Seperti yang telah diperkirakan Pangeran Durjana orang-orang utusannya beserta Brana akan tiba sebelum malam di pelabuhan ujung timur Pulau Jawa itu, tepat saat itu matahari akan tenggelam kereta kuda yang membawa Brana, Gento Geni dan Lakas Geni berserta 5 orang murid padepokan neraka telah memasuki pelabuhan.Tanpa menunggu waktu lama lagi Brana segera membayar sewa rombongan dari lembah neraka itu pada petugas kapal, lalu mereka bersamaan naik ke atas kapal yang diperkirakan akan berangkat beberapa menit lagi.Melihat dari perawakan Gento Geni dan Lakas Geni, agaknya mereka berdua memang bagian dari anak buah handal Pangeran Durjana. Tampangnya bengis seperti pendekar golongan hitam lainnya, mereka juga bukan kali pertama melakukan tugas yang diperintahkan ketuanya itu.Meskipun dalam berbicara kedua anak buah Pangeran Durjana itu kerap menyelipkan tawanya, akan tetapi tetap saja sifat kejam telah mendarah daging di diri mereka berdua.****Sore itu di balai Desa Kuta sudah banyak
“Apakah kalian setuju dengan rencana ini?” tanya Arya.“Setuju...! Kami setuju sekali Arya...!” seru mereka serentak.“Sudah saatnya kepemimpinan Saka Galuh yang selama ini menindas serta berbuat semena-mena pada rakyat kita gulingkan, dia tidak pernah memikirkan kesejahteraan saudara-saudara semuanya. Malahan semakin hari rakyat kian tertindas dan banyak diantara kita yang kelaparan akibat upeti yang sangat tinggi dari pihak istana.”“Kapan rencana itu akan kita laksanakan saudara Arya, kami siap ikut serta melakukan pemberontakan itu. Bukankah begitu saudara-saudara?!” seru salah seorang dari tamu undangan yang disertai riuh persetujuan dari para tamu undangan lainnya.“Lebih cepat akan lebih baik, jika saudara-saudaraku semuanya telah sepakat dengan rencana ini, lusa pagi sudah dapat kita laksanakan dengan berkumpul di satu titik sebelum menuju ke istana Kerajaan,” tutur Arya.“Kami sepakat saudara Arya, lusa pagi kami akan berkumpul di titik yang saudara kehendaki itu,” ujar salah
“Baiklah karena semuanya telah menyetujui, pertemuan ini kita tutup dan sebelum kami persilahkan untuk kembali ke kediaman masing-masing terlebih dahulu kami mengajak saudara-saudara semua untuk makan bersama. Terima kasih, acara ini kami tutup dan semoga kita nanti berhasil melaksanakan rencana yang mulia itu,” tutur Wayan Bima menutup acara pertemuan itu dan kemudian mengajak para undangan yang hadir untuk makan bersama.Semua jamuan yang tadi dipersiapkan di luar ruangan secara bersama-sama dibawa masuk oleh para wanita yang sedari tadi siang memasak di bagian belakang bangunan balai desa itu, setelah semuanya ditaruh di tengah-tengah dan di bagikan berupa nasi serta lauk-pauk yang dibungkus daun pisang pada tamu undangan para wanita itupun kembali ke luar ruangan.“Karena telah dibagikan, mari saudara-saudaraku semuanya kita nikmati sajian yang buat oleh para warga Desa Kuta ini,” ajak Wayan Bima.Para tamu undangan yang berada di ruangan balai desa serentak membuka bungkusan daun
Sepeninggalnya mereka Brana yang masih berada di ruangan itu kembali berbincang-bincang dengan Saka Galuh, di sana juga terlihat Dursa yang duduk bersebelahan dengan utusan istana itu.“Setelah kamu berikan surat ku itu bagaimana tanggapan Pangeran Durjana?”“Beliau langsung menunjuk 2 orang buahnya dan 5 orang murid padepokan neraka itu untuk diutus ke sini yang mulia,” jawab Brana.“Hemmm, rupanya Pangeran Durjana masih seperti dulu selalu cepat menanggapi jika aku minta bantuan kepadanya. Makanya aku tak pernah memilih orang lain untuk aku bayar bahkan aku selalu membayar lebih karena memang dia sangat bisa di andalkan,” tutur Saka Galuh yang sudah sejak lama memakai jasa dari Pangeran Durjana itu.“Padepokan Neraka itu pun sekarang mengalami kemajuan pesat yang mulia, beberapa bangunan baru dan megah telah berdiri di sana. Kenapa Pangeran Durjana itu tidak menjadikan padepokan itu menjadi sebuah Kerajaan yang mulia? Padahal anak buah dan murid-murid yang mendiami padepokan itu san
“Paman Wayan tidak perlu kuatir, aku telah memberitahu beberapa prajurit sebelum berangkat ke pertemuan di balai desa jika aku ada keperluan ke luar. Memang aku tengah ditugaskan untuk memperketat penjagaan di istana bersangkutan dengan adanya seorang pengacau yang tidak berhasil kami tangkap yaitu Arya, akan tetapi kalau pun nanti Saka Galuh bertanya dapat aku jelaskan nanti setibanya aku di istana itu,” tutur Arga Komang dengan sikap tenang tak ada kecemasan sama sekali.“Jadi kamu ditugaskan untuk memperketat penjagaan di kawasan istana?”“Benar Paman, tapi itu di khususkan untuk orang-orang dari luar yang tidak dikenal. Kalau para warga desa yang datang sekedar duduk-duduk di taman tidak ada larangan,” Arga Komang menjawab pertanyaan yang disertai sikap terkejutnya Wayan Bima.“Sepertinya Saka Galuh memang menganggap kamu merupakan ancaman yang serius, Arya. Buktinya ia meminta penjagaan ketat di kawasan istana seperti yang di jelaskan Arga,” ujar Wayan Bima.“Bisa jadi begitu Pam
“Kalau begitu tidak usah Panglima mencaritahu lagi ke luar, cukup berjaga-jaga di dalam kawasan istana ini saja. Oh ya, perkenalkan tamu kita ini berasal dari Pulau Jawa,” ujar Saka Galuh seraya memperkenalkan Gento Geni dan rombongannya.Arga Komang dan para utusan dari lembah neraka itu saling bersalaman dan memperkenal diri, setelah itu mereka kembali di persilahkan duduk di kursi masing-masing.“Saudara Gento dan Lakas Geni beserta rombongan sengaja aku datangkan dari Pulau Jawa untuk membantu kita menangkap pengacau itu hidup atau mati, karena tidak boleh seorangpun jua menentang apalagi sampai membuat pihak istana Kerajaan terancam,” Saka Galuh menjelaskan.“Sejauh mana pengacau itu telah membuat yang mulia dan penghuni istana ini terancam?” tanya Gento Geni.“Sampai detik ini pengacau itu belum berani muncul dan mengacau di kawasan istana, akan tetapi dikuatirkan dalam waktu dekat bukan tidak mungkin dia akan menyusup ke sini. Makanya aku segera meminta bantuan dari kalian,” tu
Arga Komang sangat pandai menguasai situasi hingga ia tak dicurigai kembali ke istana saat malam sudah tiba, alasan yang ia berikan membuat Saka Galuh dan yang lainnya percaya begitu saja. Padahal jika mereka mengetahui terutama raja Kerajaan Dharma itu, pasti ia akan marah besar dan Arga Komang bisa saja dihukum berat berikut keluarganya.Tugas yang akan dilakukan Arga Komang berikutnya tidaklah mudah untuk menyakinkan sebagai besar dari para prajurit istana itu untuk tidak melakukan perlawanan pada warga desa yang di pimpin oleh Arya untuk memberontak lusa pagi, tentu dia akan menyusun strategi agar semuanya berjalan dengan lancar tampa diketahui oleh Saka Galuh begitu pula dengan Gento Geni dan gerombolannya.Setiba di kediamannya Arga Komang di sambut istrinya, sementara putranya yang masih berusia 5 tahun baru saja terlelap tidur di ruang depan menunggu Ayahandanya itu pulang hingga Sendayu nama istri Arga Komang memindahkannya ke dalam kamar.“Sudah malam Kang Mas baru kembali,
“Ya Kang Mas, hati-hati jangan sampai ketauan,” Arga Komang hanya tersenyum dan anggukan kepalanya, kemudian ia keluar dari kediamannya itu menuju ruangan Panglima tempat biasa ia bertugas.Di dalam sebuah ruangan yang biasa digunakan Saka Galuh berpesta, tampak ramai karena di sana dia tidak sendiri saja dilayani oleh para wanita penghibur yang sekaligus dijadikan selir oleh Saka Galuh. Gento dan Lakas Geni serta 5 orang murid padepokan neraka itu ikut berpesta di sana dengan meneguk arak, menikmati berbagai makanan dan buah-buahan segar yang dilayani oleh wanita penghibur.“Ayo saudara-saudaraku kita nikmat malam ini, Ha.. Ha.. Ha!” seru Saka Galuh yang sudah mulai dirasuki pengaruh arak yang ia minum.“Ini merupakan kehormatan dan kebahagian bagi kami karena yang mulia mengundang kami berpesta di ruangan ini, araknya nikmat begitu pula dengan para wanitanya cantik-cantik semua. He.. He.. He!” Lakas Geni terkekeh-kekeh sambil terus meneguk arak di dalam kendi yang ia pegang.Para wa
Sembari menunggu matahari agak condong ke barat, tengah hari itu mereka manfaatkan untuk beristirahat dan makan siang bersama. Dari arah barat tampak pula 3 orang yang tengah berjalan santai meniti pematang sawah menuju dangau tempat beberapa petani sedang makan siang bersama itu, mereka terdiri dari satu orang wanita dan dua orang pria.Para petani di dangau sempat arahkan pandangan ke arah ketiga orang yang tengah meniti pematang itu, mereka saling pandang seperti bertanya apakah ada di antara mereka yang mengenal tiga orang yang berjalan di pematang sawah menuju ke arah dangau mereka itu.Keseluruh para petani itu menampakan raut wajah yang bingung pertanda tak ada satupun di antara mereka yang mengenali tiga orang yang saat itu telah dekat dengan dangau tempat mereka duduk makan siang bersama, dua orang di antara petani itu hentikan makan lalu berdiri dari duduknya berjalan menghampiri ketiga orang yang telah tiba di depan dangau itu.“Maaf, jika kehadiran kami telah mengganggu is
Bayangan hitam yang sangat besar tiba-tiba saja muncul tepat di depan Setan Tanduk Neraka duduk bersila melakukan semedi, saking besarnya puncak kepalanya menyentuh langit-langit goa padahal dia juga memposisikan tubuhnya duduk di atas batu besar di depan Guru Pangeran Durjana itu.Makin lama bayangan itu semakin jelas wujudnya yang tak kalah menyeramkan dengan wujud Setan Tanduk Neraka, kehadirannya di sana membuat dinding-dinding goa bergetar hebat seakan mau runtuh.“Ha.. ha.. ha..! Ada gerangan apa kau memanggilku ke sini, Setan Tanduk Neraka..?!” kembali dinding-dinding goa itu bergetar hebat, Setan Tanduk Neraka membuka matanya.“Terimalah sembahku yang mulia Raja Setan Sejagad,” ucap Setan Tanduk Neraka memberi sembah, sosok raksasa di depannya itu hanya anggukan kepala.“Maafkan saya yang mulia jika saya lancang memanggil yang mulia Raja datang ke sini, adapun tujuannya hendak meminta bantuan menyempurnakan ilmu tanduk neraka yang mulia sematkan di kepala saya. Yang mulia berk
Para anggota atau anak buah Pangeran Durjana yang mendiami padepokan itu telah mencapai 2.000 orang, itu semua karena Padepokan Neraka memang memiliki daya tarik kuat untuk bergabung menjadi anggota sebab merasa terjamin kehidupan mereka di sana dengan berlimpah ruahnya upeti yang mereka terima dari berbagai Kerajaan dan padepokan yang telah mereka taklukan.Namun begitu Pangeran Durjana yang serakah itu masih belum puas dengan menguasai kawasan timur Pulau Jawa itu saja, ia ingin dapat menguasai seluruh Pulau Jawa dari timur hingga kawasan barat seperti yang dikehendaki Gurunya Si Setan Tanduk Neraka itu.Kedatangan Pangeran Durjana di halaman padepokan di sambut oleh Dipo Geni sebagai tangan kanannya atau di Kerajaan sebagai Panglima, melihat raut wajah junjungannya tidak terlihat gembira Dipo Geni tak berani bertanya selain mengiringi junjungannya itu hingga ke dalam ruangan kebesaran Padepokan Neraka itu.“Dipo Geni, selama saya pergi meninggalkan padepokan ini apakah ada Kerajaan
Tanpa menunggu waktu lama lagi Pangeran Durjana segera meninggalkan goa itu, ia menuju ke arah timur itu artinya di akan kembali ke padepokannya di Lembah Neraka di kawasan Gunung Merapi.Setan Tanduk Neraka sebenarnya sosok mahkluk astral sejenis jin yang sebelum dimasuki roh Sura Brambang sosok bertubuh empat kali lipat manusia biasa itu tidak pernah bisa dilihat dan dia pun tak bisa juga menunjukan dirinya setiap saat kepada manusia.Roh Sura Brambang yang selalu gentayangan berupa arwah penasaran itu, takan pernah merasa senang jika Tanah Jawa belum mengalami kehancuran karena memang semasa hidupnya dulu merupakan dedengkot tokoh golongan hitam. Melalui raga halus mahkluk astral yang mengerikan itulah, ia dapat berkomunikasi dan bisa dilihat oleh Pangeran Durjana sebagai murid sekaligus jalan mewujudkan keinginan jahatnya itu yang ingin melihat kehancuran di muka bumi terutama Pulau Jawa.Sosok Setan Tanduk Neraka bukan saja berwujud mengerikan tapi juga memiliki ilmu yang luar bia
Dari sisi kiri depan mulut goa tampak berkelebat sebuah bayangan merah, sosok itu seperti berlari-lari meniti dinding goa lalu salto di udara beberapa kali sebelum akhirnya ia duduk bersila pula di atas batu besar berhadap-hadapan dengan mahkluk aneh dan menyeramkan itu.“Ha.. ha.. ha..! Sudah lama kau tak datang mengunjungiku di sini bocah bejad..!” terdengar suara dan tawa dari makhluk mengerikan itu menggelegar memekakan telinga.“Maafkan saya Guru, saya baru sempat datang saat ini karena sebelumnya sibuk dengan rencana yang pernah saya sampaikan membuat sebuah padepokan dan sekarang semua itu telah terwujud. Bukan hanya itu saja Guru, saya juga telah berhasil menguasai kawasan timur Pulau Jawa ini,” tutur sosok yang baru masuk ke dalam goa itu, seorang pria berbadan kekar mengenakan pakaian serba merah.“Ha.. ha.. ha..! Ternyata selama ini kau hanya dapat menguasai kawasan timur saja, murid bodoh kenapa tidak seluruh Pulau Jawa ini?!” seru mahkluk aneh yang di panggil dengan sebut
“Dia merasa sangat tertekan dan merasa terhina sekali di bawah kendali Pangeran Durjana, sebagai seorang raja dia tak memiliki harga diri lagi. Dia mengajak kerja sama untuk melawan Pangeran Durjana itu, sebagai imbalannya Satrio Mandalu bersedia menyerahkan beberapa daerah kekuasaannya pada kami di perbatasan utara sana. Saya sebenarnya sangat kasihan dan sama sekali tak menginginkan daerah itu kalaupun kami bersedia membantunya, hanya saja sampai saat ini saya belum memberi keputusan karena saya masih disibukan untuk mengurus Kesultanan dan daerah-daerah kekuasan di Demak ini,” jelas Sultan Demak.“Mungkin ada baiknya kami nanti akan ke Kerajaan Mandalu itu bertemu dengannya, tentu dia tahu persis kediaman Pangeran Durjana dan para anak buahnya itu.”“Benar Dezo, saya juga hendak mengusulkan itu padamu. Pangeran Durjana memang telah keterlaluan beberapa tahun ini terkesan memperbudak Kerajaan-kerajaan dan padepokan di kawasan timur itu,” ujar raja Kesultanan Demak itu.“Saya juga pe
“Jangan panggil saya dengan sebutan seperti itu Mas Tapa, panggil saja saya Arya,” ujar murid Nyi Konde Perak itu yang merasa risih dipanggil Tuan Pendekar.“Baik Arya apakah benar pria pengacau itu tidak akan datang kembali ke desa kami ini?” tanya Tapa Diwo.“Saya kenal dengan pria itu, dia adalah Pangeran Durjana musuh bebuyutan saya dan kami pernah bertarung dulunya sebelum saya dikabarkan tewas,” jelas Arya memastikan.“Oh, kalau begitu kami ucapkan terima kasih dan kami sudah tak merasa kuatir lagi akan kemunculannya di kawasan desa kami ini,” ucap Tapa Diwo.“Sama-sama Mas Tapa, sekarang kami mohon diri untuk kembali ke istana Kesultanan Demak, jika ada hal-hal yang mencurigakan atau apa saja itu yang menguatirkan warga di sini segera laporkan pada pihak istana,” tutur Arya sembari berpamitan.“Baik Arya,” Tapa Diwo dan para warga Desa Damai yang berada di sana lambaikan tangan saat Arya dan rombongan kembali ke istana Kesultanan Demak.Memang tidak ada luka dalam yang di derit
“Jahanam..! Saya yang akan bertarung denganmu..!”Panglima Kerajaan Demak maju menerjang, pria bertopeng hanya mengelak beberapa langkah ke samping lalu dengan santai ia memasukan pedang di tangannya ke dalam sarung yang ia sandang dipunggungnya.“Hemmm, ternyata kau punya nyali juga Panglima. Baik saya akan melayanimu dengan tangan kosong pula,” ujar pria bertopeng.Terjadilah pertarungan yang cukup seru dan menegangkan, jual beli pukulan tangan kosong pun terlihat.“Buuuuuuuuk..!”Sebuah tendangan keras tak terduga bersarang di dada Panglima hingga membuatnya terguling-guling beberapa kali di tanah, pria bertopeng sepertinya hendak menghabisi Panglima Kerajaan Demak itu terlihat dirinya melesat ke udara lalu menghujamkan kepalan tinjunya ke arah perut Panglima.Angin pukulan bertenaga dalam tinggi menderu hebat mengarah tubuh Panglima yang tergeletak mendekap dadanya yang nyeri, beberapa jangkauan lagi kepalan tangan itu akan menghantam dan bisa saja membuat perut Panglima itu meled
“Mari kita masuk dan berbincang-bincang di dalam,” sambung Sultan Demak, mereka bertiga mengangguk dan tersenyum ramah.Arya, Dewa Pengemis dan Bidadari Selendang Biru memang diperlakukan sangat berbeda oleh Sultan Demak. Itu terlihat saat mereka diajak masuk ke ruangan kebesaran istana itu, dalam waktu yang tak lama bermacam-macam jenis jamuan disediakan oleh Arya yang sangat mengejutkan karena dikabarkan menghilang bahkan tewas beberapa tahun yang lalu di lembah Gunung Kerinci,” tutur Sultan Demak memulai percakapan mereka di ruangan itu.“Maafkan saya Kanjeng Sultan, semua yang terjadi memang di luar dugaan. Namun semua itu nyata terjadi terhadap diri saya, puji syukur pada Gusti Allah karena kehendak-Nya pulalah saya dapat kembali ke Negeri Nusantara ini dan bertemu dengan Kanjeng Sultan,” ujar Arya.“Ya, Alhamdulillah. Saya pun sangat senang dapat bertemu kembali denganmu Arya, dan memang saya tak pernah yakin jika kamu itu telah tewas meskipun tak ada kabarnya bertahun-tahun,” u