Home / Pendekar / SSSN 2 : LEGENDA PEDANG NAGA API / 186. PADANG ILUSI SERIBU WAJAH

Share

186. PADANG ILUSI SERIBU WAJAH

Author: Evita Maria
last update Last Updated: 2025-02-03 23:34:02

Yun Hao melangkah keluar dari gua pohon, matanya menyipit saat menyesuaikan dengan cahaya pagi. Ia melihat Du Fei berdiri beberapa langkah dari sana, mengawasi sekeliling dengan waspada.

"Du Fei?" Yun Hao mendekat. "Sedang apa kau di sini?"

"Ada yang tidak beres," Du Fei berbisik tanpa menoleh, matanya awas mengamati sekitar. "Kau merasakannya? Udara di sini terlalu dingin untuk pagi hari."

"Apa maksudmu?"

"Siluman lain," Du Fei menggenggam erat gagang pedang. "Jauh lebih kuat dari Hu Mei. Baunya tercium meski dari kejauhan."

Angin dingin berhembus, membuat dedaunan berdesir tidak wajar. Yun Hao merasakan bulu kuduknya meremang.

"Kita harus segera pergi dari sini," Du Fei berbalik menghadap Yun Hao.

"Tidak mungkin kita meninggalkan Paman Chang," Yun Hao menggeleng tegas. "Dia masih terlalu lemah untuk berjalan jauh apalagi mendaki gunung."

"Tapi bahaya akan semakin dekat, sementara aku harus mencari Pedang Naga Api."

"Kalau begitu pergilah duluan!” Yun Hao menatap Du Fei. "Lanjutkan
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Sabam Silalahi
makin seru
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • SSSN 2 : LEGENDA PEDANG NAGA API   187. UMPAN

    Di dalam Padang Ilusi Seribu Wajah, udara terasa mencekik. Cermin-cermin raksasa berputar mengelilingi Du Fei, memantulkan bayangan-bayangan mengerikan - sosok-sosok gelap dengan tangan cakar, wajah-wajah rusak yang menjerit, dan pemandangan mimpi buruk yang mampu menghancurkan kewarasan."Bagaimana rasanya, Pembunuh Hu Mei?" suara tawa melengking Xie She Tai Tai menggema dari segala arah. "Setiap cermin menampilkan ketakutan terdalam manusia. Semakin kau melawan, semakin dalam kau tenggelam dalam kegilaan!"Du Fei berputar menghindari serangan bayangan-bayangan mengerikan dari cermin. Pedangnya bergulung-gulung membentuk kilatan cahaya setiap kali bergerak."Kau tak akan bisa keluar dari sini!" suara Xie She Tai Tai menggema. "Nikmati kematianmu sementara aku mengurus dua temanmu!""Jangan sentuh mereka atau kau akan menyesal!" Du Fei berusaha mengejar, namun sosok siluman itu lenyap bagai asap. Cermin-cermin di sekelilingnya mulai berputar lebih cepat, membuat kepalanya berdenyut-de

    Last Updated : 2025-02-05
  • SSSN 2 : LEGENDA PEDANG NAGA API   188. ILUSI ULAR

    Yun Hao melangkah hati-hati melewati tirai segel pelindung. Kertas-kertas mantra berpendar semakin terang, seolah memperingatkan bahaya yang menanti. Ia menggenggam erat pedang, mengambil kuda-kuda bersiap menghadapi puluhan ular berbisa yang mendesis dengan kepala terangkat tinggi."Bertahanlah, Jenderal!" seru Yun Hao seraya melesat ke depan. Dua ekor ular hitam sebesar lengan menyerang bersamaan, mulut mereka menganga menunjukkan taring-taring yang siap merobek kulit dan daging mangsanya.CRASH! CRASH!Pedang Yun Hao bergerak secepat kilat, membelah kedua ular tersebut menjadi beberapa potongan. Darah hitam menyembur dari potongan-potongan tubuh ular yang jatuh ke tanah. Di luar dugaan dari semburan darah, muncul ular-ular lain yang lebih besar. Sisik mereka berwarna kehijauan dengan mata kuning menyorot liar."Ini tidak mungkin!" Yun Hao terkesiap, berguling ke samping saat tiga ekor ular meluncur ke arah kakinya. Ia bangkit berdiri dengan cepat lalu melompat dan bertumpu pada se

    Last Updated : 2025-02-08
  • SSSN 2 : LEGENDA PEDANG NAGA API   189. MENCARI YUN HAO

    "Siluman itu terbang ke arah sana!" A Lung menunjuk ke arah sisi gunung dengan tangan gemetar. "Dia membawa Yun Hao yang tak sadarkan diri … pemuda itu terluka parah."Rahang Du Fei menegang, matanya yang tajam menatap ke arah puncak gunung yang diselimuti awan gelap. Xie She Tai Tai telah menggunakan Yun Hao sebagai umpan untuk memancingnya."Aku harus mengejarnya," Du Fei bangkit berdiri namun urung melangkah saat menyadari sesuatu, "Tapi kalian butuh pertolongan segera.""Pergilah …," Jenderal Lo tersenyum lemah. "Selamatkan dia ... kami ... akan bertahan ...."Du Fei kembali berlutut di samping Jenderal Lo yang terbaring tak berdaya di pangkuan A Lung. Darah masih mengucur dari luka di bahu, warna kulitnya semakin pucat karena kehilangan banyak darah."Bertahanlah, Jenderal!" Du Fei mengeluarkan sebuah kantong kecil dari balik jubahnya. "Lukamu cukup dalam."Dengan cekatan ia menyibak baju bagian atas Jenderal Lo, memeriksa luka tusukan yang menganga. Cairan kehitaman terlihat di

    Last Updated : 2025-02-09
  • SSSN 2 : LEGENDA PEDANG NAGA API   190. MUSUH YANG JELITA

    Mengetahui berada di bawah angin, Cheng Hao, ketua sekte Matahari Sakti mengeluarkan trik liciknya."Rasakan ini!" Dengan gerakan secepat kilat Cheng Hao melemparkan kantong hitam ke udara di atas kedua musuhnya. Kantong itu meledak dengan suara mendesis, menyemburkan asap ungu pekat yang berbau tajam menyengat.Gadis bercadar yang mendongak ke atas segera melompat mundur seraya melindungi wajahnya, namun terlambat. Sebagian asap telah masuk ke matanya. “Akh!" ia mengerang tertahan saat merasakan pedih yang luar biasa di kedua bola matanya. Air mata mengalir tanpa mampu dibendung membasahi cadarnya. Racun itu terasa seperti ribuan jarum yang menusuk mata."Ya Ci!" Pria setengah baya di samping gadis itu berseru cemas, hingga tak sadar menelan asap beracun yang mengungkungnya.“Hoekk!” Pria itu berusaha memuntahkan racun asap ungu namun sia-sia. Ia menjauh dari kepungan asap dan berusaha mengatur pernafasan.Namun delapan orang pendekar sekte Matahari Sakti tak membiarkannya memulih

    Last Updated : 2025-02-10
  • SSSN 2 : LEGENDA PEDANG NAGA API   191. AIR MATA BIDADARI

    Di bawah sinar matahari yang menembus dedaunan, Du Fei mengamati mata Ya Ci yang semakin memerah. Pembuluh darah di sekitar irisnya mulai menghitam - tanda racun yang mematikan."Racun ungu dari Lembah Iblis," Du Fei menghela nafas. "Dalam waktu satu jam akan merusak setiap saraf penglihatanmu secara permanen."Ya Ci terhenyak. Rona merah di wajahnya yang seputih pualam memudar. Jemarinya yang lentik mencengkeram ujung lengan jubah hitamnya, berusaha tetap tenang meski menahan kengerian yang mencekam."Tapi …," Du Fei mengambil selangkah mendekat. Aroma tipis bunga persik menguar dari tubuh Ya Ci. "Aku dapat menyembuhkan bila Nona berkenan.""Kau bisa menyembuhkanku?" Ya Ci mengangkat wajahnya. Mata yang indah kini berkabut, ia berusaha memfokuskan pandangan pada sosok di hadapannya. "Katakan, berapa yang kau minta? Aku akan membayar berapapun!"“Aku tidak membutuhkan uangmu, Nona!” Senyum tipis tersungging di bibir Du Fei. Tangannya terulur perlahan, "kau hanya perlu percaya saja.""

    Last Updated : 2025-02-11
  • SSSN 2 : LEGENDA PEDANG NAGA API   192. SIHIR HITAM

    "Karena aku sudah menolongmu," Du Fei mengulurkan tangan ke arah Ya Ci yang masih berdiri di air sebatas pinggang. Tetes-tetes air mengalir dari jubah hitamnya yang basah. "Maukah kau memberitahu siapa namamu yang sebenarnya?"Ya Ci menatap tangan yang terulur itu. Jemarinya yang lentik bergerak ragu sebelum akhirnya menyambut uluran tangan Du Fei. Rona merah menyapu pipinya yang seputih pualam. "Ya Ci ... panggil saja aku Ya Ci," gadis berpakaian serba hitam itu menatap Du Fei begitu mereka berdiri berhadapan. "Ya Ci …,” Du Fei mengucapkan nama itu perlahan, seolah menikmati setiap suku katanya. Namun dalam sekejap, tatapannya berubah dingin. Genggaman lembutnya berubah menjadi cengkeraman baja."Akh!" Ya Ci terkesiap, mencoba menarik tangannya kembali namun terlambat. Jantungnya berdegup kencang merasakan kekuatan di balik cengkeraman itu."Ya Ci si Pembunuh Berdarah Dingin," Du Fei mendesis di telinganya. "Yang menghabisi sepuluh nyawa tanpa belas kasihan di hutan sebelah barat.

    Last Updated : 2025-02-13
  • SSSN 2 : LEGENDA PEDANG NAGA API   193. PERTOLONGAN DARI MUSUH

    “Keluar kau, Pengecut!” bentak Du Fei nyaring. Angin mendadak bertiup kencang. Dari atas pepohonan, sesosok pria melayang turun seringan kapas. Jubah merahnya yang mewah berkibar dipermainkan angin. Dengan wajah cukup tampan namun dingin, dan bekas luka tipis melintang di pipi kiri menciptakan kesan pria itu sangat berbahaya. Di pinggangnya terselip belasan kantong kecil yang mengeluarkan aroma aneh - campuran dupa dan sesuatu yang berbau busuk. "Siapa kau?" Du Fei menghunus pedangnya, merasakan energi jahat yang menguar dari pria itu. “Kekuatanmu bukan dari alam ini tapi dari iblis.” “Kau tidak tahu siapa dia,” Panglima Lin tersenyum sinis, “Dia adalah Jenderal Feng Wei, pemilik elemen api.” Pria berjubah merah itu mengangkat tangannya. Api muncul di atas telapak tangannya, bergulung-gulung ke atas. "Lepaskan gadis itu!" suaranya dalam dan mengancam. "Atau kau akan merasakan kekuatan sejati penguasa elemen api." "Seorang pembunuh tetap harus diadili," Du Fei mengeratkan peganga

    Last Updated : 2025-02-16
  • SSSN 2 : LEGENDA PEDANG NAGA API   194. ISTANA KRISTAL HITAM

    "Apa-apaan kau ini?!" Suara Panglima Lin menggelegar mengalahkan suara air terjun di belakangnya. Ya Ci hanya bisa menunduk, rambut hitamnya yang basah jatuh menutupi wajah cantiknya yang pucat."Selama sepuluh tahun aku mendidikmu menjadi pembunuh tanpa ampun. Kau bahkan tak berkedip saat mencabut nyawa mereka," Panglima Lin mondar-mandir dengan murka. "Sekarang apa yang terjadi dengan murid kebanggaanku?"Feng Wei bersandar pada sebatang pohon, jubah merahnya berkibar ditiup angin. Bibirnya tersenyum mengejek. "Ah, cinta memang buta. Sungguh menggelikan melihat seorang pembunuh berdarah dingin luluh hanya karena wajah tampan dan sikap ksatria palsu."Provokasi penyihir dari Negeri Wu berhasil menyulut kemarahan Panglima Lin."Jawab aku!" Panglima Lin mencengkeram bahu Ya Ci kuat-kuat. "Kau jatuh hati pada pemuda itu?"Ya Ci mengangkat wajah, matanya yang indah menatap tegas sang paman, "Paman, Ya Ci hanya tidak ingin mengotori tangan dengan membunuh orang yang tidak bersalah."PLAKK

    Last Updated : 2025-02-16

Latest chapter

  • SSSN 2 : LEGENDA PEDANG NAGA API   215. HATI YANG TERLUKA

    "Baiklah," Ming Mei mengangguk, menyembunyikan kilatan di matanya. "Aku akan ikut dengan Tuan."Pemimpin pekerja tersenyum lebar. "Bagus, mari ikut kami!" katanya sambil menepuk-nepuk bahu Ming Mei.Ming Mei bergabung dengan rombongan yang langsung bergerak menuju bagian utara kotaraja—distrik para pejabat. Mereka berhenti di depan sebuah rumah megah yang dikelilingi tembok tinggi. Gerbang utamanya dihiasi kain merah dan tulisan kebahagiaan ganda. Para pekerja mulai mengeluarkan berbagai hiasan pernikahan dari keranjang mereka."Rumah siapakah ini?" tanya Ming Mei dengan nada sekadar penasaran. "Sepertinya pemiliknya orang penting."Pemimpin pekerja tersenyum bangga, "Tentu saja! Ini rumah pejabat baru, penasihat Pangeran Putra Mahkota Qi Lung. Namanya Penasihat Chung Ming. Usianya masih muda tapi kariernya melesat cepat."Ming Mei mengerutkan kening sambil berpikir *Chung Ming? Apakah dia mengenal Lin Mo?* "Chung Ming ... nama yang asing terdengar," gumam gadis yang sedang menyamar i

  • SSSN 2 : LEGENDA PEDANG NAGA API   214. PENCARIAN

    Matahari memancarkan sinarnya di atas kota raja saat rombongan Ru Chen memasuki gerbang utama. Jalanan lebar yang dilapisi batu granit mengarah ke pusat kota, dengan deretan toko-toko dan rumah-rumah berarsitektur indah di kedua sisinya. Berbagai warna payung dan spanduk para pedagang berkibar diterpa angin, menambah keceriaan suasana. Ming Mei tak bisa menyembunyikan kekagumannya. Dari balik tirai tandu, matanya melebar menyaksikan keagungan kota raja Negeri Qi yang belum pernah ia kunjungi sebelumnya. "Indah sekali," gumam Ming Mei tanpa sadar.Ru Chen yang berkuda di samping tandu tersenyum mendengarnya. "Kota raja Qi memang terkenal dengan keindahan dan keteraturannya. Raja Yu Ping sangat memperhatikan tata kota."Rombongan berbelok ke sebuah jalan yang lebih tenang dengan deretan rumah-rumah besar milik para bangsawan dan pejabat tinggi. Mereka berhenti di depan sebuah rumah megah dengan gerbang kayu berukir naga dan phoenix. Dua penjaga membungkuk hormat saat melihat kedatanga

  • SSSN 2 : LEGENDA PEDANG NAGA API   213. AIR MATA KEPALSUAN

    Ru Chen keluar dari tandu, matanya menyipit mengikuti arah yang ditunjuk. Tanpa ragu ia bersama para pengawalnya bergegas menuju tempat itu. Sebagai mantan ketua Sekte Pedang Langit yang kini menjabat sebagai Menteri Kesejahteraan di bawah Raja Yu Ping, insting melindunginya masih sangat kuat.Ia menghampiri sosok yang terbaring. Seorang gadis muda dengan pakaian robek dan tubuh penuh luka. Wajahnya yang pucat tampak damai namun menunjukkan penderitaan.Ru Chen berlutut, memeriksa nadi di pergelangan tangan gadis itu. Kemudian ia mendekatkan dua jarinya ke hidung sang gadis."Masih hidup," ucapnya tenang namun dengan ketegasan seorang pemimpin. "Siapkan tandu! Kita bawa dia ke Tabib Shen Yi!"---Suara kicauan burung dan aroma obat-obatan herbal menyambut Ming Mei saat kesadarannya perlahan kembali. Matanya terbuka lemah, menyesuaikan diri dengan cahaya redup yang menembus jendela di samping tempat tidur.*Di mana aku?*Ming Mei mencoba menggerakkan tubuhnya tapi rasa nyeri tajam men

  • SSSN 2 : LEGENDA PEDANG NAGA API   212. BELUM WAKTUNYA MATI

    Matahari senja memancarkan cahaya keemasan di atas lembah ketika Ming Mei melesat di antara pepohonan, detak jantungnya berdegup kencang mengalahkan suara langkah kakinya yang berderap di tanah berbatu. Nafas tersengal, rambut hitamnya yang panjang berkibar liar, dan gaun sutranya yang robek di beberapa bagian menjadi bukti pelarian panjangnya.Di belakang gadis itu, teriakan para prajurit terdengar di antara pepohonan, "Tangkap pembunuh Nyonya Hong! Jangan biarkan dia lolos!"Ming Mei menggertakkan giginya, “Dia orang jahat, dia pantas mati!” Prajurit-prajurit makin memburunya, bagi mereka pembunuh adalah orang yang paling berbahaya di muka bumi selain siluman.*Mereka mendekat!* Ming Mei mempercepat lari meski otot-ototnya menjerit kesakitan.Hutan mulai menipis dan Ming Mei terhenti mendadak. Di hadapannya, tanah tiba-tiba berakhir—sebuah tebing curam dengan jurang dalam di bawahnya. Aliran sungai yang bergelora terlihat seperti benang perak jauh di bawah. Ia berbalik, hanya untuk

  • SSSN 2 : LEGENDA PEDANG NAGA API   211. KEMATIAN DI WISMA HARUM

    Pagi itu masih gelap ketika terdengar jeritan memecah keheningan suasana Wisma Harum. Seorang pelayan yang membawakan teh pagi untuk Nyonya Hong terpaku di ambang pintu kamar, matanya terbelalak menyaksikan pemandangan mengerikan di hadapannya."Tolong! Tolong! Nyonya Hong ... dia ... dia …," Suara pelayan itu tercekat di kerongkongan, tangannya gemetar menunjuk ke arah sosok yang tergantung di langit-langit kamar.Tubuh Nyonya Hong, pemilik sekaligus mucikari Wisma Harum yang terkenal itu, sudah kaku dengan wajah membiru. Tubuhnya berayun pelan, menggantung dari tali sutra merah yang terikat pada balok kayu berukir di langit-langit.Dalam hitungan menit, seluruh penghuni wisma berkumpul di depan kamar, saling berbisik dengan wajah pucat. Beberapa gadis menangis terisak, yang lain hanya bisa terdiam dalam keterkejutan.Penyidik Wu tiba satu jam kemudian bersama seorang tabib kota dan dua petugas pengadilan. Dengan tenang ia memperhatikan setiap sudut kamar Nyonya Hong."Sepertinya jel

  • SSSN 2 : LEGENDA PEDANG NAGA API   210. BERTARUH NYAWA

    Xie She Tai Tai mendekati Yun Hao yang terdesak. Delapan kaki laba-labanya merayap dengan gerakan menjijikkan, sementara ekor ularnya terangkat tinggi, siap menyerang. Yun Hao mundur hingga punggungnya menyentuh tebing curam. Tak ada jalan keluar."Sudah waktunya kita pergi, Suamiku," siluman itu mendesis. "Ada banyak hal menyenangkan yang akan kita lakukan."Tepat saat cakar Xie She Tai Tai nyaris mencengkeram Yun Hao, suara keras terdengar dari kejauhan."Serang!"Belasan anak panah berujung perak melesat dari balik pepohonan, menghujani tubuh Xie She Tai Tai. Siluman itu menjerit, beberapa anak panah tertancap di tubuhnya, mengeluarkan asap kehitaman.Jenderal Lo muncul dengan pedang terhunus, diikuti Chang Kong dan pasukan khusus kerajaan. "Yun Hao, menjauh dari makhluk itu!""Manusia-manusia pengganggu!" Xie She Tai Tai mendesis murka. Tubuhnya berputar, ekor ular dan kaki laba-labanya menciptakan badai serangan mematikan.Chang Kong bergerak cepat, tubuh tuanya menampakkan kemam

  • SSSN 2 : LEGENDA PEDANG NAGA API   209. DUA MENJADI SATU

    Keheningan hutan menyelubungi Yun Hao yang berjalan sendirian menuruni lereng gunung. Dedaunan kering berderak di bawah langkahnya, menciptakan jejak suara yang menandai perjalanannya. Samar-samar suara binatang malam mulai terdengar—koak-an burung hantu dan dengung serangga—pertanda matahari akan segera tenggelam.Yun Hao mempercepat langkah, berharap segera bertemu dengan rombongan Jenderal Lo yang mungkin telah mendahuluinya. Kedua tangannya mengepal erat, selalu bersiaga bila menangkap adanya gerakan mencurigakan.Mendadak, udara berubah. Hawa dingin menyergap hingga menembus tulang. Suhu turun drastis dalam sekejap, membuat nafasnya mengepulkan asap seperti berada di puncak Gunung Kunlun saat musim salju. Daun-daun di sekitarnya bergetar dan berguguran, padahal tidak ada angin yang berhembus."Siluman," gumam Yun Hao, instingnya meneriakkan adanya bahaya yang mendekat.Tepat saat itu, bayangan hitam pekat melesat dari arah belakang. Bayangan itu terbang melayang, menyapu udara di

  • SSSN 2 : LEGENDA PEDANG NAGA API   208. KESEMPATAN KEDUA

    Du Fei mengangguk. "Aku mendengar ada air terjun tak jauh dari sini. Air murni dapat menetralisir kekuatan serbuk peledak." Ia berpaling pada Ya Ci, "Kau harus melepas pakaianmu dan membersihkan tubuhmu di air terjun."Pipi Ya Ci memerah, tapi ia mengangguk karena sadar tak ada pilihan lain selain mendengarkan arahan pemuda di hadapannya. Du Fei mengulurkan tangan, dan Ya Ci menyambutnya dengan perasaan jengah. Du Fei membantunya berdiri, memastikan Tabir Api Pelindung tetap menaungi gadis itu."Aku akan menjaga Tabir Api tetap menyelimutimu hingga kita sampai di air terjun," Du Fei menjelaskan lalu berpaling pada adiknya. "Yun Hao, kita akan bertemu di lereng gunung. Tunggu aku di sana!"Yun Hao mengangguk, “Berhati-hatilah kalian!”Du Fei menggandeng tangan Ya Ci, mereka berdua melesat menembus hutan Gunung Huolong. Api keemasan bergerak di atas mereka, melindungi Ya Ci dari sentuhan sinar matahari. Sampai akhirnya, mereka tiba di sebuah air terjun tersembunyi. Air jernih mengalir

  • SSSN 2 : LEGENDA PEDANG NAGA API   207. KEMATIAN SANG PENYIHIR

    Du Fei dan Yun Hao saling bertukar pandang, merasa ada sesuatu yang tidak beres."Sebentar lagi, Negeri Qi akan berlutut di bawah kakiku!" Feng Wei tertawa terbahak-bahak. "Raja Wu akan memberiku tahta, dan aku akan menjadi penguasa terbesar sepanjang—AAARRRGHHH!"Tiba-tiba pedang itu berubah. Api di dalam kristal meledak keluar, berkobar dahsyat menyelimuti seluruh bilah hingga ke gagang. Tangan Feng Wei yang mencengkeramnya langsung melepuh, kulitnya menghitam dan meleleh seperti lilin."SAKIT! SAKIIIT!" jeritnya, refleks melemparkan pedang itu jauh-jauh.Alih-alih jatuh ke tanah, pedang itu bagai memiliki kehendak sendiri. Melayang di udara, berputar cepat menciptakan lingkaran api, sebelum melesat kembali ke arah Du Fei."KALIAN PENIPU!" Feng Wei menggeram murka, tangannya yang terluka gemetar hebat. Dengan gerakan putus asa, ia meraih kantong serbuk peledak dan melemparkannya ke arah Yun Hao. "MATILAH KALIAN!"Du Fei menjejakkan kaki ke tanah, tubuhnya melayang tinggi menyambut P

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status