All Chapters of Kembalinya Sang Pendekar Rajawali Dari Andalas: Chapter 121 - Chapter 130

133 Chapters

Bab 121. Menghasut

"Lihat saja dengan diriku, pengabdian dan jasa apa yang tidak aku lakukan untuk Kerajaan, aku tidak mengharapkan dianggap sebagai pahlawan besar. Jalan pikiranku dicurigai, perlakuan terhadap diriku sungguh menyakitkan. Aku dipaksa menerima nasib ditendang dari Kotaraja,” tutur Adipati Gadra."Siapa yang bisa hidup tenang dan leluasa saat ini Kangmas Adi," kata Adipati Seto Wirya pula."Lihat saja dengan diriku, pengabdian dan jasa apa yang tidak aku lakukan untuk Kerajaan, aku tidak mengharapkan dianggap sebagai pahlawan besar. Jalan pikiranku dicurigai, perlakuan terhadap diriku sungguh menyakitkan. Aku dipaksa menerima nasib ditendang dari Kotaraja,” tutur Adipati Gadra."Dimas, siapakah pemuda yang tampan ini?" sambung Adipati Gadra."Namanya Welung Pati, Dia Ketua Padepokan Gagak Timur. Dia orang kepercayaan ku yang bakal banyak memberikan bantuan dalam rencana kita. Dan dia pula lah yang aku minta tolong untuk berkirim pesan berupa surat kepada Kangmas Adi," jawab Adipati Seto W
last updateLast Updated : 2025-02-06
Read more

Bab 122. Dipermainkan

"Aku meragukan hal itu Kangmas, lihat caranya duduk berjuntai di batang pohon. Makan cempedak sambil menggoyang-goyangkan kaki, seorang mata-mata tidak akan melakukan hal itu." ujar Adipati Seto Wirya alias Danar."Siapapun dia kita harus menyelidiki, aku akan memberi tahu para pengawal. Tempat ini harus segera dikurung, jangan sampai orang itu melarikan diri. Kau tunggu di sini, awasi dia.”"Cepatlah!" kata Adipati Seto Wirya."Suruh Gandita kemari!" sambungnya.Orang yang duduk di batang pohon sambil memangku buah cempedak matang dan harum sepertinya tidak tahu kalau dirinya di awasi, dia terus saja menyantap buah itu sambil duduk berjuntai goyang-goyangkan kedua kakinya.Kulit cempedak dan juga biji buah itu dibuang seenaknya ke bawah, beberapa potongan kulit dan biji malah ada yang jatuh ke dalam perahu milik Welung Pati yang ditambatkan di tepi Sungai Berantas itu.Kulit cempedak dan juga biji buah itu dibuang seenaknya ke bawah, beberapa potongan kulit dan biji malah ada yang ja
last updateLast Updated : 2025-02-07
Read more

Bab 123. Perintah Menangkap

Di atas perutnya dia memegang buah cempedak dan mulutnya saat itu sudah mengunyah buah itu kembali, tentu saja semua orang terkejut melihat hal itu. Bagaimana tubuh seseorang bisa jatuh ke atas perahu tanpa mengeluarkan suara, bahkan kelihatannya perahu itu hampir tidak bergoyang.Air Sungai Berantas pun tidak tampak beriak, di atas pohon Welung Pati marah bukan main. Dia benar-benar merasa dipermainkan di hadapan orang banyak, segera dia melompat ke bawah ke arah perahu.Sambil melayang turun kaki kanannya ditendangkan ke kepala pemuda yang duduk di dalam perahu itu. Kali ini pria berpakaian putih rupanya jadi merasa jengkel juga diserang terus-terusan begitu rupa, kaki kanannya diinjakkan ke kayu pendayung di lantai perahu, pendayung itu melesat ke atas, melayang ke arah Welung Pati.Welung Pati menggeram marah, tendangannya yang seharusnya mengenai kepala pemuda itu, kini terhalang oleh kayu pendayung.“Praakk!” Kayu pendayung patah dua, mencelat ke udara lalu jatuh ke dalam Sunga
last updateLast Updated : 2025-02-08
Read more

Bab 124. Welung Pati Gusar

"Penghinaannya sudah keterlaluan!" geram Adipati Gadra sambil mengepalkan tinju"Lepaskan panah beracun!" teriaknya.Tiga orang anak buahnya segera menyiapkan busur dan panah beracun. Tetapi ketika tiga panah itu melesat ke seberang Sungai, Pendekar Rajawali Dari Andalas sudah lenyap, hanya suara tertawanya yang masih terdengar di kejauhan."Manasia itu tidak gila!" kata Adipati Gadra."Kalau dia memang sempat mendengar pembicaraan kita, keadaan bisa sangat berbahaya," ujar Danar pula, raut mukanya tampak jadi gelisah."Aku akan sebar orang untuk mencari jejaknya." Adipati Gadra juga tampak tidak tenang.Yang paling terpukul adalah Welung Pati, Ketua Padepokan Gagak Timur itu berulang kali kelihatan mengepalkan kedua tinjunya bahkan membanting-banting kaki. Dia memisahkan diri dari orang-orang di tepi sungai itu.Dalam hatinya dia tidak habis pikir,“Tamparanku seharusnya sudah cukup membuat pemuda itu cedera berat, tapi bahkan jotosanku seperti tidak ada apa-apanya! Aku malu sekali!
last updateLast Updated : 2025-02-10
Read more

Bab 125. Keusilan Arya

Meskipun agak geli-geli Arya mengangkat Ulat Daun dari atas daun lalu dilemparkannya ke atas pohon. Si gemuk di atas pohon yang masih terus tertawa gelak-gelak tampak kaget ketika sebuah benda hijau bergelung melesat ke arah mulutnya yang terbuka lebar.Cepat dia meniup ke bawah, Ulat Daun itu mental tetapi kini justru jatuh dan menempel di perutnya yang tersembul di sela baju yang tidak terkancing."Wadauuuuw….! Ulat! Ulat Daun…! Tolong..!"Sekujur tubuh si gemuk menggigil, mukanya yang tadi merah karena tertawa terus­terusan kini menjadi pucat pasi. Ternyata dia takut sekali pada Ulat Daun yang kini menempel di perutnya yang gendut berlemak itu.Kedua kakinya digoyang-goyangkan, kedua tangannya bergerak kian kemari kalang kabut. Dia coba pergunakan tangan untuk menjentik binatang itu tapi tak jadi karena merasa sangat jijik.Saking bingungnya dia melompat ke cabang pohon yang lain, bergelantungan sambil melejang-lejangkan kedua kakinya."Tolong! Wadauwww…. Ulat…. Tolong!" teriak si
last updateLast Updated : 2025-02-10
Read more

Bab 126. Dewa Pesing

"Aku melihat… Ha… ha.., ha… ha…! Ada beberapa orang prajurit Kerajaan Kediri dipreteli orang celananya hingga waktu mereka keluar dari air dalam keadaan bugil! Anunya pada bergelantungan ke mana-mana….! He… ha… ha! Apakah itu menurutmu tidak lucu? Mereka kelabakan! Berusaha menutupi anu mereka itu! Lucu….! Ha…. ha… ha…" tiba-tiba suara tawanya berhenti, kedua matanya yang sipit memandang lekat-lekat kepada Arya.“Apa yang ada dalam pikiran si gendut ini?” Arya bertanya dalam hati."Heh?" Bukankah… Bukankah kau orangnya yang menelanjangi delapan prajurit Kerajaan Kediri itu?!" Arya pun tertawa lebar, sambil garuk-garuk lehernya dia mengangguk dan berkata."Memang aku yang menelanjangi mereka, mereka hendak menangkapku!" Si gemuk tertawa mengekeh."Kau ternyata pemuda jahil juga! Lain kali kalau mau menelanjangi orang, jangan lelaki tapi perempuan! Ha… ha… ha…!" Arya jadi ikut-ikutan tertawa."Mengapa mereka hendak menangkapmu?""Karena aku makan cempedak." jawab Arya."Apakah seseorang
last updateLast Updated : 2025-02-12
Read more

Bab 127. Dewa Penangis

Rombongan itu bergerak dalam kesunyian tanpa ada yang bicara, di satu tempat telinga Adipati Gadra mendengar sesuatu, dia hentikan kudanya dan memandang berkeliling."Ada apakah Sri Baginda?" tanya seorang pengawal.Para pengikut Adipati Gadra yang setia selalu memanggil Adipati Gadra dengan sebutan Sri Baginda, walaupun pemimpin mereka itu tidak lebih dari seorang raja kecil yang tidak berdaya di satu wilayah yang kecil pula, namun mereka tetap menganggap Adipati Gadra adalah raja mereka, Raja Kerajaan Kediri yang baru."Aku mendengar sesuatu…" jawab Adipati Gadra, beberapa pengawal memasang telinga dan saling pandang.Beberapa saat kemudian salah seorang dari mereka berkata."Kami tidak mendengar suara apa-apa."Tentu saja para prajurit itu tidak atau belum mampu mendengar suara yang datangnya sangat sayup-sayup di kejauhan di dalam rimba belantara itu, karena kesaktiannya Adipati Gadra bisa mendengar suara itu yang tidak mampu didengar oleh para pengikutnya."Ikuti aku… Tapi harap
last updateLast Updated : 2025-02-13
Read more

Bab 128. Prabu Jayabaya

"Kalau kau memang mau mati, tidak usah menunggu lama. Di hutan ini banyak binatang buas dan binatang berbisa. Kau tinggal memilih mati cara bagaimana? Diterkam harimau atau dipatuk ular berbisa?!" mendengar kata-kata Adipati Gadra itu paras Dewa Penangis berubah, dia seperti ketakutan tetapi anehnya raut mukanya justru kelihatan kuyu sedih."Kalau begitu biar aku ikut bersama Raden," kata Dewa Penangis dan cepat bangkit berdiri."Ikut aku itu sudah pasti Dewa Penangis, tapi aku mau tahu di mana saudara mudamu yang berjuluk Dewa Pesing itu? Sebenarnya aku ingin dia ikut bergabung bersama kami.""Ah, si kentut gendut Dewa Pesing itu aku tidak pernah mengaku saudara padanya. Aku selalu diejeknya, dihina dan ditertawai.""Itu urusanku nanti kalau dia masih begitu terhadapmu, yang penting kau tahu di mana kita bisa menemukannya?" tanya Adipati Gadra, Dewa Penangis Menggeleng."Coba lihat di telapak tanganmu," kata Adipati Gadra pula."Ah, kau betul Raden. Aku baru ingat…"Masih sesenggukan
last updateLast Updated : 2025-02-15
Read more

Bab 129. Kuatir Akan Malapetaka

Dia maklum petir dan guntur tadi merupakan suatu pertanda yang tidak baik, Mungkin tidak baik bagi dirinya tapi mungkin sekali bagi Kerajaan.“Ya Dewa Bhatara, hal apakah yang akan terjadi di Kerajaan Kediri ini?” berucap Sri Baginda dalam hatinya.Sang Prabu naik ke atas kereta, rombongan yang baru saja melakukan upacara keagamaan itu bergerak cepat menuju istana Kerajaan. Di tengah jalan, Patih Samba Dirga yang duduk di samping Sri Baginda berkata."Sang Prabu jika saya boleh mengusulkan, begitu sampai di istana sebaiknya kita mengadakan pertemuan. Sebenarnya hal ini sudah agak lama kami inginkan, pertanda di candi tadi membuat saya merasakan pertemuan itu suatu hal yang penting dan mendesak untuk dilaksanakan." Sang Prabu termenung mendengar kata-kata patihnya itu, namun akhirnya dia menganggukkan kepala."Beritahu yang lain-lain," katanya.Begitu sampai di istana Kerajaan Sang Prabu langsung masuk ke sebuah ruangan yang biasa dipergunakan untuk pertemuan-pertemuan penting dan mend
last updateLast Updated : 2025-02-15
Read more

Bab 130. Bertemu Baginda Prabu

"Mengenai penghinaan yang kita lakukan terhadap pimpinan utusan Raja Cina itu, apakah kalian tidak melihat bahwa itu adalah lebih ringan dibanding dengan penghinaan yang mereka lemparkan pada kita. Mereka meminta agar kita tunduk kepada Kerajaan Cina!" pelipis Sang Prabu tampak bergerak-gerak tanda dia menahan amarah yang besar."Raja Cina itu boleh mengirim serdadunya ke sini, dia boleh menyerbu Kerajaan Kediri. Kita akan menghajar mereka sampai hancur, Tidak ada satu Kerajaan pun mampu menundukkan Kerajaan lain yang terpisah jauh. Mereka mungkin bisa menang, tapi hanya sesaat. Begitu jalur perbekalan mereka putus, mereka akan jadi sasaran hantu kelaparan atau senjata lawan!"Panglima Suta Soma dalam hati mengagumi kecerdikan jalan pikiran Sang Prabu, tetapi bagaimana kalau Adipati Seto Wirya mempergunakan kesempatan bergabung dengan pasukan Cina untuk menyerbu Kerajaan Kediri? Rasa-rasanya Kerajaan Kediri hanya akan sanggup bertahan satu hari satu malam. Setelah itu… Hal itulah yang
last updateLast Updated : 2025-02-17
Read more
PREV
1
...
91011121314
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status