Semua Bab SSSN 2 : LEGENDA PEDANG NAGA API: Bab 231 - Bab 240

246 Bab

231. KESEMPATAN KEDUA

Di sebuah lembah hijau yang tenang, tak jauh dari kotaraja, pemandangan haru terlihat jelas di bawah langit kelabu. Seorang gadis kecil bersimpuh di hadapan tiga makam yang masih baru, tanahnya masih gembur. Di belakangnya, sepuluh orang dewasa juga berlutut dengan kepala tertunduk. Mereka adalah anggota terakhir sekte Iblis Bayangan yang tersisa setelah pertempuran berdarah di alun-alun.Gadis kecil itu menangis pilu, tubuh mungilnya bergetar hebat. Ia membungkuk dalam-dalam hingga keningnya membentur tanah di depan makam orang tuanya. Air mata membasahi tanah makam ibunya."Ibu…," isak Yao Chen, suaranya tersendat-sendat. "Ayah... kalian kemana? Kenapa aku ditinggal sendiri? Aku harus tinggal dengan siapa sekarang?"Tangisannya semakin menjadi, mengiris hati siapapun yang mendengarnya. Dalam semalam, dunia gadis kecil itu telah hancur berkeping-keping. Kedua orang tua yang menjadi sandarannya kini telah pergi untuk selamanya.Lian Xi, pria setengah baya dengan wajah keras namun mata
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-30
Baca selengkapnya

232. PILIHAN HIDUP PANGERAN ZHEN YI

Sinar matahari jatuh lembut menyapu halaman kuil Shaolin yang asri. Dedaunan menari pelan ditiup angin, menciptakan harmoni alam yang menenangkan jiwa. Du Fei dan Yun Hao berjalan beriringan memasuki gerbang kuil yang megah, menarik perhatian beberapa murid yang sedang berlatih di halaman."Sudah lama aku tidak mengunjungi kuil," ucap Du Fei sambil memandang sekeliling dengan takjub. Arsitektur kuil yang indah dan atmosfer ketenangan membuatnya merasa damai. "Apakah kita akan bersembahyang?"Yun Hao menggeleng pelan, senyum tipis menghiasi wajahnya yang tampan. "Tidak, Du Fei. Aku membawamu ke sini untuk tujuan lain."Du Fei menoleh, alisnya terangkat penuh tanya."Aku memiliki seorang saudara lain ayah," lanjut Yun Hao, suaranya sedikit berubah, ada kerinduan yang tersirat di sana. "Namanya Zhen Yi. Ia memilih jalan berbeda dari kita—ia memutuskan untuk tinggal di kuil Shaolin setelah kepergianku beberapa waktu lalu.""Saudaramu tinggal di kuil ini?" tanya Du Fei, tidak menyembunyika
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-31
Baca selengkapnya

233. TERKUAKNYA SEBUAH RAHASIA

Sinar matahari pagi menerobos masuk melalui celah-celah dedaunan, menciptakan pola bayangan yang indah di tanah lapangan latihan istana. Pangeran Qi Lung mengayunkan pedangnya dengan kecepatan yang mengagumkan. Keringat membasahi dahinya, namun wajahnya tetap fokus dan penuh tekad.Di hadapannya, Cheng Zhuo—guru bela diri istana yang terkenal dengan ketajaman matanya—mengamati setiap gerakan sang pangeran dengan seksama. Meski sudah berusia lanjut, sorot matanya masih tajam dan gesturnya penuh wibawa."Bagus, Pangeran," puji Cheng Zhuo saat Qi Lung menyelesaikan rangkaian gerakan terakhirnya. "Kemampuan pedang Anda meningkat pesat."Qi Lung menurunkan pedangnya dan membungkuk hormat pada gurunya. "Terima kasih atas bimbingan Guru Cheng. Tapi…," ia terdiam sejenak, "aku selalu bertanya-tanya, mengapa seorang putra mahkota sepertiku harus bersusah payah berlatih ilmu pedang? Bukankah kelak aku akan memiliki banyak pengawal yang siap melindungiku?"Cheng Zhuo mengusap jenggot putihnya ya
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-04-01
Baca selengkapnya

234. PERMAINAN TAKDIR

Ombak-ombak berdebur di kaki tebing, mengirimkan buih-buih putih yang terpercik tinggi. Angin laut berhembus kencang, membawa aroma asin yang tajam. Di atas tebing yang curam, Qi Lung berdiri tegak, rambutnya melambai liar ditiup angin. Matanya menatap jauh ke laut lepas, seolah mencari jawaban dari ketidakpastian yang kini mengisi hidupnya.Dari kejauhan, Cheng Zhuo akhirnya menemukannya setelah mencari seharian. Napasnya tersengal, kelelahan dan kelegaan terpancar di wajahnya yang sudah menua."Pangeran Qi Lung!" seru pria itu, melangkah hati-hati mendekati tepi jurang.Qi Lung menoleh perlahan. Tatapannya yang dingin dan penuh amarah membuat kelegaan Cheng Zhuo berubah menjadi kekhawatiran dalam sekejap."Pangeran, mengapa Anda tidak pulang seharian?" tanya Cheng Zhuo, berusaha menjaga nada suaranya tetap tenang. "Putri Qi Yue dan hamba sangat mengkhawatirkan Anda."Qi Lung mendengus pelan, sebuah senyum pahit tergambar di wajahnya yang tampan. "Mengapa kalian khawatir padaku?" tan
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-04-03
Baca selengkapnya

235. PERMAINAN BERBAHAYA

Senja telah berganti malam, bulan sabit menghiasi langit dengan sinar pucatnya. Di paviliun Putri Qi Yue yang sunyi, tiga sosok duduk melingkari meja kayu berukir.Cheng Zhuo menatap Qi Lung dengan tatapan tajam, mengeluarkan sebuah kotak kecil yang indah dari dalam jubahnya. Dengan gerakan lambat, ia membuka kotak itu, menampilkan sebuah botol kecil berisi serbuk putih."Pangeran," ucap Cheng Zhuo setengah berbisik, "ini adalah jalan terbaik untuk mengatasi masalah kita."Qi Lung memperhatikan botol yang kini berada di atas meja dengan bingung, "Apa itu?""Racun langka dari pegunungan barat," jelas Cheng Zhuo. "Tidak berbau, tidak berasa. Jika dicampurkan sedikit demi sedikit pada makanan Ratu Sayana setiap hari, racun ini tidak akan membunuhnya.""Lalu apa efeknya?" tanya Qi Lung, suaranya bergetar halus."Racun ini bekerja perlahan," Cheng Zhuo tersenyum tipis. "Awalnya dia akan merasa sedikit lelah, kemudian lemahlah anggota tubuhnya satu per satu. Pada akhirnya, dia akan lumpuh t
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-04-04
Baca selengkapnya

236. BIDAN YANG MALANG

Malam telah turun ketika Bidan Lian menyelesaikan tugasnya membantu kelahiran seorang ibu muda di kediaman sebuah keluarga di pinggiran kota raja. Bayi laki-laki yang baru saja ia bersihkan dan diberi selimut, menangis kuat—pertanda baik bagi kehidupan si kecil. Suami dari ibu muda memberikan sekantung koin perak sebagai upah, disertai sebungkus kue kacang merah sebagai tanda terima kasih."Terima kasih, Bidan Lian. Tanpamu, aku tak tahu apa yang akan terjadi pada kami," ucap tuan rumah yang baru saja menjadi ayah dengan mata berkaca-kaca.Bidan Lian menepuk lembut pundak pria itu, "Sudah menjadi tugasku, Nak. Dulu aku yang membantu proses kelahiranmu dan sekarang anakmu. Tuhan memberiku umur panjang."Wanita tua itu mengikat kantung koin di pinggangnya dan membungkus kue dalam saputangan. Setelah berpamitan, ia melangkah meninggalkan kota raja menuju desanya yang terletak beberapa kilometer jauhnya.Jalanan mulai sepi. Cahaya rembulan menyinari jalan setapak yang akan dilalui Bidan
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-04-05
Baca selengkapnya

237. BERBURU DENGAN WAKTU

Berita tentang kematian Bidan Lian menyebar cepat bagai api di padang rumput kering. Para penduduk desa yang menemukan jasadnya di tepi hutan segera melaporkan kejadian tersebut kepada tetua desa. Tak lama, berita itu merambat hingga ke kota raja, akhirnya sampai ke telinga Putri Qi Yue.Di paviliunnya yang mewah, Putri Qi Yue duduk dengan gelisah, jari-jarinya tanpa sadar mengetuk-ngetuk meja kayu berukir. Wajahnya yang biasanya tenang kini diselimuti kekhawatiran."Tidak masuk akal," gumamnya. "Bagaimana mungkin ada yang tega membunuh Bidan Lian? Wanita itu telah membantu persalinan hampir seluruh wanita di kota raja dan desa-desa di sekitarnya. Siapa yang memiliki dendam padanya?"Suara langkah tergesa menghampiri paviliunnya. Cheng Zhuo, yang ditugaskan untuk menyelidiki kematian Bidan Lian, memasuki ruangan dengan wajah serius."Bagaimana?" tanya Putri Qi Yue tanpa basa-basi.Cheng Zhuo membungkuk hormat. "Menurut penduduk yang menemukan jasadnya, Bidan Lian meninggal karena luka
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-04-07
Baca selengkapnya

238. KONSPIRASI GELAP

Di lantai dekat dapur, tergeletak tubuh seorang wanita tua. Tidak bergerak."Bibi Wu Mei!" teriak Cheng Zhuo, panik sepenuhnya menguasainya.Dengan satu hentakan kuat, ia mendobrak pintu. Kayu tua itu menyerah dengan mudah, membanting terbuka. Cheng Zhuo bergegas masuk, menghampiri sosok yang tergeletak.Bibi Wu Mei terbaring telentang, matanya terbuka namun kosong. Darah kering menodai pakaian sederhananya, bersumber dari luka tusukan di dada. Cheng Zhuo memeriksa nadinya, meski tahu itu sia-sia. Tubuh wanita tua itu sudah dingin dan kaku.Saat ia berlutut memeriksa jasad Bibi Wu, ekor matanya menangkap gerakan samar di jendela—sebuah bayangan yang bergerak cepat.Tanpa pikir panjang, Cheng Zhuo melompat bangkit dan melesat keluar jendela, mengejar sosok bayangan yang berusaha kabur di antara pepohonan bambu."Berhenti!" teriaknya, berlari sekuat tenaga.Sosok itu bergerak cepat, gesit melewati rumpun-rumpun bambu. Tapi Cheng Zhuo, dengan pengalaman bertahun-tahun sebagai seorang pen
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-04-08
Baca selengkapnya

239. PERTEMUAN DENGAN RATU MEI LING

Jalanan berbatu di perbatasan Negeri Qi dan Negeri Wu terlihat lengang di pagi hari itu. Dua orang penunggang kuda berjalan perlahan, mengenakan pakaian sederhana layaknya pedagang yang hendak menjajakan dagangannya ke negeri tetangga. Qi Lung, yang biasa mengenakan jubah mewah bersulamkan benang emas, kini harus puas dengan jubah linen kasar berwarna coklat. Cheng Zhuo berada di sampingnya, waspada mengamati keadaan sekitar."Kita hampir sampai di pos perbatasan, Pangeran," bisik Cheng Zhuo. "Ingat, kita adalah pedagang obat-obatan dari desa selatan Negeri Qi."Qi Lung mengangguk. Jantungnya berdegup kencang, bukan karena takut tertangkap, tapi karena ia tak pernah membayangkan dirinya akan melakukan hal seperti ini—menyeberang ke negeri musuh dengan misi rahasia yang bisa dianggap pengkhianatan.Mereka berhasil melewati pos perbatasan tanpa kesulitan berarti. Para penjaga terlalu bosan untuk mencurigai dua pedagang biasa. Setelah beberapa jam perjalanan, lanskap di sekitar mereka mu
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-04-09
Baca selengkapnya

240. MENYUSUN STRATEGI PERANG

Aula istana Negeri Wu yang megah diselimuti keheningan setelah pernyataan mengejutkan Qi Lung. Ratu Mei Ling, yang duduk di singgasana dengan ukiran naga, menatap tajam pada pangeran muda di hadapannya."Apa?" tanya Ratu Mei Ling nyaris tak mempercayai pendengarannya. "Kau ingin menggulingkan ayahmu sendiri, Pangeran?"Qi Lung menelan ludah, namun tatapannya tetap teguh. "Yang Mulia Ratu, situasinya lebih rumit dari yang terlihat. Posisiku sebagai putra mahkota terancam oleh kehadiran Du Fei, putra dari wanita yang merupakan cinta sejati ayahku."Ratu Mei Ling tertawa, suara tawanya bergema di aula yang luas. "Jadi, kau datang jauh-jauh ke negeri musuh, membahayakan nyawamu sendiri... hanya karena takut tersaingi?" Tubuhnya condong ke depan. "Kau ingin bantuanku untuk membunuh Yu Ping, ayah kandungmu?""Tidak," Qi Lung menggeleng cepat. "Tidak perlu membunuhnya. Cukup membuatnya... lumpuh."Ratu Mei Ling menaikkan alis, tampak terhibur oleh jawaban itu. Ia bangkit dari singgasananya d
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-04-10
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
202122232425
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status