Home / Pendekar / SSSN 2 : LEGENDA PEDANG NAGA API / Chapter 161 - Chapter 170

All Chapters of SSSN 2 : LEGENDA PEDANG NAGA API: Chapter 161 - Chapter 170

177 Chapters

161. MENGUNGKAP KEBENARAN 2

"Kalian berdua," Jenderal Lo menunjuk dua prajurit berbadan kekar, "tetap di sini. Jaga Nona Ming Mei sampai kita menangkap dalang di balik semua ini."Kedua prajurit itu serentak menegakkan bahu, "Siap, Jenderal!" Ming Mei menghembuskan napas lega, meski begitu wajahnya masih pucat membayangkan ia hampir saja tewas di tangan seorang pelayan suruhan keluarga YangJenderal Lo berpaling pada kerumunan penonton. Matanya menyorot tajam saat ia mengeraskan suaranya, "Dan untuk kalian semua, ingat baik-baik! Apa yang terjadi malam ini tidak diperkenankan menyebar keluar. Siapapun yang berani menyebarkan isu tak berdasar akan berhadapan langsung denganku, mengerti?!"Kami mengerti!” Jawab mereka semua serempak.Kerumunan itu dengan cepat membubarkan diri. Dalam hitungan menit, Wisma Harum yang tadinya riuh kini lengang. Hanya tersisa Jenderal Lo, Yun Hao, Ming Mei dan beberapa prajurit yang masih berdiri tegap menunggu perintah.Yun Hao mendekati Ming Mei, “Nona Ming Mei, ada kabar baik unt
last updateLast Updated : 2025-01-03
Read more

162. KEMATIAN PUTRA SULUNG

Di aula kediaman Hakim Yang, Nyonya Yang bersimpuh memeluk tubuh putranya yang terbujur kaku di lantai. Jubah sutra Yang Jin yang berwarna gelap terhampar di sekitar tubuhnya yang tak bergerak.Dengan langkah tergesa, Jenderal Lo mendekat, segera berlutut di samping tubuh Yang Jin. Jari tangannya segera memeriksa nadi di pergelangan tangan dan mendekatkan jari ke dekat hidung putra sulung Hakim Yang, mencari tanda-tanda kehidupan yang mungkin masih ada."Apa yang telah terjadi?" Jenderal Lo menatap Nyonya Yang sekilas, lalu memeriksa area tubuh Yang Jin untuk menemukan penyebab kematiannya.Yun Hao berdiri tak jauh di belakang Jenderal, matanya awas mengamati setiap detail, dari bekas kemerahan di leher Yang Jin hingga posisi tubuhnya yang tidak wajar."A-aku menemukannya ter-tergantung," Nyonya Yang menjawab terbata-bata di antara isak tangis. Jemarinya mencengkeram jubah putranya erat-erat. "Di kamarnya ... dengan seutas tali yang digantungkan pada balok kayu." "Yang Jin ... mengap
last updateLast Updated : 2025-01-04
Read more

163. BUNUH DIRI ATAU DIBUNUH

"Pembunuh!" Yang Ming merangsek maju, kepalan tangannya menyambar ke arah wajah Yun Hao. Kemarahan membuat gerakannya kasar dan tak terkendali.Yun Hao menghindar ke samping dengan gerakan seringan kapas. Pukulan Yang Ming hanya menyapu udara kosong, membuat tubuhnya oleng ke depan. Wajahnya semakin merah padam, nafas memburu seperti banteng terluka."Kau!" Yang Ming menggeram, kembali melancarkan rentetan pukulan tak beraturan. Tiap serangannya membawa dendam dan kesedihan atas kematian kakak dan pelayannya yang setia.Namun Yun Hao bergerak bagai air mengalir, menghindari setiap pukulan tanpa mengeluarkan tenaga berlebihan. Hal ini dikarenakan kemampuan ilmu bela dirinya jauh di atas putra Hakim Yang.Saat Yang Ming melancarkan tendangan liar, Yun Hao melihat kesempatan menyelesaikan pertarungan yang segera membuatnya bosan.Yun Hao menyelinap ke samping Yang Ming. Tangannya menangkap pergelangan tangan pemuda itu, memutarnya ke belakang dengan satu sentakan cepat."Argh!" Yang Ming
last updateLast Updated : 2025-01-05
Read more

164. SIAPA PEMBUNUH YANG JIN

"Siapa yang tega membunuh Yang Jin?" Nyonya Yang berbisik lirih, jari jemarinya meremas saputangan sutranya. "Dia tak pernah memiliki musuh.""Mungkin bukan karena Yang Jin memiliki musuh," Yun Hao melangkah ke tengah ruangan, "tapi karena ia mengetahui sesuatu." Ia berpaling ke arah Yang Ming. "Apa yang kau cari di kamar kakakmu? Mengapa kabur saat aku datang?"Keringat dingin mengalir di pelipis Yang Ming. Tangannya mengusap tengkuk dengan gelisah. "Aku ... aku sedang mencari pakaianku yang dipinjam Kakak Jin.""Untuk apa mengenakan pakaian serba hitam dan kabur ketakutan bila hanya mencari pakaianmu sendiri?""Apakah kau sedang menuduhku sebagai pembunuh?" Yang Ming melangkah maju, suaranya meninggi berusaha menutupi kegugupan di dalamnya."Aku hanya bertanya," Yun Hao tetap bersikap tenang, "Kau tinggal menjawabnya saja ... apa yang kau lakukan di dalam kamarnya?"Yang Ming membuang muka, "Aku tidak mau menjawab karena kau pasti sedang berusaha mencari celah untuk menyalahkanku!"
last updateLast Updated : 2025-01-06
Read more

165. BUKTI KEJAHATAN

Yun Hao berlutut di samping jenazah Yang Jin, jemarinya menyusuri bekas luka di leher korban. "Lihat bekas cakaran ini," ia menunjuk ke bekas luka tipis yang melintang. "Orang yang mencekik Yang Jin memiliki kuku panjang. Sedangkan Yang Ming …," ia melirik tangan pemuda itu, "kukunya pendek seperti laki-laki pada umumnya."Ia beralih ke belakang kepala Yang Jin, menyibak rambutnya dengan hati-hati. "Luka di sini bukan dari hantaman kursi. Bentuknya memanjang dan mulus, seperti dipukul dengan benda panjang berujung tumpul." Yun Hao berdiri, matanya tertuju pada tongkat di tangan Nyonya Yang. "Boleh saya melihat tongkat Anda?"Wajah Nyonya Yang memerah seketika. "Apa kau sudah gila menuduhku membunuh anak sendiri?" bentaknya dengan suara bergetar."Berikan tongkat Anda, Nyonya Yang! Tidak perlu takut bila memang bukan alat itu yang digunakan untuk membunuhnya!" Yun Hao menatapnya tajam.Dengan enggan, Nyonya Yang menyerahkan tongkatnya. Yun Hao memeriksanya dengan teliti, namun tak me
last updateLast Updated : 2025-01-07
Read more

166. PENGAKUAN

“Pernahkah kau bertanya pada ibumu mengapa kau dibiarkan buta huruf?” Pertanyaan Yun Hao menghujam tepat ke jantung Yang Ming.Pertanyaan itu adalah pertanyaan sama yang pernah ia lontarkan pada ibunya ketika masih kecil. Ia ingin seperti Yang Jin yang bisa membaca dan menulis sedangkan dirinya dituntut belajar ilmu bela diri.“Yang Ming, kau memiliki tulang dan otot yang sempurna,” jawab Nyonya Yang, “kau ditakdirkan menjadi pendekar hebat. Membaca dan menulis hanya akan mengganggu fokusmu dalam berlatih. Apakah kau tak ingin menjadi pelindung Ibu saat dewasa nanti?”“Tentu saja aku ingin menjadi pelindung Ibu, aku sayang Ibu!” sahut Yang Ming kecil penuh semangat.Nyonya Yang mengusap puncak kepala putra bungsunya sambil tersenyum, “Anak pintar, sekarang berlatihlah dengan rajin. Ibu hanya bisa mengandalkanmu saja.”Sejak itu, ia tak pernah bertanya lagi pada ibunya. Apapun permintaan sang Ibu adalah titah yang harus dijalankan.“Karena Ibu tahu yang terbaik untukku,” Yang Ming menj
last updateLast Updated : 2025-01-08
Read more

167. KERIKIL DI DALAM SEPATU

Keesokan harinya, pagi-pagi benar sebelum matahari benar-benar terbit di ufuk timur, serombongan kecil prajurit terlihat keluar dari kediaman Hakim Yang. Rombongan itu terdiri dari kepala prajurit dan beberapa prajuritnya yang bersenjata lengkap, ada juga Nyonya Janda Yang dan putra bungsunya.Nyonya Yang dan Yang Ming, kini dalam balutan pakaian tahanan kasar, berjalan tertatih dengan tangan terikat ke belakang dan kaki dirantai. Dua prajurit mengapit masing-masing dari mereka, senjata tombak teracung siaga untuk menjaga segala kemungkinan.Yang Ming menoleh ke arah Nyonya Yang yang berjalan tak jauh darinya. Meski sudah mengetahui kenyataan siapa wanita itu sebenarnya, tak urung ia merasa iba menyaksikan wajah kusut dan muram perempuan yang telah membesarkannya. "Ibu," Yang Ming setengah berbisik, suaranya nyaris tenggelam di antara derap langkah kaki prajurit di kanan kiri mereka. "Sebelum kita dibawa ke pengadilan dan divonis hukuman mati, kabulkanlah satu permintaan terakhirku."
last updateLast Updated : 2025-01-09
Read more

168. SILUMAN PENUNGGU HUTAN

"Tidak mungkin," Yun Hao menggeleng kuat-kuat. Matanya menatap Nyonya Hong lekat-lekat, berusaha mencari tanda-tanda kebohongan, "Ming Mei tidak mungkin pergi begitu saja, apalagi dengan laki-laki lain."Nyonya Hong mencibir, "Kau pikir gadis-gadis di sini punya pilihan? Seorang pejabat datang semalam, tertarik padanya dan langsung menawarnya dengan seribu tail emas." Dengan enteng, wanita yang mengenakan riasan berlebihan itu mengangkat bahu. "Siapa yang bisa menolak?"“Anda bohong!” teriak Yun Hao marah, “aku tahu Ming Mei masih ada di wisma ini. Biarkan saya menemuinya sebentar saja," "Sudah terlambat, anak muda!" Nyonya Hong menggeleng, "Mereka sudah berangkat sejak dini hari tadi." "Lupakan saja Ming Mei!” Wanita itu mengibaskan tangannya, “carilah gadis baik-baik yang bisa kau nikahi dengan terhormat."Selesai berkata-kata, jendela kamar ditutup rapat, meninggalkan Yun Hao sendirian dengan kenyataan pahit bahwa cinta pertamanya telah menghilang, terjual ke tangan orang lain s
last updateLast Updated : 2025-01-10
Read more

169. BERHARAP MATI TERHORMAT

"LARI!" Prajurit jangkung mengomando lalu melesat kabur mendahului, diikuti yang lain. Mereka menarik Nyonya Yang dan Yang Ming dengan tali kekang yang dililitkan ke tubuh keduanya."Ugh!" Yang Ming tersandung akar pohon besar, membuatnya jatuh menggelosor dan kakinya terkilir. Ia berusaha bangkit tapi jatuh lagi, mengerang kesakitan."Cepat bangun!" Si Prajurit menarik talinya dengan kasar."Tinggalkan saja dia!" teriak yang lain. "Lagipula dia akan mati juga setelah diadili di pengadilan kota!"Prajurit itu pun melepaskan tali kekang, lalu segera bergabung dengan rombongan yang berlari tunggang langgang. Nyonya Yang yang terseret arus pelarian sempat menoleh ke belakang. Setetes air mata mengalir di pipi saat melihat anak tirinya tertinggal dalam kondisi tak berdaya.Yang Ming menyeret tubuhnya mundur, tangannya yang terikat ke belakang menggesek tanah dan dedaunan kering. Setiap gerakan mengirimkan gelombang rasa sakit dari pergelangan kakinya yang membengkak seperti ruas bambu mud
last updateLast Updated : 2025-01-11
Read more

170. KESEMPATAN KEDUA

Pemuda itu menoleh, senyum misterius tersungging di bibirnya yang tipis. Matanya yang tajam namun hangat mengingatkan Yang Ming pada seseorang. "Kau boleh panggil aku Du Fei," ia menimang botol arak di tangannya. "Aku bukan hantu. Dan kau juga bukan.""Tapi Hantu Penunggu Hutan seharusnya sudah memangsaku," gumam Yang Ming masih tak percaya dengan keselamatannya.Du Fei terkekeh geli, "Anggap saja kau diberi kesempatan kedua oleh Dewa Langit."Ia mengangkat botol arak itu sekilas, cahaya biru di dalamnya berpendar lemah. "Dia menyuruhku menyelamatkanmu dan membelenggu hantu jahat ini ke dalam botol arak kemudian menyegelnya agar tak bisa melakukan kekejian lagi."Yang Ming menatap penolongnya dengan takjub - sosoknya seperti dewa yang turun dari nirwana, namun ada sesuatu yang tak asing dalam senyumnya, sesuatu yang mengingatkannya pada Yun Hao.Yang Ming menatap penolongnya dengan takjub. Di bawah cahaya fajar yang mulai merayap masuk ke dalam hutan, sosok Du Fei tampak seperti dewa
last updateLast Updated : 2025-01-12
Read more
PREV
1
...
131415161718
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status