Semua Bab Tuan CEO, Mari Bercerai!: Bab 11 - Bab 20

29 Bab

11. Radha Minggat

Radha duduk di kursi penumpang. Tubuhnya terasa lelah, tapi hatinya jauh lebih berat. Pandangannya mengarah ke luar jendela mobil, menatap kosong jalanan yang sepi. Di sebelahnya, Saga, yang bersedia mengantarnya pulang dari rumah sakit, tetap fokus mengemudi. Sepanjang perjalanan, mereka hampir tidak berbicara. Hanya ada keheningan yang mencekam. Namun Radha menghargai karena Saga tidak memaksanya bicara. Dia pasti memaklumi, bahwa saat ini Radha hanya butuh waktu untuk memproses semua yang terjadi.Ketika mereka tiba di rumah, Saga mematikan mesin mobil dan membuka pintu untuk Radha. Radha turun dengan pelan, dengan gerakan cukup yang hati-hati karena luka di tubuhnya masih terasa nyeri.“Terima kasih, Kak Saga,” ucap Radha dengan suara lirih.Saga menatap Radha dengan penuh perhatian. “Jangan katakan itu, Radha. Kau sudah seperti adikku sendiri. Jadi, cepatlah masuk dan istirahat. Kalau ada apa-apa, kau bisa hubungi aku
Baca selengkapnya

12. Krisna Balik Mengancam

“Jangan bersikap kekanak-kanakan, Radha,” ucap Krisna dengan nada dingin, seolah peristiwa ini tidak berarti apa-apa baginya. “Aku sudah mengingatkanmu untuk tidak membuat drama baru lagi.” Radha tetap diam, namun cengkeramannya pada gagang koper mengencang, menunjukkan bahwa dia takkan mundur dari keputusannya. “Apa ini karena perlakuan mamaku?” Krisna melanjutkan, suaranya terdengar kesal. “Kalau itu masalahnya, besok aku akan datangi mama dan memintanya untuk berhenti ikut campur. Kalau perlu, aku akan memaksa mama untuk minta maaf padamu.” Radha tersenyum kecil, penuh kepahitan. "Tidak perlu, Krisna," katanya tenang. “Sebelum dia minta maaf, aku sudah memaafkannya. Tapi keputusanku tetaplah sama. Aku ingin segera pergi dari sini dan bercerai darimu." Namun, Krisna tidak mendengarkan. Wajahnya mengeras, amarah yang ditahannya kembali menggelembung di dalam dadanya. “Aku sudah pernah bilang, Radha,” suaranya sekarang lebih rendah, namun penuh dengan ancaman, “Aku tidak akan perna
Baca selengkapnya

13. Tetap Saja Sakit

“Kenapa kau membawanya ke sini, Krisna?” tanya Gayatri langsung, tanpa basa-basi. Wanita paruh baya itu, dengan rambutnya yang selalu tersisir rapi dan pakaiannya yang selalu anggun, menatap Radha seolah-olah dia adalah gangguan tak diinginkan. Krisna hanya tersenyum tipis, menahan diri untuk tidak bereaksi terhadap sikap dingin ibunya. Sebelum Krisna bisa menjawab, Baskara yang mendengar suara Gayatri dari ruang kerjanya segera muncul. Dengan wajah yang lebih tenang dan bijaksana, dia langsung menegur istrinya, “Gayatri, apa kau lupa apa yang sudah kita bicarakan sebelumnya?” Gayatri terdiam seketika, menahan diri agar tidak meledak lagi. Dia memalingkan wajah dengan kesal, jelas tidak senang, tetapi memilih untuk tidak berdebat lebih lanjut. Baskara mendekati Radha, memberi senyum lembut yang berbeda dari sikap istrinya. “Ayah pikir, kau tidak akan mau datang lagi ke sini, setelah apa yang terjadi kemarin. Ayah benar-benar minta maaf atas sikap kasar Gayatri padamu, Radha,” kata
Baca selengkapnya

14. Kedatangan Freya

Sejak mereka meninggalkan rumah orang tua Krisna, Radha tampak berbeda. Selama perjalanan pulang, Krisna memperhatikan perubahan itu meski ia berusaha tak terlalu memedulikannya. Radha biasanya keras kepala dan sering memancing debat, tapi hari ini dia jauh lebih pendiam. Matanya tampak kosong, seolah-olah pikirannya terbang ke tempat lain, entah memikirkan apa. Yang jelas, ini bukan sifat Radha yang biasa. Krisna mengakui, biasanya dia lebih suka suasana tenang seperti ini. Radha yang pendiam berarti tidak ada cekcok atau suara-suara sumbang yang mengganggu pikirannya. Seharusnya ini membuatnya merasa lega, bukan? Tapi anehnya, kali ini Krisna merasa terganggu dengan keheningan itu. Sesuatu tentang cara Radha bertingkah membuatnya resah, meskipun ia tidak tahu pasti apa. Krisna mencoba menyingkirkan perasaan itu. Apa yang ia pedulikan? Radha hanya istri ‘bonekanya’—tidak ada alasan baginya untuk memikirkan tentang perubahan sikapnya. Setibanya di rumah, Krisna segera melepaskan
Baca selengkapnya

15. Aku Juga Manusia, Bu!

“Apa yang sebenarnya kau inginkan, Bu?” tanya Radha, usai menutup pintu kamarnya dengan perlahan. Radha tahu ibunya tidak akan datang sejauh ini hanya karena kekhawatiran. Selalu ada sesuatu di balik tindakan ibunya yang terlihat peduli. Freya mendekat dengan ekspresi yang sulit diterka. Tanpa peringatan, dia meraih wajah Radha dan memeriksanya dengan kasar. Tangannya menekan pipi Radha, membuat Radha sedikit tersentak. "Jadi, benar Gayatri sudah menyerangmu?" desis Freya, matanya memperhatikan setiap tanda memar atau luka di wajah Radha. Radha mengerutkan kening, merasa bingung sekaligus curiga. Dalam hatinya, ia bertanya-tanya bagaimana Freya bisa mengetahui hal itu? Radha bahkan tidak memberitahu Nakula, sebagai satu-satunya anggota keluarga yang bisa ia percayai. “Dari mana Ibu tahu?” tanya Radha sambil menyentak lepas tangan Freya dari wajahnya. Freya hanya mendengus, tampak tak terpengaruh oleh reaksi Radha. "Tidak perlu banyak bertanya. Yang jelas, aku punya informan terp
Baca selengkapnya

16. Situasi Yang Aneh

“Jadi, apa lagi yang diinginkan ibumu kali ini?” Krisna tiba-tiba muncul dan berdiri di ambang pintu kamar, semenit setelah kepergian Freya dari rumahnya, dengan nada bicara yang dingin dan tatapan menyelidik. Radha, yang masih berusaha menguasai perasaannya, menahan napas. Dia tahu, jika Krisna mulai berbicara tentang ibunya, maka percakapan ini tidak akan berujung baik. "Tidak ada hal seperti itu," jawab Radha, mencoba bersikap tenang. "Ibu hanya khawatir, itu saja." Krisna mendengus pelan, langkah kakinya membawa dirinya lebih dekat ke arah Radha. Senyum sinis muncul di bibirnya, membuat sorot matanya terlihat semakin tajam. "Khawatir, ya?" tanyanya, seolah mengejek. "Radha, kau bukan tipe orang yang pandai berbohong. Aku tahu betul siapa ibumu itu. Jangan harap aku akan percaya jika kau bilang dia datang karena benar-benar khawatir." Radha berusaha menahan kegelisahan yang mengintip dari sorot matanya. "Kalau kau tidak percaya, ya sudah. Tidak ada yang perlu dijelaskan." Ia be
Baca selengkapnya

17. Kembali Dipatahkan

"Hey, apa yang kau lakukan?!" Radha justru semakin mengeratkan pelukannya, tubuhnya gemetar ketakutan. Tanpa mengindahkan protes Krisna, ia menutup telinga dan memejamkan mata dengan kuat. Suara petir yang bergemuruh kembali membuat Radha semakin mendekap Krisna, seolah-olah dia adalah satu-satunya tempat aman di dunia. “Radha, lepaskan!” Krisna mendesis sambil berusaha menahan rasa jengah yang membuncah. Namun, usahanya sia-sia. Radha tidak bergerak sedikit pun, dan tubuhnya justru makin erat melingkupi Krisna. Krisna menghela napas panjang. “Ya ampun, kau ini ....” gumamnya dengan lelah. Bagaimanapun, rasa kantuk dan lelah akhirnya membuatnya menyerah. Mata Krisna yang sudah berat akhirnya tertutup. Sambil mengomel pelan, dia berkata, "hanya kali ini saja. Lebih dari ini, kau benar-benar akan dapat masalah dariku." Radha tidak menjawab. Tubuhnya perlahan mulai tenang. Krisna pun akhirnya membiarkan dirinya terlelap dalam posisi yang tidak biasa. Saat pagi menjelang, Radha terba
Baca selengkapnya

18. Keributan Freya dan Nirmala

“Apa maksud kalian melarang kami masuk?!” Freya membentak, tangannya mengepal di pinggang. "Kalian ini cuma pegawai di rumah ini. Beraninya menghalangi saya dan anak saya untuk masuk ke dalam!" “Maaf, Nyonya. Kami tidak bisa mengizinkan itu,” salah satu penjaga menjawab dengan tegas, wajahnya tampak serius. “Tanpa izin dari Tuan Felix, tidak ada yang boleh masuk.” “Dasar penjaga bodoh!” Nirmala melangkah maju, mendekatkan wajahnya ke wajah penjaga. “Memangnya kalian tidak tahu siapa kami? Kalian tidak tahu apa akibatnya jika berani bersikap lancang pada kami yang jelas-jelas anggota keluarga Harlingga?” Freya mengangguk setuju, menambahkan, “Jadi cepatlah minggir, dan biarkan kami masuk. Atau aku akan melaporkan kalian pada Krisna karena perlakuan tidak sopan kalian!” Dia melotot, memandang tajam penjaga yang berdiri di hadapannya. Penjaga itu hanya menggelengkan kepala, berusaha tetap tenang meski emosi Freya semakin memuncak. “Saya hanya menjalankan tugas, Nyonya. Jika Anda teru
Baca selengkapnya

19. Tindakan Berani Radha

“Radha,” suara Kakek Felix terdengar tegas, menekankan setiap kata yang terucap. “Aku sudah terlalu banyak memberi kesempatan pada keluargamu. Aku juga mencoba memahami dan menerima mereka layaknya keluarga, tapi tingkah mereka yang terus-menerus membuat onar ini bisa mencoreng nama baik keluarga Harlingga.”Radha menundukkan kepala, menahan rasa bersalah yang menyelubungi dirinya. Dengan suara lirih, ia menjawab, "Saya minta maaf, Kakek. Saya janji akan memastikan hal ini tidak terulang lagi."Kakek Felix mengangguk kecil, tetapi ekspresinya tetap serius. Lalu, ia mengalihkan pandangannya ke Krisna, yang duduk dengan tubuh tegap namun tampak tegang di bawah tatapan kakeknya.“Krisna, kau seharusnya bisa mencegah ini sejak awal,” ujar Kakek Felix dengan nada tak kalah tegas. “Sebagai bagian dari keluarga Harlingga, kau punya tanggung jawab untuk menjaga kehormatan kita. Aku tidak mau masalah internal kita jadi tontonan bagi orang luar.”
Baca selengkapnya

20. Tak Ada Jalan Kembali

 Krisna menarik tangan Radha dengan kasar, menyeretnya keluar dari ruang kerja Kakek Felix tanpa menghiraukan tatapan kaget dari para pelayan yang kebetulan melihat. Mereka berjalan cepat, hampir berlari melewati lorong-lorong panjang rumah besar keluarga Harlingga, hingga akhirnya Krisna membawanya ke taman belakang yang sepi, jauh dari pendengaran siapa pun.Setelah memastikan tidak ada orang di sekitar, Krisna melepaskan cengkeraman tangannya, menatap Radha dengan tatapan tajam penuh kemarahan. "Apa-apaan kau ini, Radha?" suaranya terdengar tegas dan mengandung nada ancaman. "Apa kau sadar dengan yang kau ucapkan barusan?"Radha menghindari tatapan Krisna, berusaha mengatur napasnya yang tersengal-sengal. Keberaniannya untuk mengungkapkan keinginan bercerai tadi seketika sirna begitu berhadapan langsung dengan kemarahan Krisna. Namun, ia mencoba untuk tetap tenang. Ia tidak ingin menunjukkan kelema
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123
DMCA.com Protection Status