All Chapters of SSSN 2 : LEGENDA PEDANG NAGA API: Chapter 211 - Chapter 220

246 Chapters

211. KEMATIAN DI WISMA HARUM

Pagi itu masih gelap ketika terdengar jeritan memecah keheningan suasana Wisma Harum. Seorang pelayan yang membawakan teh pagi untuk Nyonya Hong terpaku di ambang pintu kamar, matanya terbelalak menyaksikan pemandangan mengerikan di hadapannya."Tolong! Tolong! Nyonya Hong ... dia ... dia …," Suara pelayan itu tercekat di kerongkongan, tangannya gemetar menunjuk ke arah sosok yang tergantung di langit-langit kamar.Tubuh Nyonya Hong, pemilik sekaligus mucikari Wisma Harum yang terkenal itu, sudah kaku dengan wajah membiru. Tubuhnya berayun pelan, menggantung dari tali sutra merah yang terikat pada balok kayu berukir di langit-langit.Dalam hitungan menit, seluruh penghuni wisma berkumpul di depan kamar, saling berbisik dengan wajah pucat. Beberapa gadis menangis terisak, yang lain hanya bisa terdiam dalam keterkejutan.Penyidik Wu tiba satu jam kemudian bersama seorang tabib kota dan dua petugas pengadilan. Dengan tenang ia memperhatikan setiap sudut kamar Nyonya Hong."Sepertinya jel
last updateLast Updated : 2025-03-09
Read more

212. BELUM WAKTUNYA MATI

Matahari senja memancarkan cahaya keemasan di atas lembah ketika Ming Mei melesat di antara pepohonan, detak jantungnya berdegup kencang mengalahkan suara langkah kakinya yang berderap di tanah berbatu. Nafas tersengal, rambut hitamnya yang panjang berkibar liar, dan gaun sutranya yang robek di beberapa bagian menjadi bukti pelarian panjangnya.Di belakang gadis itu, teriakan para prajurit terdengar di antara pepohonan, "Tangkap pembunuh Nyonya Hong! Jangan biarkan dia lolos!"Ming Mei menggertakkan giginya, “Dia orang jahat, dia pantas mati!” Prajurit-prajurit makin memburunya, bagi mereka pembunuh adalah orang yang paling berbahaya di muka bumi selain siluman.*Mereka mendekat!* Ming Mei mempercepat lari meski otot-ototnya menjerit kesakitan.Hutan mulai menipis dan Ming Mei terhenti mendadak. Di hadapannya, tanah tiba-tiba berakhir—sebuah tebing curam dengan jurang dalam di bawahnya. Aliran sungai yang bergelora terlihat seperti benang perak jauh di bawah. Ia berbalik, hanya untuk
last updateLast Updated : 2025-03-10
Read more

213. AIR MATA KEPALSUAN

Ru Chen keluar dari tandu, matanya menyipit mengikuti arah yang ditunjuk. Tanpa ragu ia bersama para pengawalnya bergegas menuju tempat itu. Sebagai mantan ketua Sekte Pedang Langit yang kini menjabat sebagai Menteri Kesejahteraan di bawah Raja Yu Ping, insting melindunginya masih sangat kuat.Ia menghampiri sosok yang terbaring. Seorang gadis muda dengan pakaian robek dan tubuh penuh luka. Wajahnya yang pucat tampak damai namun menunjukkan penderitaan.Ru Chen berlutut, memeriksa nadi di pergelangan tangan gadis itu. Kemudian ia mendekatkan dua jarinya ke hidung sang gadis."Masih hidup," ucapnya tenang namun dengan ketegasan seorang pemimpin. "Siapkan tandu! Kita bawa dia ke Tabib Shen Yi!"---Suara kicauan burung dan aroma obat-obatan herbal menyambut Ming Mei saat kesadarannya perlahan kembali. Matanya terbuka lemah, menyesuaikan diri dengan cahaya redup yang menembus jendela di samping tempat tidur.*Di mana aku?*Ming Mei mencoba menggerakkan tubuhnya tapi rasa nyeri tajam men
last updateLast Updated : 2025-03-11
Read more

214. PENCARIAN

Matahari memancarkan sinarnya di atas kota raja saat rombongan Ru Chen memasuki gerbang utama. Jalanan lebar yang dilapisi batu granit mengarah ke pusat kota, dengan deretan toko-toko dan rumah-rumah berarsitektur indah di kedua sisinya. Berbagai warna payung dan spanduk para pedagang berkibar diterpa angin, menambah keceriaan suasana. Ming Mei tak bisa menyembunyikan kekagumannya. Dari balik tirai tandu, matanya melebar menyaksikan keagungan kota raja Negeri Qi yang belum pernah ia kunjungi sebelumnya. "Indah sekali," gumam Ming Mei tanpa sadar.Ru Chen yang berkuda di samping tandu tersenyum mendengarnya. "Kota raja Qi memang terkenal dengan keindahan dan keteraturannya. Raja Yu Ping sangat memperhatikan tata kota."Rombongan berbelok ke sebuah jalan yang lebih tenang dengan deretan rumah-rumah besar milik para bangsawan dan pejabat tinggi. Mereka berhenti di depan sebuah rumah megah dengan gerbang kayu berukir naga dan phoenix. Dua penjaga membungkuk hormat saat melihat kedatangan
last updateLast Updated : 2025-03-12
Read more

215. HATI YANG TERLUKA

"Baiklah," Ming Mei mengangguk, menyembunyikan kilatan di matanya. "Aku akan ikut dengan Tuan."Pemimpin pekerja tersenyum lebar. "Bagus, mari ikut kami!" katanya sambil menepuk-nepuk bahu Ming Mei.Ming Mei bergabung dengan rombongan yang langsung bergerak menuju bagian utara kotaraja—distrik para pejabat. Mereka berhenti di depan sebuah rumah megah yang dikelilingi tembok tinggi. Gerbang utamanya dihiasi kain merah dan tulisan kebahagiaan ganda. Para pekerja mulai mengeluarkan berbagai hiasan pernikahan dari keranjang mereka."Rumah siapakah ini?" tanya Ming Mei dengan nada sekadar penasaran. "Sepertinya pemiliknya orang penting."Pemimpin pekerja tersenyum bangga, "Tentu saja! Ini rumah pejabat baru, penasihat Pangeran Putra Mahkota Qi Lung. Namanya Penasihat Chung Ming. Usianya masih muda tapi kariernya melesat cepat."Ming Mei mengerutkan kening sambil berpikir *Chung Ming? Apakah dia mengenal Lin Mo?* "Chung Ming ... nama yang asing terdengar," gumam gadis yang sedang menyamar i
last updateLast Updated : 2025-03-13
Read more

216. PESTA PERNIKAHAN

Kediaman Chung Ming alias Lin Mo bersinar terang malam itu, dihiasi ratusan lampion merah yang digantung di sepanjang tembok dan gerbang.Puluhan pelayan berpakaian serasi bergerak dengan cekatan menyambut tamu yang mulai berdatangan. Aroma dupa wangi dan bunga segar memenuhi udara, bercampur dengan harum masakan mewah yang disiapkan oleh juru masak terbaik kotaraja.Halaman depan rumah telah disulap menjadi ruang pesta megah dengan meja-meja bundar tertata rapi, dilapisi kain sutra merah dengan sulaman naga dan phoenix emas—simbol kebahagian pernikahan. Para pembesar istana turun dari tandu mereka satu per satu, disambut oleh deretan pelayan yang membungkuk hormat.Lin Mo berdiri di depan pintu masuk, mengenakan pakaian pengantin berwarna merah menyala dengan pita besar melintang di dadanya. Sulaman emas dan perak menghiasi jubahnya, menandakan statusnya yang tinggi. Wajahnya berseri-seri, senyum tak pernah lepas dari bibirnya saat menyambut para tamu."Menteri Ru Chen tiba!" seru s
last updateLast Updated : 2025-03-14
Read more

217. DENDAM DI PESTA PERNIKAHAN

Suasana pesta yang riuh menjadi hening ketika Ming Mei mulai memetik nada-nada mendayu dari kecapinya. Jari-jarinya menari di atas senar, menciptakan melodi yang menghipnotis semua tamu. Kemudian, suaranya yang lembut namun penuh emosi mulai mengalun, menyatu dengan dentingan kecapi."Bunga sakura bermekaran, saat pertama kita berjumpa,Pemuda tampan dari perguruan ternama, memikat hatiku dengan kata-kata ...Ribuan janji diucapkan, seribu sumpah dilantunkan,Hingga aku terlena, menyerahkan seluruh jiwa dan raga..."Para tamu terpesona. Pangeran Qi Lung mengangguk-angguk menikmati, sementara Ru Chen tampak menikmati pertunjukan dengan mata terpejam. Tidak ada yang menyadari perubahan raut wajah Lin Mo ketika Ming Mei melanjutkan nyanyiannya."Saat badai menerjang, saat dunia memburuku,Dia berjanji akan melindungi, akan menjagaku selamanya ...Tapi di balik senyumnya tersembunyi belati,Di balik kata cintanya terselip pengkhianatan ...."Nada-nada kecapi semakin intens, suara Ming Me
last updateLast Updated : 2025-03-15
Read more

218. KEBOHONGAN

Kediaman Lin Mo yang tadinya penuh kebahagiaan kini diliputi kesuraman. Para tamu telah pergi, meninggalkan bisikan-bisikan yang akan segera menyebar ke seluruh kota raja. Lin Mo, dengan pundak yang telah diobati dan diperban, berjalan menuju kamar pengantinnya."Yu Na …," panggilnya lembut, mendekati sosok yang meringkuk di sudut kamar. Air mata masih mengalir di pipi Yu Na yang memerah akibat tamparan ayahnya."Kumohon dengarkan aku," Lin Mo berlutut di samping Yu Na. "Semua yang dikatakan wanita itu hanyalah kebohongan belaka. Fitnah untuk menghancurkan kebahagiaan kita."Tangannya terulur, mencoba mengusap air mata Yu Na. Namun dengan kasar, istrinya menepis sentuhan itu.Tatapan matanya mengandung luka dan kemarahan yang dalam. Tanpa sepatah kata pun, Yu Na bangkit dan berlari ke kamar sebelah lalu menutup pintunya dengan kasar.Lin Mo bergegas ingin mengejar, namun langkahnya terhenti oleh teguran keras dari belakang."Tuan Chung Ming, berikan istrimu waktu untuk menenangkan di
last updateLast Updated : 2025-03-16
Read more

219. PEMBUNUHAN DI RUMAH MENTERI

Dalam kegelapan kamar tamu, Ming Mei bersembunyi di balik selimut dengan nafas tertahan. Ia melihat bayangan Menteri Ru Chen di luar pintu kamar, jari keriput pria tua itu menyentuh daun pintu dan mengetuknya pelan. Ming Mei berpura-pura sudah tertidur, akhirnya langkah berat menjauh terdengar memudar di lorong.Ming Mei menghembuskan nafas lega. Cahaya bulan yang mencuri masuk melalui celah jendela menerangi wajahnya yang basah oleh keringat dingin. Dengan gerakan cepat, jari-jemarinya melepas satu per satu pengait jubah sutra ungu yang dikenakannya."Hampir saja," bisiknya pada diri sendiri.Jubah itu melorot ke lantai, menampakkan pakaian sederhana berwarna abu-abu di baliknya. Ming Mei melipat jubah ungunya dengan hati-hati, lalu menyelipkannya ke dalam buntalan kain. Matanya yang tajam mengawasi sekitar sebelum mengendap-endap keluar kamar.Lantai kayu berderit pelan saat kakinya melangkah. Ming Mei berhenti sejenak, menahan nafas, memastikan suara itu tidak membangunkan penghun
last updateLast Updated : 2025-03-17
Read more

220. PERNIKAHAN SEDERHANA

Musim berganti. Daun-daun maple merah berguguran digantikan salju lembut yang mulai melapisi atap-atap rumah. Ming Mei menjadi bayangan setia Menteri Ru Chen, tak pernah jauh dari sisinya. Jemarinya yang lentik menyiapkan teh dengan racikan khusus setiap pagi, tangannya dengan telaten menggosok punggung Ru Chen yang kerap nyeri di malam hari, bibirnya selalu tersenyum menenangkan kala Menteri tua itu lelah setelah seharian mengurus urusan negara.Para pelayan mulai berbisik di belakang tiang-tiang berukir."Mencurigakan sekali," bisik seorang pelayan wanita sambil melipat pakaian. "Gadis secantik itu mau merawat orang tua seperti tuan kita?""Kudengar di pasar, beberapa orang mulai membicarakan kedekatan mereka," sahut yang lain. "Bahkan Nyonya Chi, istri pedagang sutra, terang-terangan bertanya padaku apakah Tuan telah menjadikan nona itu selirnya."Bisikan-bisikan itu akhirnya sampai ke telinga Menteri Ru Chen. Sore itu, ketika cahaya matahari memerah di ufuk barat, ia memanggil Mi
last updateLast Updated : 2025-03-18
Read more
PREV
1
...
202122232425
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status