Home / Rumah Tangga / Tuan CEO, Mari Bercerai! / Chapter 81 - Chapter 90

All Chapters of Tuan CEO, Mari Bercerai!: Chapter 81 - Chapter 90

98 Chapters

81. Mulai Tak Terkendali

Setelah memantapkan hatinya, Radha melangkah keluar dari kantor polisi dengan perasaan yang masih penuh keraguan. Radha memikirkan bagaimana reaksi Krisna saat melihatnya nanti. Apakah Krisna akan kembali marah padanya? Atau mungkin lebih buruk lagi, dengan tetap bersikap dingin seperti biasanya? Hingga akhirnya, taksi yang Radha pesan pun datang.Saat tiba di rumah Krisna, Radha menemukan suasana di sekelilingnya tampak begitu sunyi. Biasanya, ketika Radha masih tinggal di rumah itu, beberapa penjaga dan juga pelayan akan menyambut kedatangannya. Tapi kenapa sekarang malah tidak terlihat satu orang pun? “Apa Krisna menyuruh mereka semua pergi, ya?” Radha bertanya-tanya dalam hati. Ia meneruskan langkahnya mendekati bangunan super mewah yang ada di hadapannya. Sebuah rumah megah yang terlihat seperti istana, kini tampak kosong seakan-akan tak ada tanda-tanda kehidupan di dalamnya. Dengan hati-hati, Radha membuka pintu depan dan melangkah masuk. Suara langkah sepatunya menggema
last updateLast Updated : 2025-01-09
Read more

82. Kian Memanas dan Ancaman Saga

“Tidak peduli apa yang kau pikirkan, tapi kau tidak berhak mempertanyakan hubungan apa pun antara aku dan Kak Saga, ketika kau sendiri tidak tahu menjaga batasanmu dengan Nindy!”Krisna mendengus keras, wajahnya kembali mengeras seperti batu. Dengan sorot mata tajam, ia menatap Radha yang masih berusaha menenangkan napasnya setelah insiden barusan.“Sudah aku katakan, jangan pernah membawa-bawa nama Nindy dalam masalah ini, Radha,” ujar Krisna dingin. Suaranya terdengar datar, tetapi mengandung nada ancaman yang sangat jelas. “Kalau ingin membela dirimu sendiri, lakukan tanpa melibatkan orang lain. Nindy bukanlah wanita menjijikkan seperti dirimu. Dia jauh lebih bisa menjaga dirinya daripada kau yang dengan mudahnya tidur bersama pria lain yang bukan suaminya sampai hamil seperti ini.”Radha membelalakkan mata mendengar tuduhan itu. Dengan suara bergetar, ia berkata, "Jangan pernah bandingkan aku dengan wanita itu, Krisna! Dia tahu kau sudah menikah, tapi tetap menempel padamu dengan
last updateLast Updated : 2025-01-23
Read more

83. Meminta Krisna Mencabut Laporannya

Krisna menutup telepon dengan gerakan tegas, nada dingin Saga masih terngiang di telinganya. Ia menghela napas panjang, meraih sebotol wiski yang berada di meja kerjanya, namun tak sempat meneguknya karena perasaan gelisah yang tiba-tiba menghantamnya. Tanpa sepatah kata, Krisna melangkah keluar dari ruang kerjanya dengan langkah lebar, meninggalkan Radha yang masih berdiri di sana dengan tatapan penuh tanya. "Kau mau pergi ke mana?" Radha berlari kecil mengikuti Krisna. "Pembicaraan kita masih belum selesai." Krisna tak mengindahkan ucapan Radha. Ia terus berjalan, membiarkan wanita itu berusaha mengejar langkahnya. Raut wajahnya yang sama sekali tak menunjukkan ekspresi apa pun, selaras dengan sikap dinginnya yang seolah jelas menunjukkan bahwa kehadiran Radha di sampingnya tidak lebih dari sekedar angin lalu baginya. Namun Radha tidak menyerah. "Krisna, niatku datang ke sini untuk berbicara baik-baik denganmu. Aku ingin membahas tentang laporan yang kau ajukan pada Kak Saga. Tap
last updateLast Updated : 2025-01-25
Read more

84. Perintah Kakek Felix

Radha menelan ludah, menahan kepedihan yang terus menghantam hatinya seperti gelombang pasang. Tatapan dingin Krisna dan kata-kata tajam Gayatri membuatnya merasa seperti sedang berdiri di tepi jurang, siap terjatuh kapan saja. Namun, Radha tidak ingin menunjukkan kelemahannya di hadapan mereka. Dengan suara pelan namun tegas, Radha menjawab, “baiklah, aku akan pergi. Tapi Krisna, selama Kak Saga masih belum bebas atas tuntutan palsu yang kau buat, aku tidak akan menyerah. Aku akan melakukan segala cara, meski harus melawan kalian semua.” Kata-kata Radha membuat Gayatri tersenyum tipis, ada aura sinis yang terpancar dalam ekspresinya. "Jadi, kau kembali untuk membela anak haram itu? Sungguh mengherankan. Kau bahkan rela mempertaruhkan harga dirimu hanya demi sesuatu yang, menurutku, tak ada artinya." Krisna kemudian menyela dengan suara yang tetap tenang. "Radha, jika kau memang ingin membuktikan bahwa semua tuduhanku pada kalian berdua adalah sebuah kesalahan, maka aku takkan men
last updateLast Updated : 2025-01-26
Read more

85. Terpaksa Ikut

Radha merasa tubuhnya bergetar. Ia tahu, menolak mereka sama saja dengan menantang bahaya. Namun, ia juga tidak mau pasrah begitu saja tanpa mengetahui maksud pertemuan itu. Dengan hati yang penuh keraguan, Radha akhirnya mengangguk pelan. “Baiklah, saya akan ikut. Tapi saya ingin memastikan satu hal—apakah ini ada kaitannya dengan kasus yang menimpa Kak Saga? Jika ya, saya harap Kakek Felix bisa memberikan penjelasan yang masuk akal.” Kedua pria itu tidak menunjukkan emosi apa pun. “Kami hanya diinstruksikan untuk membawa Anda. Semua pertanyaan Anda akan dijawab oleh Tuan Besar Felix.” Nakula memegang lengan Radha, cemas. “Kak Radha, apa kau yakin? Mereka terlihat … sangat berbahaya. Bagaimana kalau nanti mereka berbuat yang tidak-tidak? Tidak, Kak. Aku tidak mau Kak Radha ambil risiko. Kalau Kakak mau, aku bisa ikut denganmu, Kak.” Radha tersenyum kecil, berusaha bersikap tenang agar Nakula tak semakin panik, meski sebenarnya hatinya tengah bergejolak hebat. “Tidak, Nakula. Ini
last updateLast Updated : 2025-01-27
Read more

86. Tawaran Kakek Felix, Setuju atau Tidak

Radha menatap Kakek Felix dengan bingung. Permintaan pria tua itu benar-benar tak terduga. Bagaimana mungkin Kakek Felix memintanya untuk menemani Krisna ke acara amal, sementara mereka tengah dalam proses perceraian? Radha yakin berita tentang perceraian mereka sudah tersebar. Semua orang pasti tahu. Dan dengan hadir bersama Krisna, ia hanya akan menjadi bahan gosip yang tak berkesudahan. Namun, tatapan tajam Kakek Felix tidak memberinya ruang untuk menolak. Ia menatap Radha seperti seorang raja yang sedang memerintah bawahannya. Bukan selayaknya seorang kakek yang berbicara dengan cucu menantunya. “Kenapa harus saya, Kek?” tanya Radha akhirnya, mencoba mengendalikan nada suaranya agar tetap sopan. “Bukankah Krisna bisa pergi sendiri? Atau mungkin bersama Nindy? Semua orang tahu hubungan kami tidak baik. Jika saya ikut, bukankah itu justru akan menimbulkan gosip?” Kakek Felix menyilangkan tangannya di depan dada, memandang Radha dengan pandangan yang sulit diartikan. “Itulah s
last updateLast Updated : 2025-01-27
Read more

87. Kebebasan Saga Dan Rencananya

Radha mengayunkan langkahnya dengan gontai saat dirinya menapaki lorong-lorong sempit di rumah susun, tempat tinggalnya sekarang. Pikirannya begitu kusut saat memikirkan percakapan terakhirnya dengan Kakek Felix. “Selama tiga bulan pasca bercerai, kau harus tetap menyembunyikan status perceraianmu dari siapa pun.” Begitulah kata pria tua itu dengan sangat entengnya. Astaga. Bagaimana bisa dirinya melakukan itu? Berpura-pura seolah tidak pernah terjadi apa pun antara dirinya dan Krisna selama tiga bulan, sementara saat ini ia sedang hamil. Makin hari perutnya pasti akan membesar. Dan peluang untuk menyembunyikannya akan sangat kecil. Apa yang akan terjadi jika rahasia kehamilannya terbongkar? Bisa jadi Kakek Felix akan membatalkan perceraian Radha dengan Krisna. Kalau pun Radha bersikeras, maka tidak menutup kemungkinan mereka akan memisahkan Radha dari anaknya. Hanya dengan membayangkannya saja sudah membuat Radha nyaris gila. Tangga menuju lantai lima seakan memanjang tanpa uju
last updateLast Updated : 2025-01-28
Read more

88. Sebuah Konspirasi Dan Hukuman

Saga menatap wanita di depannya dengan tatapan tajam, ekspresinya sulit ditebak. Lampu neon di bar memantulkan bayangan keemasan di matanya yang penuh perhitungan. “Aku sudah terlalu lelah untuk menunggu lebih lama lagi, Aresha,” katanya, suaranya dingin. “Kali ini, aku ingin semuanya berjalan sesuai rencana. Jangan sampai ada kesalahan sedikit pun.” Wanita bernama Aresha itu menyandarkan punggungnya ke kursi, lalu menyilangkan kakinya dengan anggun. Lekuk tubuhnya tercetak sempurna dibalik gaun hitam yang dikenakannya, membuatnya terlihat sangat elegan tapi sekaligus berbahaya. “Kau sangat mengenal diriku, Saga,” jawabnya dengan nada tenang, tapi matanya menyiratkan sesuatu yang lebih dalam. “Apa pernah selama ini aku mengecewakanmu? Tapi yah, tentu saja aku tidak akan bergerak tanpa memastikan sesuatu terlebih dulu. Misalnya—seberapa jauh kau ingin melangkah dalam rencana ini?” Saga mengangkat gelasnya, mengamati sisa wiski yang berputar pelan sebelum meneguknya habis. Ia meleta
last updateLast Updated : 2025-02-06
Read more

89. Mulai Muak

Krisna berdiri mematung di depan meja kerja Baskara. Matanya menyipit, mengamati ekspresi sang ayah yang tampak santai, seolah mengabaikan keterkejutan yang baru saja ia lontarkan. "Apa?" ulangnya, suaranya terdengar serak, antara percaya tidak percaya. Baskara tidak segera menjawab. Ia mengamati putranya dengan sorot mata yang sulit diterjemahkan—tajam, namun juga mengandung sesuatu yang lain. Sesuatu yang tak ingin Krisna akui sebagai bentuk perhatian seorang ayah pada anaknya. Semenjak Baskara bersikeras membawa Saga ke dalam keluarganya hari itu, sejak saat itu juga Krisna mencabut hak dan peran Baskara sebagai ayahnya. “Ayah bilang, kau akan datang ke acara amal besok malam bersama Radha,” ulangnya, tenang dan tanpa keraguan. “Dan itulah yang diperintahkan oleh kakekmu.” Krisna tertawa pendek, getir. Ia menggeleng pelan, tangannya mengepal di sisi tubuh. “Bukankah kakek sudah tahu kalau kami sedang dalam proses cerai?” Baskara mengangkat bahu, ekspresinya tetap tenang. “Ten
last updateLast Updated : 2025-02-07
Read more

90. Pembicaraan Yang Tak Biasa

Di sebuah kafe mewah yang terletak di dekat bukit lapangan golf, Radha duduk diam di salah satu sudut ruangan. Penampilannya cukup anggun dalam balutan blouse berwarna pastel yang sederhana, namun tetap memancarkan kesan berkelas. Tatapannya lurus tertuju pada pria tua di hadapannya, yang tengah menyeruput teh dengan santai—seolah percakapan mereka bukanlah sesuatu yang penting. Padahal, bagi Radha, perbincangan ini bisa menentukan arah hidupnya selanjutnya. “Jadi, bagaimana?” Kakek Felix akhirnya angkat bicara, meletakkan cangkirnya perlahan. “Apa kau sudah membuat keputusan atas tawaran yang aku berikan padamu semalam?” Radha menghela napas perlahan. Ia meremas jemarinya sendiri di pangkuannya, berusaha menyusun kalimat yang tepat. “Saya...” Kakek Felix mengangkat satu alisnya, menunggu Radha melanjutkan kalimatnya. Pancaran matanya yang tajam, yang telah menyaksikan puluhan tahun intrik bisnis dan politik, seakan sedang menelanjangi kebimbangan Radha. “Kau bisa mengatakan tida
last updateLast Updated : 2025-02-08
Read more
PREV
1
...
5678910
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status