Semua Bab SSSN 2 : LEGENDA PEDANG NAGA API: Bab 181 - Bab 190

214 Bab

181. KABUT MAUT

"Terima kasih telah menyelamatkan nyawa saya," Yun Hao membungkuk dalam. "Saya Yun Hao, prajurit dari kota Xianfeng.""Chang Kong," pria itu mengangguk. "Orang-orang mengenalku sebagai Pendekar Pedang Halilintar.""Apakah Pendekar Chang juga mencari Pedang Naga Api?" tanya Yun Hao penasaran.Seulas senyum misterius tersungging di bibir Chang Kong. Matanya menatap Yun Hao dengan pandangan yang sulit diartikan. ‘Betapa miripnya pemuda ini dengan ibunya, Putri Qi Yue’ batin Chang Kong. Kalau saja tidak diingatkan oleh sang putri untuk menjaga rahasia, ia pasti sudah memberitahukan dirinya diutus untuk melindungi Yun Hao selama berada di luar istana."Kita harus segera menemukan rombonganmu," Chang Kong mengalihkan pembicaraan. "Hutan ini menyimpan bahaya yang lebih mengerikan dari yang kau kira. Sebaiknya tetap bersama kelompokmu!"Dalam hati ia bersyukur telah mengikuti jejak Yun Hao sejak awal perjalanan. Meski harus tetap menyembunyikan identitas aslinya sesuai pesan Putri Qi Yue, se
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-26
Baca selengkapnya

182. SILUMAN RUBAH HITAM

Yun Hao terbangun mendadak, entah berapa lama ia tertidur. Matanya mengerjap membiasakan diri dengan cahaya api unggun tak jauh darinya."Yun Hao, putraku! Di mana kau, Nak?" Sayup-sayup terdengar suara lembut memanggil namanya. Jantung Yun Hao seakan berhenti berdetak. Suara itu, suara yang selalu ia rindukan bahkan saat masih sangat kecil. Yun Hao menoleh ke arah Chang Kong yang bersandar pada dinding pohon. Dengkuran halus terdengar dari pendekar itu, kepalanya terkulai ke samping.Karena tak ingin membangunkan Paman Penolong, Yun Hao berjingkat mendekati mulut gua dan mengintip keluar. Kabut mulai menipis, menampakkan bayangan pepohonan yang rapat. Di kejauhan, ia melihat sosok wanita bergaun sutra merah dengan hiasan rambut giok hijau - busana khas yang selalu dikenakan ibunya di istana."Ibu?" Yun Hao mengucek matanya, tak percaya pada penglihatannya sendiri. Sosok itu melambaikan tangan ke arahnya dengan gerakan anggun, "Ibu merindukanmu, Yun Hao ... kemarilah, Nak!"Tenggo
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-28
Baca selengkapnya

183. BULU RUBAH BERACUN

"Anak tidak tahu diri! Padahal aku sudah berbaik hati memberimu mimpi indah sebelum mati!" desis Hu Mei murka.Siluman itu berputar di udara. Keenam ekornya yang tersisa membentuk lingkaran, menciptakan pusaran energi hitam yang menarik segala sesuatu ke dalamnya seperti lubang hitam raksasa."Yun Hao, berpegangan!" Chang Kong menancapkan pedangnya ke tanah. Yun Hao mengikuti, namun kekuatan hisapan itu terlalu kuat. Beberapa pepohonan di sekitar mereka mulai tercabut dari akarnya dan terseret beberapa meter.Sosok Siluman Rubah Hitam raksasa itu melayang di atas rerumputan, ekor-ekornya yang tersisa bergerak mengancam. Darah hitam masih mengucur dari ekor yang terputus, menciptakan kabut beracun yang membuat pepohonan di sekitarnya mengering.Ketika pusaran energi semakin kuat, Yun Hao tak mampu bertahan. Pegangan tangan pada gagang pedang terlepas dan ia terseret arus. Chang Kong dengan cepat menangkap tangan Yun Hao, berusaha menyelamatkannya dari pusaran energi Siluman Rubah Hita
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-31
Baca selengkapnya

184. MENYELAMATKAN CHANG KONG

"Siapa kau, Bocah?" Hu Mei menggeram, “Apakah kau sudah bosan hidup, hah?!”“Aku si Topeng Hantu, Pemburu Siluman yang akan segera menghabisimu, Siluman Rubah Hitam keji!” Du Fei menodongkan pedang dengan mata berapi-api.“Kau yang akan menyesal telah berurusan denganku, Bocah sombong!” Hu Mei menggerakkan tangannya, membuat simbol-simbol mantra hitam, kembali membentuk pusaran energi hitam raksasa yang menarik segala sesuatu ke dalamnya. Pohon-pohon tercabut, bebatuan remuk menjadi debu.Du Fei menancapkan pedangnya ke tanah, menciptakan pilar cahaya keemasan yang melindungi mereka dari hisapan energi hitam. Keringat mengalir di pelipisnya, merasakan kekuatan Hu Mei yang di luar dugaan."Kau memang kuat," Hu Mei menyeringai. "Tapi berapa lama bisa bertahan? Sementara racunku perlahan membunuh temanmu?""Tidak perlu lama," Du Fei mencabut pedangnya. Cahaya emas semakin terang memancar. "Karena kau akan mati saat ini juga!"Dua kekuatan besar beradu di udara. Energi hitam Hu Mei berte
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-01
Baca selengkapnya

185. SILUMAN KALAJENGKING ULAR

Menjelang tengah malam, angin dingin pegunungan berhembus masuk ke dalam gua. Du Fei menambahkan beberapa potong kayu ke dalam api unggun agar mereka tetap hangat. Yun Hao masih setia duduk bersila di samping Chang Kong. Tangannya yang lelah terus mengompres dahi sang pendekar dengan kain basah. Sesekali ia mengecek denyut nadi di pergelangan tangan Chang Kong, memastikan detak jantungnya tetap stabil."Du Fei," suaranya parau saat menoleh ke arah rekannya, "kau belum menjawab pertanyaanku ... apakah Paman Chang bisa selamat?"Du Fei memindahkan pandangannya dari api unggun, menatap wajah Yun Hao yang diliputi kecemasan. "Saat ini adalah masa kritis temanmu. Jika tubuhnya cukup kuat melawan sisa racun Hu Mei, dia akan pulih sepenuhnya saat fajar.""Aku tak mengerti," Yun Hao menggeleng sedih, "dia rela bertaruh nyawa demi menyelamatkanku. Padahal kami baru bertemu di kaki gunung ini, tetapi pengorbanannya seperti kami memiliki suatu ikatan yang tak terlihat."Kata-katanya terputus. D
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-02
Baca selengkapnya

186. PADANG ILUSI SERIBU WAJAH

Yun Hao melangkah keluar dari gua pohon, matanya menyipit saat menyesuaikan dengan cahaya pagi. Ia melihat Du Fei berdiri beberapa langkah dari sana, mengawasi sekeliling dengan waspada."Du Fei?" Yun Hao mendekat. "Sedang apa kau di sini?""Ada yang tidak beres," Du Fei berbisik tanpa menoleh, matanya awas mengamati sekitar. "Kau merasakannya? Udara di sini terlalu dingin untuk pagi hari.""Apa maksudmu?""Siluman lain," Du Fei menggenggam erat gagang pedang. "Jauh lebih kuat dari Hu Mei. Baunya tercium meski dari kejauhan."Angin dingin berhembus, membuat dedaunan berdesir tidak wajar. Yun Hao merasakan bulu kuduknya meremang."Kita harus segera pergi dari sini," Du Fei berbalik menghadap Yun Hao. "Tidak mungkin kita meninggalkan Paman Chang," Yun Hao menggeleng tegas. "Dia masih terlalu lemah untuk berjalan jauh apalagi mendaki gunung.""Tapi bahaya akan semakin dekat, sementara aku harus mencari Pedang Naga Api.""Kalau begitu pergilah duluan!” Yun Hao menatap Du Fei. "Lanjutkan
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-03
Baca selengkapnya

187. UMPAN

Di dalam Padang Ilusi Seribu Wajah, udara terasa mencekik. Cermin-cermin raksasa berputar mengelilingi Du Fei, memantulkan bayangan-bayangan mengerikan - sosok-sosok gelap dengan tangan cakar, wajah-wajah rusak yang menjerit, dan pemandangan mimpi buruk yang mampu menghancurkan kewarasan."Bagaimana rasanya, Pembunuh Hu Mei?" suara tawa melengking Xie She Tai Tai menggema dari segala arah. "Setiap cermin menampilkan ketakutan terdalam manusia. Semakin kau melawan, semakin dalam kau tenggelam dalam kegilaan!"Du Fei berputar menghindari serangan bayangan-bayangan mengerikan dari cermin. Pedangnya bergulung-gulung membentuk kilatan cahaya setiap kali bergerak."Kau tak akan bisa keluar dari sini!" suara Xie She Tai Tai menggema. "Nikmati kematianmu sementara aku mengurus dua temanmu!""Jangan sentuh mereka atau kau akan menyesal!" Du Fei berusaha mengejar, namun sosok siluman itu lenyap bagai asap. Cermin-cermin di sekelilingnya mulai berputar lebih cepat, membuat kepalanya berdenyut-de
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-05
Baca selengkapnya

188. ILUSI ULAR

Yun Hao melangkah hati-hati melewati tirai segel pelindung. Kertas-kertas mantra berpendar semakin terang, seolah memperingatkan bahaya yang menanti. Ia menggenggam erat pedang, mengambil kuda-kuda bersiap menghadapi puluhan ular berbisa yang mendesis dengan kepala terangkat tinggi."Bertahanlah, Jenderal!" seru Yun Hao seraya melesat ke depan. Dua ekor ular hitam sebesar lengan menyerang bersamaan, mulut mereka menganga menunjukkan taring-taring yang siap merobek kulit dan daging mangsanya.CRASH! CRASH!Pedang Yun Hao bergerak secepat kilat, membelah kedua ular tersebut menjadi beberapa potongan. Darah hitam menyembur dari potongan-potongan tubuh ular yang jatuh ke tanah. Di luar dugaan dari semburan darah, muncul ular-ular lain yang lebih besar. Sisik mereka berwarna kehijauan dengan mata kuning menyorot liar."Ini tidak mungkin!" Yun Hao terkesiap, berguling ke samping saat tiga ekor ular meluncur ke arah kakinya. Ia bangkit berdiri dengan cepat lalu melompat dan bertumpu pada se
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-08
Baca selengkapnya

189. MENCARI YUN HAO

"Siluman itu terbang ke arah sana!" A Lung menunjuk ke arah sisi gunung dengan tangan gemetar. "Dia membawa Yun Hao yang tak sadarkan diri … pemuda itu terluka parah."Rahang Du Fei menegang, matanya yang tajam menatap ke arah puncak gunung yang diselimuti awan gelap. Xie She Tai Tai telah menggunakan Yun Hao sebagai umpan untuk memancingnya."Aku harus mengejarnya," Du Fei bangkit berdiri namun urung melangkah saat menyadari sesuatu, "Tapi kalian butuh pertolongan segera.""Pergilah …," Jenderal Lo tersenyum lemah. "Selamatkan dia ... kami ... akan bertahan ...."Du Fei kembali berlutut di samping Jenderal Lo yang terbaring tak berdaya di pangkuan A Lung. Darah masih mengucur dari luka di bahu, warna kulitnya semakin pucat karena kehilangan banyak darah."Bertahanlah, Jenderal!" Du Fei mengeluarkan sebuah kantong kecil dari balik jubahnya. "Lukamu cukup dalam."Dengan cekatan ia menyibak baju bagian atas Jenderal Lo, memeriksa luka tusukan yang menganga. Cairan kehitaman terlihat di
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-09
Baca selengkapnya

190. MUSUH YANG JELITA

Mengetahui berada di bawah angin, Cheng Hao, ketua sekte Matahari Sakti mengeluarkan trik liciknya."Rasakan ini!" Dengan gerakan secepat kilat Cheng Hao melemparkan kantong hitam ke udara di atas kedua musuhnya. Kantong itu meledak dengan suara mendesis, menyemburkan asap ungu pekat yang berbau tajam menyengat.Gadis bercadar yang mendongak ke atas segera melompat mundur seraya melindungi wajahnya, namun terlambat. Sebagian asap telah masuk ke matanya. “Akh!" ia mengerang tertahan saat merasakan pedih yang luar biasa di kedua bola matanya. Air mata mengalir tanpa mampu dibendung membasahi cadarnya. Racun itu terasa seperti ribuan jarum yang menusuk mata."Ya Ci!" Pria setengah baya di samping gadis itu berseru cemas, hingga tak sadar menelan asap beracun yang mengungkungnya.“Hoekk!” Pria itu berusaha memuntahkan racun asap ungu namun sia-sia. Ia menjauh dari kepungan asap dan berusaha mengatur pernafasan.Namun delapan orang pendekar sekte Matahari Sakti tak membiarkannya memulih
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-10
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
171819202122
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status