Share

165. BUKTI KEJAHATAN

Author: Evita Maria
last update Last Updated: 2025-01-07 10:27:12

Yun Hao berlutut di samping jenazah Yang Jin, jemarinya menyusuri bekas luka di leher korban. "Lihat bekas cakaran ini," ia menunjuk ke bekas luka tipis yang melintang.

"Orang yang mencekik Yang Jin memiliki kuku panjang. Sedangkan Yang Ming …," ia melirik tangan pemuda itu, "kukunya pendek seperti laki-laki pada umumnya."

Ia beralih ke belakang kepala Yang Jin, menyibak rambutnya dengan hati-hati. "Luka di sini bukan dari hantaman kursi. Bentuknya memanjang dan mulus, seperti dipukul dengan benda panjang berujung tumpul."

Yun Hao berdiri, matanya tertuju pada tongkat di tangan Nyonya Yang. "Boleh saya melihat tongkat Anda?"

Wajah Nyonya Yang memerah seketika. "Apa kau sudah gila menuduhku membunuh anak sendiri?" bentaknya dengan suara bergetar.

"Berikan tongkat Anda, Nyonya Yang! Tidak perlu takut bila memang bukan alat itu yang digunakan untuk membunuhnya!" Yun Hao menatapnya tajam.

Dengan enggan, Nyonya Yang menyerahkan tongkatnya. Yun Hao memeriksanya dengan teliti, namun tak me
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • SSSN 2 : LEGENDA PEDANG NAGA API   166. PENGAKUAN

    “Pernahkah kau bertanya pada ibumu mengapa kau dibiarkan buta huruf?” Pertanyaan Yun Hao menghujam tepat ke jantung Yang Ming.Pertanyaan itu adalah pertanyaan sama yang pernah ia lontarkan pada ibunya ketika masih kecil. Ia ingin seperti Yang Jin yang bisa membaca dan menulis sedangkan dirinya dituntut belajar ilmu bela diri.“Yang Ming, kau memiliki tulang dan otot yang sempurna,” jawab Nyonya Yang, “kau ditakdirkan menjadi pendekar hebat. Membaca dan menulis hanya akan mengganggu fokusmu dalam berlatih. Apakah kau tak ingin menjadi pelindung Ibu saat dewasa nanti?”“Tentu saja aku ingin menjadi pelindung Ibu, aku sayang Ibu!” sahut Yang Ming kecil penuh semangat.Nyonya Yang mengusap puncak kepala putra bungsunya sambil tersenyum, “Anak pintar, sekarang berlatihlah dengan rajin. Ibu hanya bisa mengandalkanmu saja.”Sejak itu, ia tak pernah bertanya lagi pada ibunya. Apapun permintaan sang Ibu adalah titah yang harus dijalankan.“Karena Ibu tahu yang terbaik untukku,” Yang Ming menj

    Last Updated : 2025-01-08
  • SSSN 2 : LEGENDA PEDANG NAGA API   167. KERIKIL DI DALAM SEPATU

    Keesokan harinya, pagi-pagi benar sebelum matahari benar-benar terbit di ufuk timur, serombongan kecil prajurit terlihat keluar dari kediaman Hakim Yang. Rombongan itu terdiri dari kepala prajurit dan beberapa prajuritnya yang bersenjata lengkap, ada juga Nyonya Janda Yang dan putra bungsunya.Nyonya Yang dan Yang Ming, kini dalam balutan pakaian tahanan kasar, berjalan tertatih dengan tangan terikat ke belakang dan kaki dirantai. Dua prajurit mengapit masing-masing dari mereka, senjata tombak teracung siaga untuk menjaga segala kemungkinan.Yang Ming menoleh ke arah Nyonya Yang yang berjalan tak jauh darinya. Meski sudah mengetahui kenyataan siapa wanita itu sebenarnya, tak urung ia merasa iba menyaksikan wajah kusut dan muram perempuan yang telah membesarkannya. "Ibu," Yang Ming setengah berbisik, suaranya nyaris tenggelam di antara derap langkah kaki prajurit di kanan kiri mereka. "Sebelum kita dibawa ke pengadilan dan divonis hukuman mati, kabulkanlah satu permintaan terakhirku."

    Last Updated : 2025-01-09
  • SSSN 2 : LEGENDA PEDANG NAGA API   168. SILUMAN PENUNGGU HUTAN

    "Tidak mungkin," Yun Hao menggeleng kuat-kuat. Matanya menatap Nyonya Hong lekat-lekat, berusaha mencari tanda-tanda kebohongan, "Ming Mei tidak mungkin pergi begitu saja, apalagi dengan laki-laki lain."Nyonya Hong mencibir, "Kau pikir gadis-gadis di sini punya pilihan? Seorang pejabat datang semalam, tertarik padanya dan langsung menawarnya dengan seribu tail emas." Dengan enteng, wanita yang mengenakan riasan berlebihan itu mengangkat bahu. "Siapa yang bisa menolak?"“Anda bohong!” teriak Yun Hao marah, “aku tahu Ming Mei masih ada di wisma ini. Biarkan saya menemuinya sebentar saja," "Sudah terlambat, anak muda!" Nyonya Hong menggeleng, "Mereka sudah berangkat sejak dini hari tadi." "Lupakan saja Ming Mei!” Wanita itu mengibaskan tangannya, “carilah gadis baik-baik yang bisa kau nikahi dengan terhormat."Selesai berkata-kata, jendela kamar ditutup rapat, meninggalkan Yun Hao sendirian dengan kenyataan pahit bahwa cinta pertamanya telah menghilang, terjual ke tangan orang lain s

    Last Updated : 2025-01-10
  • SSSN 2 : LEGENDA PEDANG NAGA API   169. BERHARAP MATI TERHORMAT

    "LARI!" Prajurit jangkung mengomando lalu melesat kabur mendahului, diikuti yang lain. Mereka menarik Nyonya Yang dan Yang Ming dengan tali kekang yang dililitkan ke tubuh keduanya."Ugh!" Yang Ming tersandung akar pohon besar, membuatnya jatuh menggelosor dan kakinya terkilir. Ia berusaha bangkit tapi jatuh lagi, mengerang kesakitan."Cepat bangun!" Si Prajurit menarik talinya dengan kasar."Tinggalkan saja dia!" teriak yang lain. "Lagipula dia akan mati juga setelah diadili di pengadilan kota!"Prajurit itu pun melepaskan tali kekang, lalu segera bergabung dengan rombongan yang berlari tunggang langgang. Nyonya Yang yang terseret arus pelarian sempat menoleh ke belakang. Setetes air mata mengalir di pipi saat melihat anak tirinya tertinggal dalam kondisi tak berdaya.Yang Ming menyeret tubuhnya mundur, tangannya yang terikat ke belakang menggesek tanah dan dedaunan kering. Setiap gerakan mengirimkan gelombang rasa sakit dari pergelangan kakinya yang membengkak seperti ruas bambu mud

    Last Updated : 2025-01-11
  • SSSN 2 : LEGENDA PEDANG NAGA API   170. KESEMPATAN KEDUA

    Pemuda itu menoleh, senyum misterius tersungging di bibirnya yang tipis. Matanya yang tajam namun hangat mengingatkan Yang Ming pada seseorang. "Kau boleh panggil aku Du Fei," ia menimang botol arak di tangannya. "Aku bukan hantu. Dan kau juga bukan.""Tapi Hantu Penunggu Hutan seharusnya sudah memangsaku," gumam Yang Ming masih tak percaya dengan keselamatannya.Du Fei terkekeh geli, "Anggap saja kau diberi kesempatan kedua oleh Dewa Langit."Ia mengangkat botol arak itu sekilas, cahaya biru di dalamnya berpendar lemah. "Dia menyuruhku menyelamatkanmu dan membelenggu hantu jahat ini ke dalam botol arak kemudian menyegelnya agar tak bisa melakukan kekejian lagi."Yang Ming menatap penolongnya dengan takjub - sosoknya seperti dewa yang turun dari nirwana, namun ada sesuatu yang tak asing dalam senyumnya, sesuatu yang mengingatkannya pada Yun Hao.Yang Ming menatap penolongnya dengan takjub. Di bawah cahaya fajar yang mulai merayap masuk ke dalam hutan, sosok Du Fei tampak seperti dewa

    Last Updated : 2025-01-12
  • SSSN 2 : LEGENDA PEDANG NAGA API   171. PELAYAN PEMIMPI

    Musim ujian negara sudah dekat, membuat Kotaraja seperti sarang lebah yang berdengung. Para pelajar dari berbagai penjuru daerah berduyun-duyun memenuhi jalan-jalan. Jubah sutra mereka panjang nyaris menyentuh lantai, masing-masing memanggul keranjang rotan berisi gulungan-gulungan karya sastra. Mata mereka berbinar penuh pengharapan akan kesempatan menjadi pejabat pemerintahan.Rumah Makan Berkah berdiri kokoh di persimpangan jalan utama Kotaraja. Asap mengepul dari cerobong dapurnya, membawa aroma masakan yang membuat perut berkeruyuk. Lantai kayunya yang mengkilap hasil dipoles setiap pagi memantulkan cahaya matahari yang masuk melalui jendela-jendela besar.Siang itu empat pemuda pelajar berasal dari keluarga terhormat, memasuki rumah makan tersebut. Jubah mereka terbuat dari sutra terbaik, rambut tertata rapi dengan hiasan jade mahal. Pemuda yang berjalan paling depan membawa kipas gading berukir, sementara yang lain menenteng gulungan-gulungan dengan gagang emas."Ah, selamat da

    Last Updated : 2025-01-14
  • SSSN 2 : LEGENDA PEDANG NAGA API   172. PUTRA PEJABAT YANG SOMBONG

    Malam merangkak naik di langit Kotaraja. Lin Mo melangkah keluar dari Rumah Makan Berkah tempatnya bekerja, bahunya merosot kelelahan setelah seharian mondar-mandir naik turun tangga melayani pelanggan.Ia menghitung penghasilannya hari ini, hanya beberapa keping tembaga yang bahkan tak cukup untuk membayar sepersepuluh biaya pendaftaran ujian. Pasar malam mulai menggeliat bangun. Ratusan lampion merah bergoyang ditiup angin malam. Aroma makanan dan wangi dupa dari kuil bercampur dengan tawa dan celoteh para pengunjung, dipadu juga dengan suara alunan alat musik tradisional Erhu dari pertunjukan jalanan.Lin Mo sama sekali tak tertarik melihat keindahan pasar malam, ia melewati keramaian dengan kepala tertunduk"Hei, bukankah ini si Pelayan Pemimpi?" Lin Mo tertegun ketika mendengar suara mengejek seperti ditujukan kepadanya.Pria itu membeku seketika. Di bawah cahaya lampion, empat sosok pemuda berpakaian halus menghadang jalannya. Ia ingat mereka adalah para pelajar yang menghinan

    Last Updated : 2025-01-15
  • SSSN 2 : LEGENDA PEDANG NAGA API   173. MALAIKAT PENCABUT NYAWA

    "Minggir dari jalanku!" Yung membentak parau, langkahnya sempoyongan. Aroma arak yang menguar dari nafasnya bercampur dengan udara lembab gang yang pengap. "Kau tidak tahu sedang menghalangi siapa, hah?"Sosok berjubah hitam itu tak bergeming. Angin malam yang dingin memainkan helaian rambut hitam di sisi wajahnya. Suaranya dalam dan mengancam, bagai bisikan dari kedalaman sumur tua."Aku adalah Malaikat Pencabut Nyawa, utusan dari Neraka. Malam ini, aku datang untuk menjemputmu."Yung terkejut sesaat lalu tertawa terbahak-bahak seolah mendengar lelucon paling konyol. Suara tawanya menggema di antara tembok-tembok tinggi gang yang sempit."Ha-ha-ha! Malaikat Pencabut nyawa?" Yung bergerak mendekat dengan langkah tak seimbang, “kau pikir aku anak kecil yang mudah ditakut-takuti, hah?”Matanya yang merah karena mabuk menyipit, mencoba memfokuskan pandangan. "Tunggu ... bukankah kau si pelayan pemimpi dari rumah makan Berkah?"Yung mengacungkan jari telunjuknya tepat ke hidung Lin Mo. Su

    Last Updated : 2025-01-16

Latest chapter

  • SSSN 2 : LEGENDA PEDANG NAGA API   249. PENGADILAN UNTUK ZHEN YI

    Qi Lung berdiri di depan cermin besar yang terbuat dari perunggu mengkilap. Jari-jarinya yang panjang merapikan jubah kebesaran kaisar berwarna emas dengan bordiran naga hitam—jubah yang seharusnya hanya dikenakan oleh Raja Yu Ping. Ia menarik napas dalam-dalam, menikmati sensasi kain sutra berkualitas tertinggi yang menyentuh kulitnya, serta beban mahkota raja yang terasa pas di kepalanya."Apakah semuanya sudah siap?" tanya Qi Lung tanpa menoleh ke belakang, tatapannya masih terpaku pada refleksi dirinya di cermin.Kasim kepala membungkuk dalam-dalam. "Sudah, Yang Mulia. Aula Keadilan Langit telah disiapkan sesuai perintah. Para menteri dan pejabat tinggi telah dikumpulkan.""Dan tahanan kita?""Pangeran Zhen Yi sedang dibawa ke aula. Ia masih... belum sepenuhnya sadar, Yang Mulia."Senyum tipis tersungging di bibir Qi Lung. "Sempurna." Ia berbalik, merapikan sedikit lagi jubahnya. "Dan pastikan tidak ada yang menginterupsi sidang hari ini. Terutama Pangeran Yun Hao.""Hamba menger

  • SSSN 2 : LEGENDA PEDANG NAGA API   248. SINGA YANG TAK BERDAYA

    Kabut tipis melayang di atas taman istana, menyelimuti paviliun-paviliun dan kolam teratai dalam kehampaan pagi yang sunyi. Tidak ada kicauan burung, tidak ada bisikan angin—seolah seluruh istana menahan napas, menunggu dalam kecemasan. Para dayang dan kasim berjalan hampir tanpa suara di sepanjang koridor yang mengarah ke paviliun tempat Raja Yu Ping terbaring sakit.Di dalam kamar utama yang luas, hawa dingin menyelinap melalui celah-celah jendela meskipun beberapa tungku pemanas telah dinyalakan. Tirai-tirai sutra merah keemasan menutupi jendela, membuat ruangan temaram meski matahari sudah merangkak naik di langit pagi. Di atas pembaringan megah berlapis sutra, Raja Yu Ping terbaring lemah. Wajahnya yang biasanya tegas dan berwibawa kini pucat, dengan lingkaran hitam di bawah matanya yang tertutup. Napasnya berat dan tidak teratur, kadang tersengal seolah setiap tarikan udara membutuhkan usaha besar. Keringat dingin membasahi dahinya meskipun udara di ruangan terasa sejuk.Di sam

  • SSSN 2 : LEGENDA PEDANG NAGA API   247. MERACUNI RAJA

    Paviliun Bulan Musim Gugur berdiri megah di sudut timur istana, dikelilingi oleh pohon-pohon maple yang daunnya mulai berubah kemerahan. Cahaya temaram dari lentera-lentera merah menyinari ruangan tengah paviliun dimana tiga sosok pangeran duduk mengelilingi meja bundar dari marmer."Sudah lama sekali kita tidak berkumpul seperti ini," ucap Qi Lung sambil menuangkan arak berwarna keemasan ke dalam tiga cawan porselen putih berukir naga. "Terakhir kali mungkin saat perayaan musim semi tahun lalu."Uap tipis mengepul dari cawan-cawan tersebut, membawa aroma manis arak berkualitas tinggi. Di atas meja tersaji berbagai hidangan mewah – daging angsa panggang dengan saus plum, ikan sungai dikukus dengan jahe, dan berbagai hidangan langka lainnya."Arak langka dari Wilayah Barat," Qi Lung mengangkat cawannya. "Hanya ada beberapa guci saja yang dikirim sebagai persembahan untuk Ayahanda."Zhen Yi menatap cairan di cawannya dengan ragu. Sebagai penghuni biara, ia sudah hampir tak pernah menyen

  • SSSN 2 : LEGENDA PEDANG NAGA API   246. SAMBUTAN PUTRA MAHKOTA

    Zhen Yi kembali berlutut, kali ini lebih dekat dengan tempat tidur. "Ibu, jangan berkata seperti itu. Zhen Yi hanya memiliki satu orang Ibu. Meskipun... meskipun Ibu mungkin tidak selalu memperlihatkan kasih sayang, Zhen Yi tahu Ibu peduli."Air mata Qi Yue makin deras mengalir, musuh besarnya melahirkan sosok pangeran berhati emas. Sementara dirinya melahirkan sosok pangeran berhati iblis. Seandainya waktu dapat diputar kembali, ia ingin memperbaiki semuanya. Tetapi nasi sudah menjadi bubur.***Setelah keluar dari kamar Putri Qi Yue, Zhen Yi tampak merenung. Ia melangkah pelan menyusuri koridor panjang istana yang dihiasi lampion-lampion merah. Tatapannya kosong, seolah pikirannya berada di tempat yang jauh.Yun Hao menepuk pundak Zhen Yi, menyadarkannya dari lamunan. "Apa yang kau pikirkan, adikku? Sejak keluar dari kamar Ibu, kau seperti orang yang kehilangan arwah."Zhen Yi menghela napas panjang. "Aku merasa Ibu ingin menyampaikan sesuatu padaku, tapi tidak bisa mengatakannya de

  • SSSN 2 : LEGENDA PEDANG NAGA API   245. AIR MATA PENYESALAN

    Lorong-lorong Istana bagian timur tampak lebih sunyi dari biasanya. Para dayang dan kasim berjalan hampir tak bersuara, seolah takut mengusik ketenangan yang rapuh di dalam istana tersebut. Berita tentang sakitnya Putri Qi Yue telah menyebar ke seluruh istana dan membuat suasana istana seperti sedang berkabung.Yun Hao melintas di koridor beratap yang menghubungkan paviliun utama dengan sayap timur istana. Di sampingnya, Zhen Yi mendampingi dengan wajah cemas. "Kakak, mengapa Ibu tidak pernah memberitahu kita bahwa beliau sedang sakit?" tanya Zhen Yi dengan suara tertahan. "Seandainya kau tidak memberitahuku, aku tak akan pernah tahu."Yun Hao menghela napas sedih, "Mungkin karena Ibu tak pernah menganggap kita ada. Tapi bagaimanapun dia adalah ibu kandung kita, meski mungkin nanti dia akan mengusir kau dan aku."Mereka berhenti di depan pintu kamar Putri Qi Yue yang tertutup rapat. Dua pengawal membungkuk hormat, lalu membukakan pintu untuk kedua pangeran.Aroma dupa wangi dan ram

  • SSSN 2 : LEGENDA PEDANG NAGA API   244. LAYANG-LAYANG TAKDIR

    Dedaunan bergoyang lembut dipermainkan angin semilir di taman istana saat Yu Ping berjalan sendirian di antara bunga-bunga yang mekar. Wajahnya tampak lelah, akhir-akhir ini banyak hal merisaukan hatinya. Sudah menjadi kebiasaan bagi sang Raja untuk menyendiri di taman setiap senja.Angin sore berhembus, membawa kenangan yang tak pernah pudar. Yu Ping menghela napas panjang, belasan tahun telah berlalu sejak kepergian Qing Ning, namun kerinduannya tak pernah surut. Setiap wanita yang hadir dalam hidupnya setelah itu hanyalah bayangan sementara, tak mampu mengisi kekosongan yang menganga di hati.Tiba-tiba, perhatiannya teralih oleh sesuatu yang melayang jatuh dari langit. Sebuah layang-layang berwarna merah cerah tersangkut di dahan pohon persik tak jauh darinya. Yu Ping menatapnya sejenak, kemudian memutuskan untuk mengabaikannya. Urusan layang-layang bukanlah hal yang patut diperhatikan oleh seorang raja."Maaf... bisakah Anda membantu mengambilkan layang-layang saya yang tersangkut

  • SSSN 2 : LEGENDA PEDANG NAGA API   243. ANAK DURHAKA

    Hari-hari berlalu dengan lambat di istana Negeri Qi. Musim gugur yang biasanya membawa warna-warna indah dan angin sejuk kini terasa berbeda bagi Raja Yu Ping. Setelah perayaan ulang tahunnya, sesuatu dalam diri sang raja telah berubah. Senyum yang biasa terukir di wajahnya kini jarang terlihat. Tatapannya sering menerawang jauh, pikirannya melayang entah kemana.Para menteri mulai berbisik-bisik, bertanya-tanya apa yang terjadi pada raja mereka. Yu Ping yang dulu selalu bersemangat saat pertemuan resmi, kini lebih banyak diam dan melamun. Keputusan-keputusan penting yang biasanya diambil dengan cepat dan tegas, kini membutuhkan waktu lebih lama.Di taman istana, Yu Ping duduk sendirian di bawah pohon plum, matanya menatap kolam ikan tanpa benar-benar melihatnya. Yang terbayang di pelupuk mata hanyalah sosok penari bercadar yang muncul di pesta ulang tahunnya—sosok yang begitu mirip dengan Qing Ning, cinta pertamanya yang telah meninggal."Tidak mungkin itu dia," bisiknya pada diri s

  • SSSN 2 : LEGENDA PEDANG NAGA API   242. SENJATA MAKAN TUAN

    Pangeran Qi Lung yang melihat ayahnya kembali ke aula dengan wajah sedih, segera menghampirinya."Ada apa, Ayah? Apakah ada sesuatu yang mengganggu pikiran Ayah?" tanya Qi Lung, berpura-pura khawatir.Yu Ping menggeleng pelan, tatapannya masih menerawang. "Tidak ada." Ia kemudian menatap putranya dengan sorot mata menyelidik. "Kemana kau pergi selama beberapa minggu terakhir? Tiba-tiba saja kau pulang dan memberiku kejutan ini."Qi Lung terdiam sejenak, otaknya berputar cepat mencari jawaban yang masuk akal. "Aku bepergian untuk melihat bagaimana kehidupan rakyat dan apa yang mereka butuhkan, Ayah," jawabnya dengan lancar. "Dalam perjalananku, aku bertemu dengan rombongan pemusik keliling. Kupikir mereka bisa menghibur Ayah di hari ulang tahunmu."Yu Ping menatap putranya lekat-lekat, berharap Qi Lung mengetahui banyak tentang Qing Ning. "Aku melihat seseorang dari rombongan itu. Seorang gadis yang pernah kukenal dulu.""Oh ya?" Qi Lung pura-pura terkejut. “Siapa gadis itu, Ayah?”"A

  • SSSN 2 : LEGENDA PEDANG NAGA API   241. SOSOK DARI MASA LALU

    Udara istana Negeri Qi dipenuhi aroma dupa wangi dan bunga-bunga segar. Suasana aula utama yang biasanya formal kini telah berubah menjadi tempat pesta yang meriah dengan hiasan-hiasan indah dan meja-meja yang dipenuhi hidangan lezat. Lilin-lilin berwarna keemasan menerangi ruangan, menciptakan suasana hangat dan mewah.Pangeran Qi Lung berjalan dengan langkah tenang melewati lorong-lorong istana, menuju ruang baca pribadi ayahandanya. Hatinya berdebar, bukan karena kegembiraan pesta, melainkan karena rencana besar yang sudah mulai bergerak."Ayahanda," Qi Lung memanggil sambil membungkuk hormat saat memasuki ruang baca.Raja Yu Ping mengangkat wajahnya dari gulungan yang sedang dibacanya. "Ada apa, Putraku?""Para menteri ingin membicarakan sesuatu yang penting dengan Ayahanda di aula utama," jawab Qi Lung dengan senyum yang disembunyikan.Yu Ping mengerutkan kening. "Malam-malam begini? Tidak bisakah menunggu sampai besok?""Ini sangat mendesak, Ayahanda. Mereka semua sudah menunggu

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status