Share

237. Mengikuti Bella

Author: Henny Djayadi
last update Last Updated: 2024-12-30 17:11:37

Bella melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang, tatapannya lurus ke jalan di depan, tetapi pikirannya penuh dengan bayangan Sean. Bibirnya bergerak, berbicara pada dirinya sendiri, seolah mencoba meyakinkan hatinya yang tengah berkecamuk.

“Aku yang pantas untuk Sean,” gumamnya pelan namun penuh penekanan.

Matanya sedikit menyipit, menatap lurus ke depan sambil menahan emosi yang menggelegak di dadanya. “Miranda, aku bisa terima kalah darinya. Dia model, cantik, keluarganya kaya raya. Tapi Lila?” Bella mendengus sinis, jemarinya mencengkeram kemudi lebih erat hingga buku-bukunya memutih. “Perempuan biasa, keluarga miskin. Sean pantas mendapatkan yang lebih baik, dan itu aku!”

Bella melirik pantulan dirinya di kaca spion, memastikan penampilan sempurna yang selalu ia banggakan. Rambutnya yang tertata rapi, riasan wajah tanpa bercela, semuanya seolah menjadi bukti bahwa ia adalah pasangan ideal bagi Sean.

“Aku telah mendukungnya sejak awal, selalu ada untuknya. Aku lebih dari sekadar s
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Priskila Hendi
Sepertinya 100 bab lagi baru tamat, yg artinya 3 bulan lagi wkwkwk
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   238. Sisi Lain Bella

    Bella melangkah memasuki bangunan apartemen sederhana yang lebih menyerupai rumah susun kumuh. Dindingnya penuh coretan dan retakan, lantainya kotor dengan aroma pengap yang menyeruak. Dia berjalan menyusuri koridor sempit menuju salah satu unit di ujung lorong, lalu membuka pintu tanpa ragu.Di dalam, ruangan itu tampak suram dengan perabotan tua dan minim pencahayaan. Bella meletakkan bungkus makanan dan obat-obatan yang dibawanya di atas meja. Wajahnya terlihat dingin, seperti menahan sesuatu yang berat di hatinya.Dia melangkah ke kamar sebelah, mendorong pintunya yang berderit. Di sana, Lila duduk di sudut ruangan di atas kasur tipis. Wajahnya pucat, rambutnya kusut, dan matanya tampak kehilangan harapan. Tangannya memegangi perut seolah ingin memberi perlindungan kepada anaknya.“Cepat keluar! Jangan cuma duduk seperti orang bodoh!” Bella membentak dengan nada kasar, matanya penuh amarah yang tak terselubung.Lila mendongak perlahan, tatapannya penuh ketakutan. “Untuk apa?” suar

    Last Updated : 2024-12-30
  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   239. Ancaman Terselubung

    Lila memegangi perutnya yang mulai terasa nyeri. Ia tahu ini bukan pertanda baik. Air mata terus mengalir, rasa takut merayapi tubuhnya. Bella, di sisi lain, tidak menunjukkan belas kasih sedikit pun.“Anak itu tidak seharusnya ada,” ucap Bella tanpa belas kasih. “Dan kau, Lila, tidak seharusnya hadir dalam hidup Sean.”Lila ingin membalas, ingin berkata sesuatu, tetapi tubuhnya terlalu lemah. Ia hanya bisa menggigit bibir, menahan erangan yang nyaris lolos.Keringat dingin membasahi pelipis Lila, dan ia merasa cairan hangat mengalir dari jalan lahirnya, membasahi kain lusuh yang menutupi kakinya. Matanya membelalak, kepanikan menjalari tubuhnya. Tangannya mencoba meraih Bella, memohon dengan suara yang serak, hampir tak terdengar.“Bella...” suara Lila terdengar serak, hampir tak terdengar. Ia mencoba meraih perhatian wanita itu, memohon dengan lirih.Rasa sakit semakin kuat di perut Lila. Ia menunduk, tubuhnya gemetar. Dalam hati, ia berdoa, memohon kekuatan untuk melindungi bayi ya

    Last Updated : 2024-12-31
  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   240. Sean dan Vicky

    Sean berdiri tegak, menatap Vicky dengan tatapan penuh kewaspadaan. Tubuhnya menegang, instingnya mengatakan bahwa ini bukan pertemuan biasa.“Di mana Lila?” tanya Sean sekali lagi, nadanya lebih tajam kali ini.Vicky tersenyum, berjalan perlahan mendekati Sean. Setiap langkahnya terasa seperti ancaman, meskipun ia tetap menjaga senyumnya yang memikat.“Saya tahu di mana dia,” ucap Vicky lembut, tetapi penuh kepastian. “Tapi, ada syaratnya.”Sean mengerutkan kening. “Syarat apa?”Vicky berhenti tepat di depannya, matanya menatap langsung ke dalam mata Sean. “Setelah kau menemukan Lila, kau harus menikahiku. Lila tak perlu tahu, Sean. Dia hanya masalah kecil. Kau dan aku ... kita bisa menjadi sesuatu yang lebih.”Sean menggelengkan kepala, ekspresinya berubah menjadi jijik. “Kau gila, Vicky. Permintaanmu tidak masuk akal.”Namun, Vicky tidak mundur. Senyumnya menghilang, digantikan oleh tatapan yang lebih serius. “Pikirkan baik-baik, Sean. Kau mencintainya, bukan? Jika kau ingin anak d

    Last Updated : 2024-12-31
  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   241. Amarah yang Tak Tertahan

    Vicky merasakan impiannya menjadi nyata, dia bisa begitu dekat dengan Sean. Bahkan, saat ini dia bisa dengan liar melabuhkan bibirnya di dada bidang Sean yang selama ini hanya bisa dia bayangkan.Suara desahan penuh frustasi dari Sean dianggap lampu hijau bagi Vicky. Hingga instruktur senam bertubuh aduhai itu, menggerakkan tangan mencoba membuka gesper sabuk yang melingkar di pinggang Sean.“Oh ... Sean!” teriak Vicky dengan keras.Belum sempat terbuka, Vicky dikejutkan oleh Sean yang tiba-tiba menarik rambutnya dengan sekuat tenaga. Bukan hanya rambutnya yang terasa hampir tercerabut, tetapi Vicky merasakan sakit di kulit kepala hingga lehernya.“Katakan di mana Lila berada?” Sean berteriak dengan keras sambil menarik rambut Vicky.Tidak peduli dengan Vicky yang mengaduh kesakitan, Sean menarik rambut semakin keras saat jawaban tidak juga dia dapatkan.“Katakan di mana Lila berada?” tanya Sean sekali lagi, dengan gigi yang beradu dan rahang yang mengeras.“Aku akan mengatakan padamu

    Last Updated : 2025-01-01
  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   242. Putus Asa

    Sean menatap Selo Ardi dengan tatapan tajam, seperti bara api yang tak kunjung padam. Tetapi tak ada perlawanan dari Sean. Amarah Sean mulai surut, meski dadanya masih naik turun, menunjukkan jika dia berusaha untuk mengendalikan dirinya."Dia tahu di mana Lila," gumam Sean dengan suara serak. “Tapi dia mencoba mempermainkan aku," sambung Sean, suaranya lebih lirih namun tetap penuh bara dan luka.Selo Ardi, yang berdiri dengan punggung tegap, melirik sekilas ke arah Vicky. Sebuah pemandangan yang sangat mengenaskan."Kalian urus perempuan ini," perintah Selo Ardi kepada dua anak buahnya yang berdiri di sudut ruangan. "Pastikan dia mendapat perawatan yang layak. Dan jangan ada yang melaporkan hal ini ke polisi. Kita tidak butuh masalah tambahan."Vicky hanya bisa menangis pelan di lantai, tubuhnya menggigil. Hatinya penuh penyesalan, tetapi juga ketakutan. Wajah garang Sean masih terbayang di benaknya, seperti bayangan buruk yang sulit dihapus. Dahulu Vicky pernah mendengar cerita d

    Last Updated : 2025-01-01
  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   243. Keselamatan Dua Nyawa

    Bella menggertakkan giginya, berusaha menarik tubuh Lila yang lunglai untuk kembali ke kamarnya. Tubuh perempuan hamil itu berat, terlalu berat untuk dipindahkan oleh Bella seorang diri. Matanya berkilat jijik saat melihat cairan yang membasahi pakaian Lila.“Benar-benar manusia tidak berguna, bisanya hanya nyusahin saja,” ucap Bella yang terlihap putus asa karena tubuh Lila yang berat.Bella hampir menyerah ketika suara ketukan pintu menggetarkan udara. Dia berhenti sejenak, menarik napas panjang. Harapan melintas di wajahnya. Pasti Vicky, pikirnya, satu-satunya orang yang tahu bahwa dia ada di sini. Tanpa berpikir panjang, Bella berjalan tergesa ke pintu.Namun, saat pintu terbuka, harapannya langsung berubah menjadi mimpi buruk. Bukan Vicky yang berdiri di sana, melainkan Sekar, Theo, dan beberapa pria berbadan besar yang menatapnya seperti singa lapar. Tatapan dingin Sekar menembus seperti pisau, memaku Bella di tempat. Bibirnya melengkung tipis, seperti menyimpan amarah yang siap

    Last Updated : 2025-01-02
  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   244. Sebuah Tamparan

    Mobil berhenti mendadak tepat di depan pintu unit gawat darurat. Theo keluar dengan langkah cepat, menghampiri petugas medis yang berjaga di depan pintu. Wajahnya tegang, napasnya memburu."Saya butuh bantuan segera! Pasien dalam kondisi kritis!" suara Theo terdengar keras dan tegas, hampir seperti perintah.Petugas medis yang berjaga tidak membuang waktu. Dalam hitungan detik, mereka memanggil tim perawat dengan brankar. Theo membuka pintu belakang mobil, menunjuk ke arah Lila yang terbaring pucat, matanya terpejam, tubuhnya terlihat tak berdaya.“Hati-hati,” ucap Sekar dengan nada rendah namun mendesak saat para perawat memindahkan tubuh Lila ke atas brankar.Sekar turun dari mobil, mengikuti di belakang dengan langkah cepat. Wajah perempuan paruh baya itu dipenuhi kecemasan, namun dia berusaha keras untuk tetap terlihat tenang. Tatapan matanya tidak lepas dari tubuh Lila.Brankar meluncur dengan cepat melewati pintu unit gawat darurat menuju ruang pemeriksaan. Di ujung lorong, Dokt

    Last Updated : 2025-01-02
  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   245. Penghakiman yang Menyakitkan

    Sean berdiri membeku di depan Sekar. Wajahnya tertunduk, tangan menggenggam erat di sisinya. Tamparan di pipinya masih terasa panas, namun itu tak seberapa dibandingkan kata-kata tajam yang baru saja dilontarkan ibunya, Sekar. Kata-kata itu berputar di kepalanya seperti belati yang terus-menerus menorehkan luka baru di hatinya.“Ini semua salahmu, Sean!” Suara Sekar meledak, penuh amarah yang sudah lama dipendam. Sekar menatap putranya dengan api kemarahan di matanya. Suaranya naik turun, penuh emosi.“Apa kau tahu betapa menderitanya Lila? Apa kau tahu betapa dekatnya dia dengan bahaya? Tidak, tentu saja kau tidak tahu! Kau terlalu sibuk melindungi Andika dan Ryan, orang-orang yang bahkan tidak layak untuk kau bela!”Sean hanya bisa menunduk mendengar segala ucapan Sekar. Dia tahu apa yang dikatakan sang mama benar, meskipun terdengar begitu menyakitkan. Ia tidak bisa membela diri, tidak bisa menyangkal. Sekar melangkah mendekat, menatap putranya dengan pandangan penuh amarah yang me

    Last Updated : 2025-01-02

Latest chapter

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   245. Penghakiman yang Menyakitkan

    Sean berdiri membeku di depan Sekar. Wajahnya tertunduk, tangan menggenggam erat di sisinya. Tamparan di pipinya masih terasa panas, namun itu tak seberapa dibandingkan kata-kata tajam yang baru saja dilontarkan ibunya, Sekar. Kata-kata itu berputar di kepalanya seperti belati yang terus-menerus menorehkan luka baru di hatinya.“Ini semua salahmu, Sean!” Suara Sekar meledak, penuh amarah yang sudah lama dipendam. Sekar menatap putranya dengan api kemarahan di matanya. Suaranya naik turun, penuh emosi.“Apa kau tahu betapa menderitanya Lila? Apa kau tahu betapa dekatnya dia dengan bahaya? Tidak, tentu saja kau tidak tahu! Kau terlalu sibuk melindungi Andika dan Ryan, orang-orang yang bahkan tidak layak untuk kau bela!”Sean hanya bisa menunduk mendengar segala ucapan Sekar. Dia tahu apa yang dikatakan sang mama benar, meskipun terdengar begitu menyakitkan. Ia tidak bisa membela diri, tidak bisa menyangkal. Sekar melangkah mendekat, menatap putranya dengan pandangan penuh amarah yang me

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   244. Sebuah Tamparan

    Mobil berhenti mendadak tepat di depan pintu unit gawat darurat. Theo keluar dengan langkah cepat, menghampiri petugas medis yang berjaga di depan pintu. Wajahnya tegang, napasnya memburu."Saya butuh bantuan segera! Pasien dalam kondisi kritis!" suara Theo terdengar keras dan tegas, hampir seperti perintah.Petugas medis yang berjaga tidak membuang waktu. Dalam hitungan detik, mereka memanggil tim perawat dengan brankar. Theo membuka pintu belakang mobil, menunjuk ke arah Lila yang terbaring pucat, matanya terpejam, tubuhnya terlihat tak berdaya.“Hati-hati,” ucap Sekar dengan nada rendah namun mendesak saat para perawat memindahkan tubuh Lila ke atas brankar.Sekar turun dari mobil, mengikuti di belakang dengan langkah cepat. Wajah perempuan paruh baya itu dipenuhi kecemasan, namun dia berusaha keras untuk tetap terlihat tenang. Tatapan matanya tidak lepas dari tubuh Lila.Brankar meluncur dengan cepat melewati pintu unit gawat darurat menuju ruang pemeriksaan. Di ujung lorong, Dokt

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   243. Keselamatan Dua Nyawa

    Bella menggertakkan giginya, berusaha menarik tubuh Lila yang lunglai untuk kembali ke kamarnya. Tubuh perempuan hamil itu berat, terlalu berat untuk dipindahkan oleh Bella seorang diri. Matanya berkilat jijik saat melihat cairan yang membasahi pakaian Lila.“Benar-benar manusia tidak berguna, bisanya hanya nyusahin saja,” ucap Bella yang terlihap putus asa karena tubuh Lila yang berat.Bella hampir menyerah ketika suara ketukan pintu menggetarkan udara. Dia berhenti sejenak, menarik napas panjang. Harapan melintas di wajahnya. Pasti Vicky, pikirnya, satu-satunya orang yang tahu bahwa dia ada di sini. Tanpa berpikir panjang, Bella berjalan tergesa ke pintu.Namun, saat pintu terbuka, harapannya langsung berubah menjadi mimpi buruk. Bukan Vicky yang berdiri di sana, melainkan Sekar, Theo, dan beberapa pria berbadan besar yang menatapnya seperti singa lapar. Tatapan dingin Sekar menembus seperti pisau, memaku Bella di tempat. Bibirnya melengkung tipis, seperti menyimpan amarah yang siap

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   242. Putus Asa

    Sean menatap Selo Ardi dengan tatapan tajam, seperti bara api yang tak kunjung padam. Tetapi tak ada perlawanan dari Sean. Amarah Sean mulai surut, meski dadanya masih naik turun, menunjukkan jika dia berusaha untuk mengendalikan dirinya."Dia tahu di mana Lila," gumam Sean dengan suara serak. “Tapi dia mencoba mempermainkan aku," sambung Sean, suaranya lebih lirih namun tetap penuh bara dan luka.Selo Ardi, yang berdiri dengan punggung tegap, melirik sekilas ke arah Vicky. Sebuah pemandangan yang sangat mengenaskan."Kalian urus perempuan ini," perintah Selo Ardi kepada dua anak buahnya yang berdiri di sudut ruangan. "Pastikan dia mendapat perawatan yang layak. Dan jangan ada yang melaporkan hal ini ke polisi. Kita tidak butuh masalah tambahan."Vicky hanya bisa menangis pelan di lantai, tubuhnya menggigil. Hatinya penuh penyesalan, tetapi juga ketakutan. Wajah garang Sean masih terbayang di benaknya, seperti bayangan buruk yang sulit dihapus. Dahulu Vicky pernah mendengar cerita d

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   241. Amarah yang Tak Tertahan

    Vicky merasakan impiannya menjadi nyata, dia bisa begitu dekat dengan Sean. Bahkan, saat ini dia bisa dengan liar melabuhkan bibirnya di dada bidang Sean yang selama ini hanya bisa dia bayangkan.Suara desahan penuh frustasi dari Sean dianggap lampu hijau bagi Vicky. Hingga instruktur senam bertubuh aduhai itu, menggerakkan tangan mencoba membuka gesper sabuk yang melingkar di pinggang Sean.“Oh ... Sean!” teriak Vicky dengan keras.Belum sempat terbuka, Vicky dikejutkan oleh Sean yang tiba-tiba menarik rambutnya dengan sekuat tenaga. Bukan hanya rambutnya yang terasa hampir tercerabut, tetapi Vicky merasakan sakit di kulit kepala hingga lehernya.“Katakan di mana Lila berada?” Sean berteriak dengan keras sambil menarik rambut Vicky.Tidak peduli dengan Vicky yang mengaduh kesakitan, Sean menarik rambut semakin keras saat jawaban tidak juga dia dapatkan.“Katakan di mana Lila berada?” tanya Sean sekali lagi, dengan gigi yang beradu dan rahang yang mengeras.“Aku akan mengatakan padamu

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   240. Sean dan Vicky

    Sean berdiri tegak, menatap Vicky dengan tatapan penuh kewaspadaan. Tubuhnya menegang, instingnya mengatakan bahwa ini bukan pertemuan biasa.“Di mana Lila?” tanya Sean sekali lagi, nadanya lebih tajam kali ini.Vicky tersenyum, berjalan perlahan mendekati Sean. Setiap langkahnya terasa seperti ancaman, meskipun ia tetap menjaga senyumnya yang memikat.“Saya tahu di mana dia,” ucap Vicky lembut, tetapi penuh kepastian. “Tapi, ada syaratnya.”Sean mengerutkan kening. “Syarat apa?”Vicky berhenti tepat di depannya, matanya menatap langsung ke dalam mata Sean. “Setelah kau menemukan Lila, kau harus menikahiku. Lila tak perlu tahu, Sean. Dia hanya masalah kecil. Kau dan aku ... kita bisa menjadi sesuatu yang lebih.”Sean menggelengkan kepala, ekspresinya berubah menjadi jijik. “Kau gila, Vicky. Permintaanmu tidak masuk akal.”Namun, Vicky tidak mundur. Senyumnya menghilang, digantikan oleh tatapan yang lebih serius. “Pikirkan baik-baik, Sean. Kau mencintainya, bukan? Jika kau ingin anak d

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   239. Ancaman Terselubung

    Lila memegangi perutnya yang mulai terasa nyeri. Ia tahu ini bukan pertanda baik. Air mata terus mengalir, rasa takut merayapi tubuhnya. Bella, di sisi lain, tidak menunjukkan belas kasih sedikit pun.“Anak itu tidak seharusnya ada,” ucap Bella tanpa belas kasih. “Dan kau, Lila, tidak seharusnya hadir dalam hidup Sean.”Lila ingin membalas, ingin berkata sesuatu, tetapi tubuhnya terlalu lemah. Ia hanya bisa menggigit bibir, menahan erangan yang nyaris lolos.Keringat dingin membasahi pelipis Lila, dan ia merasa cairan hangat mengalir dari jalan lahirnya, membasahi kain lusuh yang menutupi kakinya. Matanya membelalak, kepanikan menjalari tubuhnya. Tangannya mencoba meraih Bella, memohon dengan suara yang serak, hampir tak terdengar.“Bella...” suara Lila terdengar serak, hampir tak terdengar. Ia mencoba meraih perhatian wanita itu, memohon dengan lirih.Rasa sakit semakin kuat di perut Lila. Ia menunduk, tubuhnya gemetar. Dalam hati, ia berdoa, memohon kekuatan untuk melindungi bayi ya

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   238. Sisi Lain Bella

    Bella melangkah memasuki bangunan apartemen sederhana yang lebih menyerupai rumah susun kumuh. Dindingnya penuh coretan dan retakan, lantainya kotor dengan aroma pengap yang menyeruak. Dia berjalan menyusuri koridor sempit menuju salah satu unit di ujung lorong, lalu membuka pintu tanpa ragu.Di dalam, ruangan itu tampak suram dengan perabotan tua dan minim pencahayaan. Bella meletakkan bungkus makanan dan obat-obatan yang dibawanya di atas meja. Wajahnya terlihat dingin, seperti menahan sesuatu yang berat di hatinya.Dia melangkah ke kamar sebelah, mendorong pintunya yang berderit. Di sana, Lila duduk di sudut ruangan di atas kasur tipis. Wajahnya pucat, rambutnya kusut, dan matanya tampak kehilangan harapan. Tangannya memegangi perut seolah ingin memberi perlindungan kepada anaknya.“Cepat keluar! Jangan cuma duduk seperti orang bodoh!” Bella membentak dengan nada kasar, matanya penuh amarah yang tak terselubung.Lila mendongak perlahan, tatapannya penuh ketakutan. “Untuk apa?” suar

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   237. Mengikuti Bella

    Bella melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang, tatapannya lurus ke jalan di depan, tetapi pikirannya penuh dengan bayangan Sean. Bibirnya bergerak, berbicara pada dirinya sendiri, seolah mencoba meyakinkan hatinya yang tengah berkecamuk.“Aku yang pantas untuk Sean,” gumamnya pelan namun penuh penekanan.Matanya sedikit menyipit, menatap lurus ke depan sambil menahan emosi yang menggelegak di dadanya. “Miranda, aku bisa terima kalah darinya. Dia model, cantik, keluarganya kaya raya. Tapi Lila?” Bella mendengus sinis, jemarinya mencengkeram kemudi lebih erat hingga buku-bukunya memutih. “Perempuan biasa, keluarga miskin. Sean pantas mendapatkan yang lebih baik, dan itu aku!”Bella melirik pantulan dirinya di kaca spion, memastikan penampilan sempurna yang selalu ia banggakan. Rambutnya yang tertata rapi, riasan wajah tanpa bercela, semuanya seolah menjadi bukti bahwa ia adalah pasangan ideal bagi Sean.“Aku telah mendukungnya sejak awal, selalu ada untuknya. Aku lebih dari sekadar s

DMCA.com Protection Status