Share

241. Amarah yang Tak Tertahan

Author: Henny Djayadi
last update Last Updated: 2025-01-01 00:48:05

Vicky merasakan impiannya menjadi nyata, dia bisa begitu dekat dengan Sean. Bahkan, saat ini dia bisa dengan liar melabuhkan bibirnya di dada bidang Sean yang selama ini hanya bisa dia bayangkan.

Suara desahan penuh frustasi dari Sean dianggap lampu hijau bagi Vicky. Hingga instruktur senam bertubuh aduhai itu, menggerakkan tangan mencoba membuka gesper sabuk yang melingkar di pinggang Sean.

“Oh ... Sean!” teriak Vicky dengan keras.

Belum sempat terbuka, Vicky dikejutkan oleh Sean yang tiba-tiba menarik rambutnya dengan sekuat tenaga. Bukan hanya rambutnya yang terasa hampir tercerabut, tetapi Vicky merasakan sakit di kulit kepala hingga lehernya.

“Katakan di mana Lila berada?” Sean berteriak dengan keras sambil menarik rambut Vicky.

Tidak peduli dengan Vicky yang mengaduh kesakitan, Sean menarik rambut semakin keras saat jawaban tidak juga dia dapatkan.

“Katakan di mana Lila berada?” tanya Sean sekali lagi, dengan gigi yang beradu dan rahang yang mengeras.

“Aku akan mengatakan padamu
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App
Comments (3)
goodnovel comment avatar
Faidah Waidah
untung Sean cpt sadar kalau nggak bisa terjadi sesuatu yang fatal, bikin syok aja tuh si vicky biar kapok biar gak godain suami orang lagi
goodnovel comment avatar
Michellyn
dlm keadaan Sean lagi cemas sma isterinya bagaimana kmu bisa memikir utk menggoda Sean. memang mencari maut kmu vicky.
goodnovel comment avatar
Tety Juniarwati Saragih
Wanita penggoda kayak si Viki mmg cocok ditaruh ditempat pelacuran, Wanita kok murahan, punya wajah cantik karir oke, suka nya sama suami orang.Untung Sean sadar, puas sech liatt Vicky baabak belur...keren thor
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   242. Putus Asa

    Sean menatap Selo Ardi dengan tatapan tajam, seperti bara api yang tak kunjung padam. Tetapi tak ada perlawanan dari Sean. Amarah Sean mulai surut, meski dadanya masih naik turun, menunjukkan jika dia berusaha untuk mengendalikan dirinya."Dia tahu di mana Lila," gumam Sean dengan suara serak. “Tapi dia mencoba mempermainkan aku," sambung Sean, suaranya lebih lirih namun tetap penuh bara dan luka.Selo Ardi, yang berdiri dengan punggung tegap, melirik sekilas ke arah Vicky. Sebuah pemandangan yang sangat mengenaskan."Kalian urus perempuan ini," perintah Selo Ardi kepada dua anak buahnya yang berdiri di sudut ruangan. "Pastikan dia mendapat perawatan yang layak. Dan jangan ada yang melaporkan hal ini ke polisi. Kita tidak butuh masalah tambahan."Vicky hanya bisa menangis pelan di lantai, tubuhnya menggigil. Hatinya penuh penyesalan, tetapi juga ketakutan. Wajah garang Sean masih terbayang di benaknya, seperti bayangan buruk yang sulit dihapus. Dahulu Vicky pernah mendengar cerita d

    Last Updated : 2025-01-01
  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   243. Keselamatan Dua Nyawa

    Bella menggertakkan giginya, berusaha menarik tubuh Lila yang lunglai untuk kembali ke kamarnya. Tubuh perempuan hamil itu berat, terlalu berat untuk dipindahkan oleh Bella seorang diri. Matanya berkilat jijik saat melihat cairan yang membasahi pakaian Lila.“Benar-benar manusia tidak berguna, bisanya hanya nyusahin saja,” ucap Bella yang terlihap putus asa karena tubuh Lila yang berat.Bella hampir menyerah ketika suara ketukan pintu menggetarkan udara. Dia berhenti sejenak, menarik napas panjang. Harapan melintas di wajahnya. Pasti Vicky, pikirnya, satu-satunya orang yang tahu bahwa dia ada di sini. Tanpa berpikir panjang, Bella berjalan tergesa ke pintu.Namun, saat pintu terbuka, harapannya langsung berubah menjadi mimpi buruk. Bukan Vicky yang berdiri di sana, melainkan Sekar, Theo, dan beberapa pria berbadan besar yang menatapnya seperti singa lapar. Tatapan dingin Sekar menembus seperti pisau, memaku Bella di tempat. Bibirnya melengkung tipis, seperti menyimpan amarah yang siap

    Last Updated : 2025-01-02
  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   244. Sebuah Tamparan

    Mobil berhenti mendadak tepat di depan pintu unit gawat darurat. Theo keluar dengan langkah cepat, menghampiri petugas medis yang berjaga di depan pintu. Wajahnya tegang, napasnya memburu."Saya butuh bantuan segera! Pasien dalam kondisi kritis!" suara Theo terdengar keras dan tegas, hampir seperti perintah.Petugas medis yang berjaga tidak membuang waktu. Dalam hitungan detik, mereka memanggil tim perawat dengan brankar. Theo membuka pintu belakang mobil, menunjuk ke arah Lila yang terbaring pucat, matanya terpejam, tubuhnya terlihat tak berdaya.“Hati-hati,” ucap Sekar dengan nada rendah namun mendesak saat para perawat memindahkan tubuh Lila ke atas brankar.Sekar turun dari mobil, mengikuti di belakang dengan langkah cepat. Wajah perempuan paruh baya itu dipenuhi kecemasan, namun dia berusaha keras untuk tetap terlihat tenang. Tatapan matanya tidak lepas dari tubuh Lila.Brankar meluncur dengan cepat melewati pintu unit gawat darurat menuju ruang pemeriksaan. Di ujung lorong, Dokt

    Last Updated : 2025-01-02
  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   245. Penghakiman yang Menyakitkan

    Sean berdiri membeku di depan Sekar. Wajahnya tertunduk, tangan menggenggam erat di sisinya. Tamparan di pipinya masih terasa panas, namun itu tak seberapa dibandingkan kata-kata tajam yang baru saja dilontarkan ibunya, Sekar. Kata-kata itu berputar di kepalanya seperti belati yang terus-menerus menorehkan luka baru di hatinya.“Ini semua salahmu, Sean!” Suara Sekar meledak, penuh amarah yang sudah lama dipendam. Sekar menatap putranya dengan api kemarahan di matanya. Suaranya naik turun, penuh emosi.“Apa kau tahu betapa menderitanya Lila? Apa kau tahu betapa dekatnya dia dengan bahaya? Tidak, tentu saja kau tidak tahu! Kau terlalu sibuk melindungi Andika dan Ryan, orang-orang yang bahkan tidak layak untuk kau bela!”Sean hanya bisa menunduk mendengar segala ucapan Sekar. Dia tahu apa yang dikatakan sang mama benar, meskipun terdengar begitu menyakitkan. Ia tidak bisa membela diri, tidak bisa menyangkal. Sekar melangkah mendekat, menatap putranya dengan pandangan penuh amarah yang me

    Last Updated : 2025-01-02
  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   246. Suami Sampah

    Sean berdiri mematung di depan pintu ruang perawatan Lila. Dari tempatnya, dia bisa melihat penjagaan ketat yang diatur oleh Sekar. Meski tidak mencolok, keberadaan beberapa pria bertubuh kekar di sekitar area itu sudah cukup memberi peringatan bahwa Sekar tak main-main. Perempuan itu bersikeras melindungi Lila dan tidak akan membiarkan Sean mendekat begitu saja.Perasaan bersalah dan amarah bercampur dalam dada Sean. Dia tahu situasinya rumit, tapi hati kecilnya tetap berbisik bahwa sebagai suami dan ayah, dirinya punya hak.Dengan berat Sean bergerak menjauh dari pintu itu. Dia mengayunkan langkahnya menuju arah yang lain, ruang NICU. Di sana, dua anak buah Theo berjaga dengan postur kaku dan wajah tanpa ekspresi. Mereka mencoba menghalangi Sean untuk memasuki ruang tersebut.“Aku hanya ingin melihat keadaan anakku,” ucap Sean terdengar memohon.“Kami hanya menjalankan perintah, hanya Bu Sekar yang boleh melihat cucunya.” Salah satu dari anak buah Theo memberanikan diri untuk mengha

    Last Updated : 2025-01-03
  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   247. Sean yang Tak Berdaya

    Ryan duduk diam di hadapan ayahnya, mencoba mencerna semua informasi yang baru saja disampaikan. Dia yang mendampingi masa-masa awal kehamilan Lila masih ingat kapan seharusnya persalinan itu terjadi.“Bukankah ini belum waktunya?” tanya Ryan mencoba memastikan.“Ya, bayi itu lahir prematur. Dan sekarang harus mendapat perawat intensif di inkubator.” Andika tidak bisa menutupi kesedihannya, meskipun kelahiran bayi itu akan membuatnya kehilangan kekayaan tetapi dia tetap menyayangi cucunya.“Apa ini ada hubungannya dengan penculikan itu? Papa tahu siapa yang melakukannya?”Andika mengangguk pelan lalu menghela napas panjang sebelum mulai berbicara. “Sekretaris Sean,” jawab Andika singkat.“Sekar berhasil melacaknya dan menyelamatkan Lila. Tapi Lila harus melahirkan sebelum waktunya, karena sekretaris Sean memberikan obat yang memacu kontraksi.”Ryan mengangguk, merasakan ketegangan menggumpal di dadanya. “Bagaimana keadaan bayinya?” tanyanya pelan.“Bayinya di NICU,” Andika menjawab, w

    Last Updated : 2025-01-03
  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   248. Brilian Anugrah Wismoyojati

    “Ma, sekarang bukan waktu yang tepat untuk membicarakan masalah harta. Bagiku Lila dan putranya jauh lebih berharga dari itu semua.”“Kau mengatakan mereka lebih berharga, tapi nyatakan keselamatan mereka yang kau abaikan. Apa yang menimpa Lila dan anakmu itu semua karena kebodohanmu, dan sampai sekarang tampaknya kau belum menyadarinya.” Sekar menggelengkan kepala menunjukkan rasa kecewa yang mendalam kepada Sean. “Sampai saat ini kau masih mempertahankan pendirianmu untuk menjadi penjaga bagi tukang selingkuh itu dan anak haramnya.”“Bukan begitu, Ma. Aku hanya ingin ….”“Jika tidak seperti itu, seharusnya sejak mengetahui Lila hamil, kau sudah menandatangi surat-surat pengalihan perusahaan, dan juga kau bisa membuat Lila melakukah hal sama. Bukan malah menjauhkan dia dari aku.”Sean hanya diam, saat ini otaknya sedang dipenuhi oleh Lila dan anaknya yang sedang berjuang untuk bertahan hidup. Tetapi di sini dia justru sibuk membicarakan harta yang tidak aka nada harganya lagi jika sa

    Last Updated : 2025-01-03
  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   249. Keadaan Lila

    Sean melangkah memasuki ruang perawatan Lila dengan napas tertahan. Setiap langkah terasa berat, seolah setiap inci mendekat ke tempat Lila berbaring menambah beban yang menghimpit dadanya.Di hadapannya, tubuh istrinya yang dulu penuh energi kini terbaring lemah, tak berdaya. Beberapa alat bantu medis menempel di tubuh Lila, memberikan tanda-tanda kehidupan yang rapuh.Sean mendekat, tangan gemetar menyentuh ujung jari Lila yang dingin. Wajahnya pucat, seakan kehilangan cahaya yang dulu selalu membuatnya tersenyum."Maafkan aku, Lil," bisik Sean lirih, kata-kata itu terasa seperti belati yang menusuk dirinya sendiri.Dia mengingat setiap kejadian yang membawa mereka ke titik ini. Keputusannya, kelalaiannya, kesalahannya, semua berputar di kepalanya seperti film buruk yang tak kunjung usai. Pandangannya beralih ke perut Lila yang rata, tempat di mana putra mereka pernah berada. Brilian Anugrah Wismoyojati, nama yang ia berikan untuk bayi kecil yang kini juga berjuang di ruang NICU.Ai

    Last Updated : 2025-01-04

Latest chapter

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   409. Di Luar Kendali

    Jika Ryan sedang merencanakan akan memiliki anak lagi, berbeda dengan Sean yang sedang berbahagia dengan kehamilan kembar Lila.Pagi itu, Lila sedang merapikan dasi Sean. Perutnya yang semakin membesar cukup menghalangi pekerjaan mudah itu. Bukan karena jarak yang semakin menjauh, tetapi lebih karena sean yang sering menunduk dan terus memainkan tangan di perutnya yang mengganggu konsentrasinya.“Kapan pemeriksaan berikutnya?” tanya Sean yang terlihat sudah tidak sabar.“Minggu depan,” jawab singkat Lila, yang terpaksa menyingkirkan tangan Sean dari perutnya.Karena merasa geli, Lila sampai salah mengikatkan dasi. Sesuatu yang sebenarnya sudah hafal di luar kepala.Kehamilan Lila yang kini memasuki bulan kelima membuat semakin penasaran dengan jenis kelamin bayi kembar mereka.“Bukankah pemeriksaan besok sudah bisa melihat jenis kelamin mereka?”Lila hanya menjawab dengan deheman, saat dia menyelesaikan kegiatan mengikat dasi sampai rapi."Aku yakin mereka perempuan," kata Sean penuh

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   408. Mengakhiri Duka

    Sesampainya di rumah, Rina sudah menunggu di depan pintu dengan ekspresi penuh harap. Saat pintu mobil terbuka, ia tersenyum lega melihat Renasya melompat keluar dari sisi lain mobil dan berlari menghampirinya."Mama! Lihat ini!" seru Renasya, mengangkat bola basket kecil yang diberikan Brilian.Rina tersenyum, tetapi segera menggeleng. "Tapi Rena tidak boleh main basket di dalam rumah."Renasya mengerucutkan bibir sambil mengalihkan pandangannya ke arah sang papa. "Tapi Papa tadi sudah izinin."Ryan yang baru turun dari mobil tertawa kecil. "Papa mengizinkan main, tapi di taman kompleks. Bukan di dalam rumah."Renasya tampak kecewa. "Tapi aku mau main sekarang..."Ryan mengusap kepala putrinya. "Kalau Rena mau main basket, bisa main lagi ke rumah Kak Brili."Mata Renasya langsung berbinar. "Beneran, Pa? Aku bisa main sama Kak Brili lagi?"Ryan mengangguk, dan Renasya langsung bersorak gembira. Sementara itu, Rina menatap suaminya dengan ekspresi tidak percaya. Ada sesuatu dalam cara

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   407. Ibu Baru

    Ryan tertawa lepas di hadapan Sekar, sungguh dia tidak menduga perempuan tegar di hadapannya memiliki selera humor yang cukup aneh baginya.“Apa salahnya kau menitipkan Renasya di rumah ini. sekaligus mendekatkan Brili dan Rena, bagaimana pun mereka itu saudara,” ucap Sekar dengan ekspresi wajah yang datar, meski Ryan belum bisa menghentikan tawanya.“Bukan masalah yang itu,” sahut Ryan sambil menahan tawa.“Ya, apa salahnya kalau kamu menikmati bulan madu bersama Rina untuk melepaskan semua kesedihan?” Sekar terdiam menunggu jawaban dari Ryan.Ryan mengalihkan pandangan sambil menyembunyikan senyum. Ayah satu anak tidak pernah menduga jika dia bisa tertawa lepas bersama Sekar.“Apa salahnya Renasya memiliki adik? Biar dia tidak kesepian.”“Tidak ada yang salah,” jawab Ryan dengan kepala menunduk, tawanya meredup, berganti dengan sesuatu yang lain.Mata Ryan berkaca-kaca, napasnya tersendat. Sekar diam, menunggu, membiarkan kata-kata yang tadi meluncur darinya mengendap dalam diri Rya

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   406. Saat Jatuh Terpuruk

    Begitu melihat Ryan, mata Renasya langsung berbinar. Tanpa ragu, bocah itu berlari ke arahnya dan melompat ke dalam pelukannya.“Papa!” serunya, memeluk erat seolah takut kehilangan lagi. Ryan membalas pelukan itu, mencium puncak kepala putrinya, merasakan kehangatan yang lama ia abaikan.Renasya menatap wajah papanya dengan polos. “Papa sudah nggak pusing lagi?” tanya Renasya, karena setiap kali dia bertanya kenapa harus tinggal bersama Brilian, orang dewasa di rumah itu mengatakan jika papanya sedang pusing.“Kayak Papa Brilian yang selalu pusing, terus minta dimanja sama Mama Lila?” sambung Renasya yang pernah tanpa sengaja melihat Sean yang mengatakan pusing dan langsung mendepat pelukan dari Lila sebelum akhirnya keduanya menuju ke kamar.Ryan mengerutkan kening, sedikit bingung. Ia melirik Sekar, yang hanya menatapnya dengan ekspresi datar.“Papa Brilian kalau pusing, katanya Mama harus peluk dia, harus elus kepalanya, biar cepet sembuh.” Renasya melanjutkan dengan nada serius.

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   405. Melampiaskan Kesedihan

    Setiap orang memiliki cara sendiri-sendiri untuk menyingkirkan rasa sedihnya. Ryan lebih memilih diam menyendiri mengasingkan diri dari orang lain. Sepulang kerja, dia akan menyendiri di ruang kerja atau di kamar Risda.Seperti saat ini, Ryan duduk sendiri di ruang kerjanya ditemani secangkir kopi yang sudah dingin dibiarkan begitu saja. Hatinya masih terasa berat. Kepergian Andika meninggalkan lubang besar dalam dirinya, begitu pula kepergian Risda yang masih menyisakan luka.Sungguh jauh berbeda dengan Sean yang memilih untuk sibuk, Ryan justru semakin tenggelam dalam kesedihan. Ia butuh waktu untuk menerima semuanya.Di sisi lain, Sean sibuk membenamkan diri dalam pekerjaan. Setiap harinya ia pulang lebih larut, mencari cara agar pikirannya tidak terlalu banyak melayang pada kehilangan yang ia rasakan.Menjalani biduk rumah tangga hampir delapan tahun, membuat Lila bisa memahami suasana kebatinan suaminya. Termasuk bagaimana dia harus mempersiapkan diri di hadapan Sean dan menuruti

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   404. Celoteh Anak Kecil

    Malika duduk di sudut ruangan, memeluk boneka kelinci kesayangannya sambil memperhatikan Brilian dan Renasya. Matanya menyipit sedikit, menunjukkan perasaan yang tidak bisa ia sembunyikan, cemburu.Brilian tampak begitu bersemangat memperkenalkan Renasya kepada Malika. “Ini Renasya! Dia adikku!” ucap Brlian dengan bangga, tangannya menggandeng Renasya seolah ingin melindungi adik sepupunya tersebut.Malika menggigit bibirnya, merasa ada sesuatu yang berubah. Selama ini, Brilian selalu dekat dengannya, selalu melindungi dan menjaganya seperti kakak sendiri. Tapi sekarang, perhatian Brilian sepenuhnya tertuju pada Renasya.“Kamu kenapa diam saja, Malika?”Malika menggeleng pelan, tapi matanya masih terpaku pada Brilian dan Renasya. Lalu dengan berat hati akhirnya menerima uluran tangan Renasya.Renasya tersenyum saat Malika menggenggam tangannya. “Namaku Rena, aku adiknya Kak Brili. Kita bisa main bersama.”Suasana hati Malika tampaknya sedang tidak baik. Dia tidak seantusias biasanya s

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   403. Duka Mendalam

    Suasana duka menyelimuti rumah Andika. Cahaya lampu yang temaram dan lantunan doa-doa menciptakan keheningan yang mencekam. Sekar berdiri di sudut ruangan, memperhatikan Sean dan Ryan, tampak keduanya sama-sama dirundung kesedihan.Dalam hati Sekar bertanya, kebaikan apa yang membuat Andika begitu dicintai oleh kedua anaknya. Meski sebagai seorang ayah, Andika telah melakukan sebuah kesalahan fatal yang meninggalkan luka mendalam, baik itu kepada Sean maupun Ryan.Sean, meskipun wajahnya tidak berhiaskan senyum, tetapi dia tetap terlihat tegar. Ia menyapa tamu yang datang, memberi arahan kepada para pelayan agar memastikan segala sesuatu berjalan dengan baik. Namun, sesekali, tatapannya melayang ke arah jenazah sang papa, seolah masih berusaha menerima kenyataan pahit ini.Sementara itu, Ryan duduk diam di samping jenazah Andika, wajahnya kaku tanpa ekspresi. Tidak ada air mata yang jatuh, tetapi kesedihan terpancar jelas di matanya. Ryan seperti sedang menunggu sang papa tertidur, be

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   402. Asa yang Telah Padam

    Sekar menguatkan hatinya melangkah mendekati ranjang perawatan Andika dengan perasaan yang tak menentu. Napas pria itu tersengal, dengan mata yang setengah terbuka, seolah ingin menangkap sosok Sekar untuk terakhir kalinya. Di sekeliling mereka, suara alat medis terus berbunyi, menjadi latar yang tak bisa diabaikan.Sekar menarik napas dalam-dalam, berusaha menahan air matanya. Dengan tangan gemetar, ia menggenggam tangan Andika yang terasa semakin dingin. Perasaan bersalah dan kepedihan bersarang dalam hati perempuan paruh baya itu. Bagaimana mungkin cinta mereka yang pernah menggebu-gebu kini berakhir di sini?Sekar mendekatkan mulutnya tepat di telinga Andika. Dengan suara pelan dan bergetar, perempuan paruh baya itu membisikkan sebuah doa, seperti yang pernah ia ucapkan kala melepas kepergian sang papa beberapa tahun yang lalu.Bayangan kebersamaan mereka yang dulu kembali menghampiri pikirannya, berputar-putar tanpa henti.Andika dengan tatap mata kosong yang menerawang, mencoba

  • Kembalilah Nyonya! Tuan Presdir Sangat Menyesal   401. Setelah Maaf Terucap

    Sekar melangkah keluar dari ruang perawatan Andika dengan gurat wajah penuh kekesalan. Ia tidak ingin berlama-lama di tempat itu, karena hanya akan mengingatkan kembali pada luka lama yang sampai saat ini belum bisa sembuh sepenuhnya.Seandainya bukan untuk memberi kejelasan tentang hubungan mereka, bagi Sekar pertemuan ini hanya membuang waktunya. Andika sudah menjadi bagian dari masa lalu yang tak perlu diungkit lagi.Namun, baru beberapa langkah dari pintu, suara langkah kaki yang tergesa-gesa membuatnya berhenti. Sekar menoleh dan melihat seorang dokter bersama beberapa perawat bergegas masuk ke ruang perawatan Andika. Wajah mereka tegang, gerakan mereka cepat dan menunjukkan suasana darurat.Hatinya mendadak berdebar kencang. Sekar bisa saja mengabaikan, dan terus berjalan seperti yang ia rencanakan sejak awal. Namun, tanpa sadar, kaki perempuan paruh baya itu justru melangkah kembali ke arah pintu.Sekar berdiri di ambang pintu, menyaksikan dokter dan perawat mengelilingi Andika

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status