Sepeninggalnya mereka Brana yang masih berada di ruangan itu kembali berbincang-bincang dengan Saka Galuh, di sana juga terlihat Dursa yang duduk bersebelahan dengan utusan istana itu.“Setelah kamu berikan surat ku itu bagaimana tanggapan Pangeran Durjana?”“Beliau langsung menunjuk 2 orang buahnya dan 5 orang murid padepokan neraka itu untuk diutus ke sini yang mulia,” jawab Brana.“Hemmm, rupanya Pangeran Durjana masih seperti dulu selalu cepat menanggapi jika aku minta bantuan kepadanya. Makanya aku tak pernah memilih orang lain untuk aku bayar bahkan aku selalu membayar lebih karena memang dia sangat bisa di andalkan,” tutur Saka Galuh yang sudah sejak lama memakai jasa dari Pangeran Durjana itu.“Padepokan Neraka itu pun sekarang mengalami kemajuan pesat yang mulia, beberapa bangunan baru dan megah telah berdiri di sana. Kenapa Pangeran Durjana itu tidak menjadikan padepokan itu menjadi sebuah Kerajaan yang mulia? Padahal anak buah dan murid-murid yang mendiami padepokan itu san
“Paman Wayan tidak perlu kuatir, aku telah memberitahu beberapa prajurit sebelum berangkat ke pertemuan di balai desa jika aku ada keperluan ke luar. Memang aku tengah ditugaskan untuk memperketat penjagaan di istana bersangkutan dengan adanya seorang pengacau yang tidak berhasil kami tangkap yaitu Arya, akan tetapi kalau pun nanti Saka Galuh bertanya dapat aku jelaskan nanti setibanya aku di istana itu,” tutur Arga Komang dengan sikap tenang tak ada kecemasan sama sekali.“Jadi kamu ditugaskan untuk memperketat penjagaan di kawasan istana?”“Benar Paman, tapi itu di khususkan untuk orang-orang dari luar yang tidak dikenal. Kalau para warga desa yang datang sekedar duduk-duduk di taman tidak ada larangan,” Arga Komang menjawab pertanyaan yang disertai sikap terkejutnya Wayan Bima.“Sepertinya Saka Galuh memang menganggap kamu merupakan ancaman yang serius, Arya. Buktinya ia meminta penjagaan ketat di kawasan istana seperti yang di jelaskan Arga,” ujar Wayan Bima.“Bisa jadi begitu Pam
“Kalau begitu tidak usah Panglima mencaritahu lagi ke luar, cukup berjaga-jaga di dalam kawasan istana ini saja. Oh ya, perkenalkan tamu kita ini berasal dari Pulau Jawa,” ujar Saka Galuh seraya memperkenalkan Gento Geni dan rombongannya.Arga Komang dan para utusan dari lembah neraka itu saling bersalaman dan memperkenal diri, setelah itu mereka kembali di persilahkan duduk di kursi masing-masing.“Saudara Gento dan Lakas Geni beserta rombongan sengaja aku datangkan dari Pulau Jawa untuk membantu kita menangkap pengacau itu hidup atau mati, karena tidak boleh seorangpun jua menentang apalagi sampai membuat pihak istana Kerajaan terancam,” Saka Galuh menjelaskan.“Sejauh mana pengacau itu telah membuat yang mulia dan penghuni istana ini terancam?” tanya Gento Geni.“Sampai detik ini pengacau itu belum berani muncul dan mengacau di kawasan istana, akan tetapi dikuatirkan dalam waktu dekat bukan tidak mungkin dia akan menyusup ke sini. Makanya aku segera meminta bantuan dari kalian,” tu
Arga Komang sangat pandai menguasai situasi hingga ia tak dicurigai kembali ke istana saat malam sudah tiba, alasan yang ia berikan membuat Saka Galuh dan yang lainnya percaya begitu saja. Padahal jika mereka mengetahui terutama raja Kerajaan Dharma itu, pasti ia akan marah besar dan Arga Komang bisa saja dihukum berat berikut keluarganya.Tugas yang akan dilakukan Arga Komang berikutnya tidaklah mudah untuk menyakinkan sebagai besar dari para prajurit istana itu untuk tidak melakukan perlawanan pada warga desa yang di pimpin oleh Arya untuk memberontak lusa pagi, tentu dia akan menyusun strategi agar semuanya berjalan dengan lancar tampa diketahui oleh Saka Galuh begitu pula dengan Gento Geni dan gerombolannya.Setiba di kediamannya Arga Komang di sambut istrinya, sementara putranya yang masih berusia 5 tahun baru saja terlelap tidur di ruang depan menunggu Ayahandanya itu pulang hingga Sendayu nama istri Arga Komang memindahkannya ke dalam kamar.“Sudah malam Kang Mas baru kembali,
“Ya Kang Mas, hati-hati jangan sampai ketauan,” Arga Komang hanya tersenyum dan anggukan kepalanya, kemudian ia keluar dari kediamannya itu menuju ruangan Panglima tempat biasa ia bertugas.Di dalam sebuah ruangan yang biasa digunakan Saka Galuh berpesta, tampak ramai karena di sana dia tidak sendiri saja dilayani oleh para wanita penghibur yang sekaligus dijadikan selir oleh Saka Galuh. Gento dan Lakas Geni serta 5 orang murid padepokan neraka itu ikut berpesta di sana dengan meneguk arak, menikmati berbagai makanan dan buah-buahan segar yang dilayani oleh wanita penghibur.“Ayo saudara-saudaraku kita nikmat malam ini, Ha.. Ha.. Ha!” seru Saka Galuh yang sudah mulai dirasuki pengaruh arak yang ia minum.“Ini merupakan kehormatan dan kebahagian bagi kami karena yang mulia mengundang kami berpesta di ruangan ini, araknya nikmat begitu pula dengan para wanitanya cantik-cantik semua. He.. He.. He!” Lakas Geni terkekeh-kekeh sambil terus meneguk arak di dalam kendi yang ia pegang.Para wa
Para prajurit yang ditunjuk Arga Komang malam itu berhasil mengajak para rekannya untuk mengikuti apa yang diminta dan disarankan Panglima Kerajaan, semua berjalan lancar tampa ada kecurigaan muncul dikalangan para prajurit istana yang ada sebagian setia pada Saka Galuh.Orang-orang yang ditunjuk sangat mudah mempengaruhi para rekannya sesama prajurit, karena memang mereka kerap dijadikan ketua jika para prajurit dibagi menjadi beberapa kelompok besar.****Malam itu juga sebagian besar dari prajurit istana setuju untuk melaksanakan perintah Panglima untuk tidak menyerang para warga desa yang di pimpin oleh Arya dalam melakukan pemberontakan lusa pagi, mereka justru akan bergabung dengan para warga untuk mewujudkan rencana melengserkan Saka Galuh dari tahtanya.Siang itu di seluruh desa-desa di kawasan Pulau Dewata dikumpulkan oleh kepala desa masing-masing, di tempat berkumpul para warga desa itu kepala desa menyampaikan isi pertemuan mereka di balai Desa Kuta. Seluruh warga desa men
“Sudah cukup dan terima kasih, sekarang jika kalian hendak kembali ke rumah masing-masing kami persilahkan,” ucap Wayan Bima.“Baiklah, kami mohon diri dulu,” ujar mereka. Wayan Bima, Arya dan Seno yang berdiri di pendapa anggukan kepala disertai senyuman.“Apa Paman yakin para warga di desa-desa seluruh kawasan Pulau Dewata ini akan ikut dalam aksi kita besok pagi? Kalau tidak ikan-ikan yang begitu banyak di dalam peti-peti itu akan banyak sekali tersisanya nanti,” tanya Arya yang kembali duduk di pendopo beriringan dengan Wayan Bima dan Seno.“Aku yakin sekali Arya, karena para warga di desa-desa seluruh kawasan Pulau Dewata ini pasti sangat mendukung rencana kita itu. Mereka akan bersama-sama ikut serta berkumpul besok pagi di Desa Waru,” tutur Wayan Bima sangat yakin.Tak beberapa lama dari arah depan nampak sosok pria berjalan ke arah pendopo itu, Wayan Bima, Arya dan Seno tersenyum karena mengenali sosok pria yang datang itu.“Mari silahkan duduk Wijaksa,” sapa Wayan Bima sembar
“Saudara Lakas dan Gento Geni ingin bicara sesuatu pada yang mulia, silahkan saudaraku bicarakan saja langsung pada yang mulia,” ujar Arga Komang sembari mempersilahkan Gento dan Lakas Geni bicara.“Terima kasih Panglima, begini yang mulia setelah kami melakukan tugas yang diperintahkan sejak tadi pagi untuk bergabung dengan para prajurit istana ini berjaga-jaga di seputaran istana Kerajaan, agaknya tipis kemungkinan pengacau itu akan muncul. Kalau diperkenankan kami hendak mencari pengacau itu di luar hingga tujuan dari tugas kami segera dapat kami wujudkan menangkap pengacau itu hidup atau mati,” tutur Gento Geni.“Benar yang mulia, cepat selesainya akan lebih baik dan kami bisa kembali ke Pulau Jawa,” tambah Lakas Geni.“Hemmm, aku mengerti kalian tidak sabar untuk segera menangkap pengacau itu. Baik akan aku ijinkan kalian mencari dia di luar sana akan tetapi tidak hari ini melainkan mulai besok siang saja, nanti kalian akan dipandu oleh beberapa prajurit istana sementara Panglima
Sembari menunggu matahari agak condong ke barat, tengah hari itu mereka manfaatkan untuk beristirahat dan makan siang bersama. Dari arah barat tampak pula 3 orang yang tengah berjalan santai meniti pematang sawah menuju dangau tempat beberapa petani sedang makan siang bersama itu, mereka terdiri dari satu orang wanita dan dua orang pria.Para petani di dangau sempat arahkan pandangan ke arah ketiga orang yang tengah meniti pematang itu, mereka saling pandang seperti bertanya apakah ada di antara mereka yang mengenal tiga orang yang berjalan di pematang sawah menuju ke arah dangau mereka itu.Keseluruh para petani itu menampakan raut wajah yang bingung pertanda tak ada satupun di antara mereka yang mengenali tiga orang yang saat itu telah dekat dengan dangau tempat mereka duduk makan siang bersama, dua orang di antara petani itu hentikan makan lalu berdiri dari duduknya berjalan menghampiri ketiga orang yang telah tiba di depan dangau itu.“Maaf, jika kehadiran kami telah mengganggu is
Bayangan hitam yang sangat besar tiba-tiba saja muncul tepat di depan Setan Tanduk Neraka duduk bersila melakukan semedi, saking besarnya puncak kepalanya menyentuh langit-langit goa padahal dia juga memposisikan tubuhnya duduk di atas batu besar di depan Guru Pangeran Durjana itu.Makin lama bayangan itu semakin jelas wujudnya yang tak kalah menyeramkan dengan wujud Setan Tanduk Neraka, kehadirannya di sana membuat dinding-dinding goa bergetar hebat seakan mau runtuh.“Ha.. ha.. ha..! Ada gerangan apa kau memanggilku ke sini, Setan Tanduk Neraka..?!” kembali dinding-dinding goa itu bergetar hebat, Setan Tanduk Neraka membuka matanya.“Terimalah sembahku yang mulia Raja Setan Sejagad,” ucap Setan Tanduk Neraka memberi sembah, sosok raksasa di depannya itu hanya anggukan kepala.“Maafkan saya yang mulia jika saya lancang memanggil yang mulia Raja datang ke sini, adapun tujuannya hendak meminta bantuan menyempurnakan ilmu tanduk neraka yang mulia sematkan di kepala saya. Yang mulia berk
Para anggota atau anak buah Pangeran Durjana yang mendiami padepokan itu telah mencapai 2.000 orang, itu semua karena Padepokan Neraka memang memiliki daya tarik kuat untuk bergabung menjadi anggota sebab merasa terjamin kehidupan mereka di sana dengan berlimpah ruahnya upeti yang mereka terima dari berbagai Kerajaan dan padepokan yang telah mereka taklukan.Namun begitu Pangeran Durjana yang serakah itu masih belum puas dengan menguasai kawasan timur Pulau Jawa itu saja, ia ingin dapat menguasai seluruh Pulau Jawa dari timur hingga kawasan barat seperti yang dikehendaki Gurunya Si Setan Tanduk Neraka itu.Kedatangan Pangeran Durjana di halaman padepokan di sambut oleh Dipo Geni sebagai tangan kanannya atau di Kerajaan sebagai Panglima, melihat raut wajah junjungannya tidak terlihat gembira Dipo Geni tak berani bertanya selain mengiringi junjungannya itu hingga ke dalam ruangan kebesaran Padepokan Neraka itu.“Dipo Geni, selama saya pergi meninggalkan padepokan ini apakah ada Kerajaan
Tanpa menunggu waktu lama lagi Pangeran Durjana segera meninggalkan goa itu, ia menuju ke arah timur itu artinya di akan kembali ke padepokannya di Lembah Neraka di kawasan Gunung Merapi.Setan Tanduk Neraka sebenarnya sosok mahkluk astral sejenis jin yang sebelum dimasuki roh Sura Brambang sosok bertubuh empat kali lipat manusia biasa itu tidak pernah bisa dilihat dan dia pun tak bisa juga menunjukan dirinya setiap saat kepada manusia.Roh Sura Brambang yang selalu gentayangan berupa arwah penasaran itu, takan pernah merasa senang jika Tanah Jawa belum mengalami kehancuran karena memang semasa hidupnya dulu merupakan dedengkot tokoh golongan hitam. Melalui raga halus mahkluk astral yang mengerikan itulah, ia dapat berkomunikasi dan bisa dilihat oleh Pangeran Durjana sebagai murid sekaligus jalan mewujudkan keinginan jahatnya itu yang ingin melihat kehancuran di muka bumi terutama Pulau Jawa.Sosok Setan Tanduk Neraka bukan saja berwujud mengerikan tapi juga memiliki ilmu yang luar bia
Dari sisi kiri depan mulut goa tampak berkelebat sebuah bayangan merah, sosok itu seperti berlari-lari meniti dinding goa lalu salto di udara beberapa kali sebelum akhirnya ia duduk bersila pula di atas batu besar berhadap-hadapan dengan mahkluk aneh dan menyeramkan itu.“Ha.. ha.. ha..! Sudah lama kau tak datang mengunjungiku di sini bocah bejad..!” terdengar suara dan tawa dari makhluk mengerikan itu menggelegar memekakan telinga.“Maafkan saya Guru, saya baru sempat datang saat ini karena sebelumnya sibuk dengan rencana yang pernah saya sampaikan membuat sebuah padepokan dan sekarang semua itu telah terwujud. Bukan hanya itu saja Guru, saya juga telah berhasil menguasai kawasan timur Pulau Jawa ini,” tutur sosok yang baru masuk ke dalam goa itu, seorang pria berbadan kekar mengenakan pakaian serba merah.“Ha.. ha.. ha..! Ternyata selama ini kau hanya dapat menguasai kawasan timur saja, murid bodoh kenapa tidak seluruh Pulau Jawa ini?!” seru mahkluk aneh yang di panggil dengan sebut
“Dia merasa sangat tertekan dan merasa terhina sekali di bawah kendali Pangeran Durjana, sebagai seorang raja dia tak memiliki harga diri lagi. Dia mengajak kerja sama untuk melawan Pangeran Durjana itu, sebagai imbalannya Satrio Mandalu bersedia menyerahkan beberapa daerah kekuasaannya pada kami di perbatasan utara sana. Saya sebenarnya sangat kasihan dan sama sekali tak menginginkan daerah itu kalaupun kami bersedia membantunya, hanya saja sampai saat ini saya belum memberi keputusan karena saya masih disibukan untuk mengurus Kesultanan dan daerah-daerah kekuasan di Demak ini,” jelas Sultan Demak.“Mungkin ada baiknya kami nanti akan ke Kerajaan Mandalu itu bertemu dengannya, tentu dia tahu persis kediaman Pangeran Durjana dan para anak buahnya itu.”“Benar Dezo, saya juga hendak mengusulkan itu padamu. Pangeran Durjana memang telah keterlaluan beberapa tahun ini terkesan memperbudak Kerajaan-kerajaan dan padepokan di kawasan timur itu,” ujar raja Kesultanan Demak itu.“Saya juga pe
“Jangan panggil saya dengan sebutan seperti itu Mas Tapa, panggil saja saya Arya,” ujar murid Nyi Konde Perak itu yang merasa risih dipanggil Tuan Pendekar.“Baik Arya apakah benar pria pengacau itu tidak akan datang kembali ke desa kami ini?” tanya Tapa Diwo.“Saya kenal dengan pria itu, dia adalah Pangeran Durjana musuh bebuyutan saya dan kami pernah bertarung dulunya sebelum saya dikabarkan tewas,” jelas Arya memastikan.“Oh, kalau begitu kami ucapkan terima kasih dan kami sudah tak merasa kuatir lagi akan kemunculannya di kawasan desa kami ini,” ucap Tapa Diwo.“Sama-sama Mas Tapa, sekarang kami mohon diri untuk kembali ke istana Kesultanan Demak, jika ada hal-hal yang mencurigakan atau apa saja itu yang menguatirkan warga di sini segera laporkan pada pihak istana,” tutur Arya sembari berpamitan.“Baik Arya,” Tapa Diwo dan para warga Desa Damai yang berada di sana lambaikan tangan saat Arya dan rombongan kembali ke istana Kesultanan Demak.Memang tidak ada luka dalam yang di derit
“Jahanam..! Saya yang akan bertarung denganmu..!”Panglima Kerajaan Demak maju menerjang, pria bertopeng hanya mengelak beberapa langkah ke samping lalu dengan santai ia memasukan pedang di tangannya ke dalam sarung yang ia sandang dipunggungnya.“Hemmm, ternyata kau punya nyali juga Panglima. Baik saya akan melayanimu dengan tangan kosong pula,” ujar pria bertopeng.Terjadilah pertarungan yang cukup seru dan menegangkan, jual beli pukulan tangan kosong pun terlihat.“Buuuuuuuuk..!”Sebuah tendangan keras tak terduga bersarang di dada Panglima hingga membuatnya terguling-guling beberapa kali di tanah, pria bertopeng sepertinya hendak menghabisi Panglima Kerajaan Demak itu terlihat dirinya melesat ke udara lalu menghujamkan kepalan tinjunya ke arah perut Panglima.Angin pukulan bertenaga dalam tinggi menderu hebat mengarah tubuh Panglima yang tergeletak mendekap dadanya yang nyeri, beberapa jangkauan lagi kepalan tangan itu akan menghantam dan bisa saja membuat perut Panglima itu meled
“Mari kita masuk dan berbincang-bincang di dalam,” sambung Sultan Demak, mereka bertiga mengangguk dan tersenyum ramah.Arya, Dewa Pengemis dan Bidadari Selendang Biru memang diperlakukan sangat berbeda oleh Sultan Demak. Itu terlihat saat mereka diajak masuk ke ruangan kebesaran istana itu, dalam waktu yang tak lama bermacam-macam jenis jamuan disediakan oleh Arya yang sangat mengejutkan karena dikabarkan menghilang bahkan tewas beberapa tahun yang lalu di lembah Gunung Kerinci,” tutur Sultan Demak memulai percakapan mereka di ruangan itu.“Maafkan saya Kanjeng Sultan, semua yang terjadi memang di luar dugaan. Namun semua itu nyata terjadi terhadap diri saya, puji syukur pada Gusti Allah karena kehendak-Nya pulalah saya dapat kembali ke Negeri Nusantara ini dan bertemu dengan Kanjeng Sultan,” ujar Arya.“Ya, Alhamdulillah. Saya pun sangat senang dapat bertemu kembali denganmu Arya, dan memang saya tak pernah yakin jika kamu itu telah tewas meskipun tak ada kabarnya bertahun-tahun,” u