamuan makan di acara besok sore, nanti malam para warga yang biasa datang ke pendopo akan aku minta tolong untuk memberitahukan hal itu pada seluruh warga desa besok paginya,” tutur Wijaksa.“Wah, kalau begitu tak adalagi yang perlu dirisaukan berkenaan dengan persiapan acara pertemuan besok sore. Terima kasih aku ucapkan sebelumnya atas bantuanmu ini Wijaksa,” ucap Wayan Bima.“Sama-sama Mas, sudah merupakan kewajiban kita bersama dalam hal untuk mewujudkan kesejahteraan kita semua nantinya. Apa yang kami lakukan ini agaknya belum seberapa dibandingkan dengan kalian nanti yang akan berjuang ke istana Kerajaan Dharma.”“Apa yang Paman Wijaksa lakukan bersama warga desa sejak pagi tadi hingga besok sore merupakan salah satu bentuk perjuangan demi kesejahteraan bersama, dan kami merasa terbantu dengan semua itu sebelum nanti berjuang ke i
Read more

Bab 39. Gento Dan Lakas Geni

“Sekarang juga kalian boleh berangkat jika sudah siap, jangan kuatir nanti kalian akan diantar beberapa murid padepokan ini dengan kereta kuda. Aku perkirakan sebelum malam tiba kalian sudah akan tiba di pelabuhan,” tutur Pangeran Durjana.“Baiklah kalau begitu sekarang saja kami mohon pamit Ketua,” ujar Brana.“Ya silahkan, Dipo Geni antar mereka ke kereta kuda sekaligus perintahkan murid padepokan yang biasa disuruh mengantar tamu ke daerah-daerah termasuk ke pelabuhan,” perintah Pangeran Durjana.“Baik Ketua, mari aku antar,” ujar Dipo Geni pada Brana dan dua orang utusan Pangeran Durjana itu.“Kami mohon pamit Ketua,” ucap Brana, Gento Geni dan Lakas Geni, Pangeran Durjana hanya menjawab dengan anggukan kepalanya.Secara beriringan mereka meninggalkan ruangan itu menuju halaman padepokan neraka, setelah kereta kuda telah siap berikut dengan pengendalinya Brana, Gento Geni dan Lakas Geni beserta 5 orang murid padepokan itu naik ke atas kereta kemudian berlalu meninggalkan padepokan
Read more

Bab 40. Pertemuan Di Balai Desa

Seperti yang telah diperkirakan Pangeran Durjana orang-orang utusannya beserta Brana akan tiba sebelum malam di pelabuhan ujung timur Pulau Jawa itu, tepat saat itu matahari akan tenggelam kereta kuda yang membawa Brana, Gento Geni dan Lakas Geni berserta 5 orang murid padepokan neraka telah memasuki pelabuhan.Tanpa menunggu waktu lama lagi Brana segera membayar sewa rombongan dari lembah neraka itu pada petugas kapal, lalu mereka bersamaan naik ke atas kapal yang diperkirakan akan berangkat beberapa menit lagi.Melihat dari perawakan Gento Geni dan Lakas Geni, agaknya mereka berdua memang bagian dari anak buah handal Pangeran Durjana. Tampangnya bengis seperti pendekar golongan hitam lainnya, mereka juga bukan kali pertama melakukan tugas yang diperintahkan ketuanya itu.Meskipun dalam berbicara kedua anak buah Pangeran Durjana itu kerap menyelipkan tawanya, akan tetapi tetap saja sifat kejam telah mendarah daging di diri mereka berdua.****Sore itu di balai Desa Kuta sudah banyak
Read more
PREV
1234568
DMCA.com Protection Status