Home / Romansa / Jerat Pesona Mantan Posesif / Chapter 11 - Chapter 20

All Chapters of Jerat Pesona Mantan Posesif: Chapter 11 - Chapter 20

28 Chapters

Bab 11 : Selamat Malam, Daniel

Semenjak ruang rahasia Daniel diketahui Nagita, keheningan menyelimuti mereka, menjadi sosok asing satu sama lain meski berada dalam satu atap yang sama. Mansion terasa lebih kosong, hampa, dan tanpa ada kehangatan di dalamnya. Daniel setiap pagi berangkat bekerja lebih awal. Nagita hanya menatap punggung Daniel yang menghilang ditelan pintu seiring waktu, membiarkan kepergian Daniel tanpa perlu mengucap sepatah katapun. Tidak ada lagi percakapan selepas perdebatan di ruang rahasia itu. Baik Nagita maupun Daniel, keduanya kompak memilih bungkam. Namun, perang dingin itu bukan berarti Daniel mengabaikan Nagita sepenuhnya. Setiap malam tiba, pria itu mengecek kamar Nagita, berdiri di depan pintu, memandangi dari jauh dan memastikan bila Nagita sudah terlelap tidur. Suara pintu terbuka ... Nagita tentu menyadari itu tanpa sepengetahuan Daniel. Ia kerapkali membuka mata, terbangun dari tidurnya ketika suara pintu mulai terdengar. Walaupun tidak ada interaksi langsung yang tercipta,
last updateLast Updated : 2024-09-13
Read more

Bab 12 : Rapat Keluarga Nagita

Daniel menatap kosong jendela kantor yang memamerkan pemandangan kota. Walau raga Daniel berada di sana, di dalam gedung megah itu, tapi jiwanya melayang pada peristiwa yang kurang mengenakkan untuk Daniel resapi dalam ingatan. Penolakan keluarga Nagita adalah kegagalan yang mampu menjadikan harapan pria itu pupus perlahan. Ingatan di ruang rapat keluarga Nagita seakan terus menghantui Daniel. "Apa-apaan?" desis Daniel tak suka kala saat itu tidak sesuai yang Daniel bayangkan. Tangan pria itu terkepal. Daniel tahu bahwa keputusannya saat itu untuk masuk ke ruang rapat adalah sebuah langkah yang nekat, tapi karena kegigihan yang tak terbendung, Daniel memberanikan diri menyusup masuk ke kediaman keluarga Nagita. Setelah mengelabui satpam yang berjaga di depan pintu gerbang—menyamar sebagai karyawan di perusahaan keluarga Nagita yang ingin memberikan berkas penting perusahaan—Daniel dipersilahkan masuk. Daniel lalu berjalan mantap mendekati pintu besar di ujung koridor. Sayup-sayup
last updateLast Updated : 2024-09-16
Read more

Bab 13 : Mencair di Dapur

Dapur Daniel begitu luas dengan meja marmer berkilau, dilengkapi peralatan dapur yang tertata rapi di sekelilingnya. Nagita memandangi ruangan dapur dengan tatapan berbinar. Setidaknya berada di sini membuat rasa bosan Nagita mereda, sebab terkurung dalam mansion tanpa tahu dunia luar tentu saja teramat menjemukan. Nagita butuh kegiatan yang bisa membangkitkan semangatnya untuk terus bertahan. "Memasak mungkin bisa membuatku merasa lebih tenang," gumam Nagita. Senyuman manis seketika terbit di bibir mungilnya. Perempuan itu lalu membuka lemari es, mengeluarkan bahan, mulai menyiapkan bumbu-bumbu untuk memasak. "Sempurna!" sahutnya tersenyum kecil melihat alat dan bahan telah lengkap di depan mata."Sudah lama tidak melihatmu memasak," sahut Daniel yang tiba-tiba menghampiri Nagita. Pria itu melangkah mendekat, melihat apa yang sedang dimasak oleh Nagita. "Sop ayam, ya?"Nagita mengangguk sebagai jawaban. Setelah sempat berselisih, hubungan mereka berangsur lebih baik. "Kau mau?" ta
last updateLast Updated : 2024-09-18
Read more

Bab 14 : Hanya Kebebasan Semu

Suasana kota di malam hari tampak begitu hidup, dihiasi gemerlap lampu jalan dengan berbagai kendaraan yang berlalu-lalang. Hembusan angin sejuk menelusup masuk ke dalam mobil, membelai wajah lembut Nagita yang duduk tepat di samping Daniel. Mereka sedang dalam perjalanan menuju restoran. "Bagaimana? Apa rasanya aneh?" Daniel bertanya penasaran seraya sibuk menyetir. Matanya yang fokus memerhatikan jalan sesekali melirik ke arah Nagita. Perempuan itu kini mengenakan wig pendek dengan kacamata hitam sesuai permintaan Daniel. "Ini cukup aneh. Aku tidak terbiasa dengan penampilan seperti ini, tapi aku tidak terlalu mempermasalahkannya," aku Nagita cepat, tidak keberatan bila harus mengabulkan keinginan Daniel. Nagita tidak masalah jika harus menyamarkan penampilan agar seseorang tidak mengenalinya. Yang penting sekarang ia bisa mengirup udara segar, menikmati sedikit kebebasan dalam hidupnya walau sekejap. Mereka lalu tiba di restoran bernuansa klasik dengan kaca-kaca besar yang meman
last updateLast Updated : 2024-09-18
Read more

Bab 15 : Memulai Pemburuan

Claudia ... hamil? Fakta mengejutkan yang Nagita dengar sungguh membuat dirinya mual. Perempuan itu dengan cepat keluar dari kamar mandi, tidak ingin mendengar kelanjutan apapun lagi. Ia melangkah mantap tanpa menoleh sekali pun ke belakang, tidak terpengaruh untuk mencari tahu apakah Claudia ikut keluar dari kamar mandi atau belum. Kehamilan Claudia membuatnya semakin mantap untuk melepas Jordan, meskipun ada tetesan air mata yang meluncur di pipi mulus Nagita. Butiran kristal yang sukses membuat Nagita terlihat menyedihkan, segera dihapus kasar oleh Nagita. Ia tidak suka terlihat lemah dan berlarut dalam kesedihan. Nagita akan tunjukkan bahwa ia baik-baik saja. Langkahnya tergesa untuk kembali ke meja dengan wajah tegar. Namun saat sampai, meja yang ia tempati justru terlihat kosong tanpa adanya Daniel. Nagita sampai mengedarkan pandangan ke sekeliling, siapa tahu matanya menangkap keberadaan Daniel. 'Apa ia meninggalkanku?' Nagita bertanya dalam hati. Dirinya terlihat bingung m
last updateLast Updated : 2024-09-21
Read more

Bab 16 : Dua Bodyguard Nagita

Nagita duduk sendirian diiringi musik piano yang mengalun lembut di telinga. Restoran mewah ini terasa sunyi dan sepi bagi Nagita. Ia memandangi hidangan di atas meja yang belum disentuhnya sama sekali, berharap rasa bosan ini segera pergi. Nagita tidak suka perihal menunggu, tapi justru kali ini ia melakukannya dengan suka rela. Ia menunggu Daniel kembali, sebab hanya itulah opsi yang Nagita miliki. Nagita tahu pemikiran Daniel dan seposesif apa pria itu. Nagita tidak mungkin bisa kabur meski tengah berada di luar sekali pun. Pasti banyak mata-mata di sekitar sini tanpa Nagita sadari. Tiba-tiba dua sosok familiar mendekati meja Nagita. Gilbert dan Lucas datang menghampirinya. Nagita tersenyum lega. Akhirnya kesepian yang Nagita alami berakhir juga. "Silakan duduk," tawar Nagita dengan senyuman ramah yang tidak lepas dari bibirnya. Gilbert dan Lucas lantas mematuhi perintah Nagita, duduk pada kursi yang tersedia. Diam-diam kedua pria itu saling lirik, merasa canggung karena Nagita
last updateLast Updated : 2024-09-21
Read more

Bab 17 : Penjagaan Ketat

Pagi ini, di mansion Daniel, Nagita menyesap secangkir teh ditemani Gilbert dan Lucas. Ia memandang Gilbert dan Lucas yang ikut duduk di seberangnya, terkekeh kala kedua bodyguard-nya masih tampak sigap memerhatikan sekeliling ruangan. Mereka duduk tegap dengan raut wajah serius walaupun tidak ada sesuatu yang mengancam di mansion ini, berjaga-jaga penuh perhatian. "Minumlah," Nagita menawarkan teh yang ada di meja. Uapnya menguar, menandakan teh tersebut masih keadaan hangat. "Aku juga menawarkan biskuit." Gilbert dan Lucas mengangguk, mengambil secangkir teh yang telah disediakan dengan kompak. Kedua bodyguard itu kali ini tampak lebih santai dan menikmati suasana dengan nyaman. Wajah serius mereka mulai mengendur. Keduanya bahkan menikmati biskuit renyah yang ditawarkan Nagita. Gilbert dan Lucas terlihat rileks, tapi sebagai seorang bodyguard, tentu saja mereka tetap waspada penuh kehati-hatian meski sedang bersantai. Nagita menyadari gelagat itu. Nagita memulai percakapan, "Aku
last updateLast Updated : 2024-09-27
Read more

Bab 18 : Menguak Sebuah Kebenaran?

Setelah menimbang-nimbang, Nagita akhirnya mengiyakan ajakan Daniel untuk makan siang bersama. Gilbert dan Lucas seperti biasa tetap mengawal Nagita dengan siaga. Mobil mereka melaju menuju kantor Daniel, melesat melewati jalan yang sibuk dengan gedung-gedung yang menjulang tinggi. Mobil itu lalu berhenti tepat di kantor pusat Daniel. Gilbert dengan cekatan membukakan pintu mobil untuk Nagita. "Mari, Nona." Nagita turun dari mobil bersama Gilbert dan Lucas. Mereka memasuki gedung kantor Daniel yang megah. Gilbert dan Lucas dengan cepat dikenali karyawan, mengetahui bahwa keduanya adalah orang kepercayaan Daniel Ananta Dirga, CEO perusahaan tempat mereka sekarang bekerja. Kehadiran Nagita yang diapit oleh Gilbert dan Lucas menimbulkan tanda tanya besar bagi karyawan perusahaan Daniel. Sepenting itukah perempuan ini sampai harus dikawal oleh orang kepercayaan Daniel?Bisik-bisik mulai terdengar setiap Nagita melewati para karyawan. Mata mereka mengikuti langkah kaki Nagita, bertanya-
last updateLast Updated : 2024-09-28
Read more

Bab 19 : Daniel Adalah Pelaku?

"Menjauh dariku!" bentak Nagita. Matanya berubah tajam, menatap Daniel penuh amarah yang memuncak. "Kalau bukan karenamu, Laura tidak akan mati seperti ini!" Nagita menggertak penuh tuduhan. "Aku bisa jelaskan ...," Daniel berujar pelan, mencoba tidak terpancing emosi di hadapan Nagita, memilih bersikap tenang. "Aku tidak seburuk itu, Nagita. Ini tidak seperti yang kau bayangkan ...." Nagita menggeleng lemah, mundur perlahan saat Daniel melangkah mendekatinya. "Apa yang perlu dijelaskan lagi? Bukankah semua sudah jelas?" lirih Nagita dengan tubuh gemetar.Menurut Nagita, motif pembunuhan Laura semata-mata karena Daniel ingin melindungi dirinya, tidak ingin dicap sebagai penculik Nagita bila pelayannya buka suara. "Aku benci caramu menghancurkan orang-orang di sekitarku!" Daniel membisu, membiarkan Nagita meluapkan amarahnya meski kata-kata itu begitu menusuk jantungnya. Daniel tahu perempuan ini sedang diselimuti rasa sedih dan kehilangan, sehingga Daniel tidak ingin membalasnya d
last updateLast Updated : 2024-09-29
Read more

Bab 20 : Kehampaan Yang Menyelimuti

"Mari, Nona." Nagita turun dari mobil diiringi Gilbert dan Lucas. Warna oranye mulai menghiasi langit, tanda senja tengah menyapa. Nagita melangkah menyusuri pemakaman yang sunyi ditemani hawa dingin yang menusuk tulang. Lalu di antara bunga layu yang bertaburan di sekitarnya, nisan bertuliskan nama Laura menyayat hati Nagita. "Laura ...," bisik Nagita lemah. Hatinya tercabik penuh luka. "Maafkan aku ...." Tangisan Nagita pecah. Duka itu teramat menyesakkan untuknya. Nyatanya sulit sekali untuk menerima kenyataan di depan mata. Nagita sampai menyalahkan diri sendiri atas kehilangan ini. "Mungkin nasibmu akan jauh lebih baik jika tak mengenalku, Laura ...," lirih Nagita. Air mata terus mengalir di pipinya. "Aku pembawa sial ...." Gilbert dan Lucas berdiri lemas beberapa langkah dari Nagita yang masih berduka. Lucas, yang awalnya enggan membuka mulut, lantas angkat bicara dengan kepala tertunduk. "Ini memang menyakitkan, Nona, tapi tidak ada gunanya menyalahkan diri Nona sendiri
last updateLast Updated : 2024-10-04
Read more
PREV
123
DMCA.com Protection Status