All Chapters of Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal: Chapter 231 - Chapter 240

245 Chapters

231. Mendatangi Ryan

Sean tiba di gerbang rumah Andika dengan amarah yang membara. Dia turun dari mobil tanpa menunggu Cyrus atau Selo, langsung mendekati petugas keamanan yang berjaga.“Saya ingin bertemu Ryan, sekarang juga!” sergah Sean dengan nada kasar, matanya tajam seperti pisau.Petugas keamanan tampak ragu. Ia mencoba bersikap profesional, tetapi gemetar melihat sorot mata Sean yang begitu mengintimidasi. “Maaf, Pak, saya harus melapor dulu ke dalam sebelum ….”Sean tidak memberinya kesempatan. Dengan satu dorongan kuat, gerbang terbuka, membuat petugas kehilangan keseimbangan. Tanpa memedulikan teriakan protes di belakangnya, Sean melangkah masuk dengan langkah lebar, diikuti beberapa orang yang datang bersamanya.Tekanan itu membuat petugas memilih diam, lebih baik menghindar dan mencari aman daripada menghadapi kemarahan yang jelas bukan untuknya.“Pak, ini tidak bisa sembarangan!” seru petugas dengan nada setengah hati.Tetapi Sean tak menggubris. Hanya ada satu hal di pikirannya, menemukan R
last updateLast Updated : 2024-12-27
Read more

232. Ajak Mama Pulang!

“Ryan!” Risda, yang berdiri di belakang Ryan, berteriak kencang, "Hentikan!" Dia segera berdiri di depan putranya, berusaha melindunginya.Sean menunjuk Ryan dengan tangan gemetar. "Katakan … di mana kau menyembunyikan istriku.”Risda menggelengkan kepala, berharap Sean tidak lagi memukul Ryan. Air mata Risda jatuh bercucuran saat melihat darah segar yang keluar dari mulut putra semata wayangnyaRyan sadar dirinya telah banyak melakukan kesalahan kepada Sean. Tetapi dia sama sekali tidak menduga jika kemarahan Sean karena Lila."Aku benar-benar tidak tahu, Sean," ucap Ryan lirih sambil menahan sakit akibat pukulan Sean"Jangan bohong lagi, Ryan!" seru Sean, suaranya bergetar penuh amarah. Ia mendekati Ryan, matanya menyala dengan kemarahan yang tak bisa dibendung. "Aku tahu kau ada hubungannya dengan hilangnya Lila. Berhenti berpura-pura!"Ryan menelan ludah, berusaha mengendalikan napasnya yang mulai memburu. "Aku bersumpah, aku tidak tahu apa-apa soal Lila!" ucap Ryan tegas, meski n
last updateLast Updated : 2024-12-27
Read more

233. Sesosok Perempuan

Pagi buta, Sean sudah berada di rumah sakit. Wajahnya lelah, tetapi tatap matanya masih menunjukkan tekad yang tak tergoyahkan. Di depan ruang perawatan Bi Siti, Selo Ardi bersama beberapa orang kepercayaannya berdiri dengan setia, menunggu perkembangan. Mereka menyambut Sean dengan anggukan singkat, paham bahwa situasinya semakin mendesak. Sean langsung masuk ke ruang perawatan Bi Siti. Rangga pun tampak di sana, meskipun kesehatannya belum pulih sepenuhnya, tetapi dari pakaian yang dia kenakan, tampaknya dia sudah siap untuk bekerja hari ini. Sementara itu Bi Siti, yang terbaring lemah di tempat tidur, menoleh perlahan. Wajahnya pucat, tetapi matanya menyiratkan rasa bersalah. Sean duduk di kursi di sebelahnya, mencoba menahan emosi. "Bi, aku butuh kau jujur sekarang. Tolong, katakan apa yang sebenarnya terjadi." “Waktu saya nunggu Mbak Lila di toilet, tiba-tiba ada yang menyekap saya dari belakang. Saya tidak bisa melawan, tenaganya kuat banget,” ucap Bi Siti yang masih terlih
last updateLast Updated : 2024-12-28
Read more

234. Dikejar Dosa

Sean berdiri di ambang pintu rumah mewah yang ditempati Sekar. Wajahnya penuh kegelisahan, tetapi tubuhnya tetap tegap seperti biasa. Tekadnya bulat untuk mencari tahu apa pun yang bisa membantunya menemukan Lila. Kala pelayan membuka pintu, Sean langsung masuk, melewati ruang tamu menuju ruang kerja di mana Sekar duduk dengan anggun, membaca dokumen-dokumen penting. “Mama,” panggil Sean, suaranya tegas tetapi mengandung nada cemas. Sekar mengangkat wajahnya, menatap anaknya dengan sorot mata dingin tetapi penuh perhatian. “Sean? Apa yang terjadi? Kau terlihat sangat kacau, Lila sudah melahirkan?” Sean menarik napas panjang, menahan letupan emosinya. “Lila hilang, Ma. Aku perlu tahu, apakah dia ada di sini? Apakah Mama tahu sesuatu tentang keberadaannya?” Sekar tertegun, jemarinya berhenti membolak-balik halaman dokumen. “Lila hilang?” Wajahnya menunjukkan keterkejutan yang tidak biasa. “Bagaimana bisa?” Sean menjelaskan secara singkat, termasuk kesaksian Bi Siti yang menyebut
last updateLast Updated : 2024-12-28
Read more

235. Segala Kemungkinan

Sekar tidak bisa diam saja dengan menghilangnya Lila. Lila dan anaknya harus selamat, bukan hanya untuk bisa mendapatkan kembali asset keluarganya dan Mehendra Securitas, tetapi karena anak yang dikandung Lila adalah cucunya, darah dagingnya. Sekar menatap Theo dengan mata penuh tekanan. Di ruang kerjanya yang sunyi, dia duduk tegap, tangan meremas sisi kursi dengan kuat. Theo berdiri di hadapannya, wajahnya serius, siap menerima perintah. "Aku ingin kau menemukan Lila. Segera. Dan kau harus lebih dulu dari Sean." Suara Sekar dingin dan tajam. Theo mengangguk, baginya ini adalah kesempatan untuk membuktikan diri, terutama di hadapan Sean yang sekarang menggunakan jasa Selo Ardi untuk urusan keamanan. "Adakah petunjuk lain yang bisa saya gunakan? Selain Pak Andika dan Ryan, adakah orang lain yang bisa dicurigai?" tanya Theo, mencoba menggali informasi lebih sebelum melangkah. Sekar terdiam. Pikirannya berputar cepat, menyisir setiap kemungkinan. Siapa yang mungkin terlibat? U
last updateLast Updated : 2024-12-29
Read more

236. Petunjuk yang Mencurigakan

Hari pertama kembali bekerja setelah beberapa hari menjalani perawatan di rumah sakit, Rangga sudah disambut oleh kekacauan. Wajahnya masih pucat, tetapi tekadnya untuk menjalankan amanah dari Sean tak tergoyahkan. Namun, harinya langsung dirusak oleh kedatangan Bella yang terlambat hampir dua jam.Bella terkejut saat memasuki ruang kerja Sean, bukan Sean tetapi Rangga yang dia temui.“Di mana Pak Sean?” tanya Bella, wajah menyiratkan rasa kecewa, karena yang membuatnya tetap betah kerja adalah bisa berdua bersama Sean.“Dia sudah mulai cuti hari ini,” jawab Rangga dengan nada ketus dan sinis. “Dan di hari pertama saya mengambil alih tanggung jawab, kamu datang terlambat?” suara Rangga menggema di ruangan kantor Sean yang sekarang menjadi tempatnya bekerja sementara.Bella mendongak santai, tanpa rasa bersalah. “Saya ada urusan, Pak. Lagi pula, saya hanya izin kerja setengah hari.”Amarah Rangga meledak. “Setengah hari? Kau pikir perusahaan ini tempat bermain? Selama ini kau bekerja b
last updateLast Updated : 2024-12-29
Read more

237. Mengikuti Bella

Bella melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang, tatapannya lurus ke jalan di depan, tetapi pikirannya penuh dengan bayangan Sean. Bibirnya bergerak, berbicara pada dirinya sendiri, seolah mencoba meyakinkan hatinya yang tengah berkecamuk.“Aku yang pantas untuk Sean,” gumamnya pelan namun penuh penekanan.Matanya sedikit menyipit, menatap lurus ke depan sambil menahan emosi yang menggelegak di dadanya. “Miranda, aku bisa terima kalah darinya. Dia model, cantik, keluarganya kaya raya. Tapi Lila?” Bella mendengus sinis, jemarinya mencengkeram kemudi lebih erat hingga buku-bukunya memutih. “Perempuan biasa, keluarga miskin. Sean pantas mendapatkan yang lebih baik, dan itu aku!”Bella melirik pantulan dirinya di kaca spion, memastikan penampilan sempurna yang selalu ia banggakan. Rambutnya yang tertata rapi, riasan wajah tanpa bercela, semuanya seolah menjadi bukti bahwa ia adalah pasangan ideal bagi Sean.“Aku telah mendukungnya sejak awal, selalu ada untuknya. Aku lebih dari sekadar s
last updateLast Updated : 2024-12-30
Read more

238. Sisi Lain Bella

Bella melangkah memasuki bangunan apartemen sederhana yang lebih menyerupai rumah susun kumuh. Dindingnya penuh coretan dan retakan, lantainya kotor dengan aroma pengap yang menyeruak. Dia berjalan menyusuri koridor sempit menuju salah satu unit di ujung lorong, lalu membuka pintu tanpa ragu.Di dalam, ruangan itu tampak suram dengan perabotan tua dan minim pencahayaan. Bella meletakkan bungkus makanan dan obat-obatan yang dibawanya di atas meja. Wajahnya terlihat dingin, seperti menahan sesuatu yang berat di hatinya.Dia melangkah ke kamar sebelah, mendorong pintunya yang berderit. Di sana, Lila duduk di sudut ruangan di atas kasur tipis. Wajahnya pucat, rambutnya kusut, dan matanya tampak kehilangan harapan. Tangannya memegangi perut seolah ingin memberi perlindungan kepada anaknya.“Cepat keluar! Jangan cuma duduk seperti orang bodoh!” Bella membentak dengan nada kasar, matanya penuh amarah yang tak terselubung.Lila mendongak perlahan, tatapannya penuh ketakutan. “Untuk apa?” suar
last updateLast Updated : 2024-12-30
Read more

239. Ancaman Terselubung

Lila memegangi perutnya yang mulai terasa nyeri. Ia tahu ini bukan pertanda baik. Air mata terus mengalir, rasa takut merayapi tubuhnya. Bella, di sisi lain, tidak menunjukkan belas kasih sedikit pun.“Anak itu tidak seharusnya ada,” ucap Bella tanpa belas kasih. “Dan kau, Lila, tidak seharusnya hadir dalam hidup Sean.”Lila ingin membalas, ingin berkata sesuatu, tetapi tubuhnya terlalu lemah. Ia hanya bisa menggigit bibir, menahan erangan yang nyaris lolos.Keringat dingin membasahi pelipis Lila, dan ia merasa cairan hangat mengalir dari jalan lahirnya, membasahi kain lusuh yang menutupi kakinya. Matanya membelalak, kepanikan menjalari tubuhnya. Tangannya mencoba meraih Bella, memohon dengan suara yang serak, hampir tak terdengar.“Bella...” suara Lila terdengar serak, hampir tak terdengar. Ia mencoba meraih perhatian wanita itu, memohon dengan lirih.Rasa sakit semakin kuat di perut Lila. Ia menunduk, tubuhnya gemetar. Dalam hati, ia berdoa, memohon kekuatan untuk melindungi bayi ya
last updateLast Updated : 2024-12-31
Read more

240. Sean dan Vicky

Sean berdiri tegak, menatap Vicky dengan tatapan penuh kewaspadaan. Tubuhnya menegang, instingnya mengatakan bahwa ini bukan pertemuan biasa.“Di mana Lila?” tanya Sean sekali lagi, nadanya lebih tajam kali ini.Vicky tersenyum, berjalan perlahan mendekati Sean. Setiap langkahnya terasa seperti ancaman, meskipun ia tetap menjaga senyumnya yang memikat.“Saya tahu di mana dia,” ucap Vicky lembut, tetapi penuh kepastian. “Tapi, ada syaratnya.”Sean mengerutkan kening. “Syarat apa?”Vicky berhenti tepat di depannya, matanya menatap langsung ke dalam mata Sean. “Setelah kau menemukan Lila, kau harus menikahiku. Lila tak perlu tahu, Sean. Dia hanya masalah kecil. Kau dan aku ... kita bisa menjadi sesuatu yang lebih.”Sean menggelengkan kepala, ekspresinya berubah menjadi jijik. “Kau gila, Vicky. Permintaanmu tidak masuk akal.”Namun, Vicky tidak mundur. Senyumnya menghilang, digantikan oleh tatapan yang lebih serius. “Pikirkan baik-baik, Sean. Kau mencintainya, bukan? Jika kau ingin anak d
last updateLast Updated : 2024-12-31
Read more
PREV
1
...
202122232425
DMCA.com Protection Status