All Chapters of Gadis Desa Kesayangan Tuan Muda Kejam: Chapter 31 - Chapter 40

43 Chapters

Victor Dikejutkan Dengan Gelang Moon

Victor masih menatap gelang itu, tangannya sedikit gemetar seolah-olah kenangan dari masa lalu menyeruak kembali ke dalam pikirannya. Moon memperhatikan perubahan pada pria tua di hadapannya. Sesuatu tentang cara Victor menatap gelang itu membuatnya merasa tidak nyaman, seperti ada sesuatu yang disembunyikan pria itu. "Ada apa?" tanyanya dengan nada penuh curiga, mencoba mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi.Victor mendesah berat, mencoba mengendalikan emosi yang mulai membuncah di dalam dirinya. Dengan suara yang terdengar sedikit serak, ia akhirnya bertanya, "Apakah anggota keluargamu hanya nenekmu? Bagaimana dengan orang tuamu?" Ada kegetiran dalam suaranya yang tak bisa ia sembunyikan.Moon menegakkan tubuhnya, tatapannya berubah dingin. "Aku rasa tidak perlu menjawab pertanyaanmu, karena ini adalah masalah keluargaku," jawabnya dengan dingin, menunjukkan bahwa dia tidak akan membiarkan Victor memasuki ruang pribadinya.Victor menarik napas
Read more

Victor Mengetahui Identitas Moon

Victor merasakan kegelisahan yang semakin menggelayuti hatinya. Meski sudah terbiasa dengan persaingan di antara kedua putranya, kali ini situasinya terasa berbeda—jauh lebih kelam dan berbahaya. Dia memperhatikan dengan seksama wajah Christian yang tersenyum sinis, seolah menikmati setiap momen dari kekacauan ini. Di sisi lain, Calvin, putra sulungnya, tampak semakin tegang, jari-jarinya mengepal kuat di sisi tubuhnya, berusaha keras menahan emosi yang siap meledak."Christian, siapa dia dan kenapa kamu menyiksanya seperti itu?" tanya Victor, nadanya mengandung campuran rasa penasaran dan kekhawatiran yang dalam. Dia tak bisa memahami apa yang membuat putranya berubah menjadi begitu kejam.Christian mendongak sedikit, menatap ayahnya dengan mata dingin yang penuh tipu daya. "Pa, dia adalah Jacob Sebastian, Dengar saja rekamannya!" Lalu, dia melirik ke arah Calvin, menikmati bagaimana kakaknya terlihat semakin gelisah dan penuh amarah.Waktu b
Read more

Christian Cemburu

"Setelah dua puluh tiga tahun berlalu, dia muncul dan malah dipertemukan dengan Christian," ujar Victor, suaranya berat dengan penyesalan yang tersembunyi di balik setiap kata. Luwis, yang berdiri di sampingnya, mengernyit. "Tuan, bagaimana kalau kita pikirkan cara memisahkan mereka?" tanyanya dengan hati-hati, mencoba menakar reaksi Victor.Victor mengalihkan pandangannya dari jendela, tatapan tajamnya menusuk ke arah Luwis. "Christian tertarik padanya," ujarnya dengan nada tegas, "Bagaimana caranya aku bisa memisahkan mereka berdua? Kecuali dengan satu cara." Luwis menelan ludah, keberanian untuk melanjutkan pertanyaannya nyaris menguap. Namun, ia tetap berbicara, suaranya hampir berbisik. "Apakah kita harus memberitahu yang sebenarnya?" Victor terdiam sejenak, seolah mempertimbangkan konsekuensi dari tindakannya. Akhirnya, ia menghela napas panjang, penuh keputusasaan yang jarang terlihat. "Benar," jawabnya, suaranya rendah namun penu
Read more

Mencintai Atau Terobsesi

Shane, dengan kemarahan yang membara di matanya, mengepal kedua tangannya erat-erat, seakan ingin menyalurkan semua emosinya melalui tinjunya. Suaranya terdengar tegas dan penuh tekad saat ia berkata, "Jangan membuat keputusan sendiri. Moon bukan milik siapapun. Dia adalah miliknya sendiri." Wajahnya memerah, menunjukkan betapa seriusnya ia mengenai hal itu.Christian, yang terlihat tenang di bawah tekanan, hanya menyunggingkan senyum tipis. Tatapan matanya menilai Shane dengan penuh kesadaran, seolah-olah ia sedang berhadapan dengan seorang anak kecil yang tidak mengerti dunia. Dengan nada penuh keyakinan, dia menjawab, "Apakah kau tidak mengerti? Dua orang yang tinggal bersama, hubungan mereka bukan hanya sekadar berkencan." Kata-katanya seperti pisau yang menusuk, mencoba memotong keyakinan Shane. "Apa yang bisa kau berikan padanya?" Shane berkata dengan nada dingin, penuh ketidakpercayaan. "Janji kosong? Jangan karena dia dibesarkan di desa, kau membohonginya
Read more

Ragu Perasaan Sendiri

Christian yang baru pulang ke apartemennya segera mencari keberadaan Moon dengan raut wajah muram yang menyiratkan kekesalan. Tanpa banyak berpikir, ia langsung menuju kamar, pintu terbuka dengan bunyi klik yang tajam. Ia melangkah masuk ke dalam ruangan yang remang-remang, matanya segera tertuju pada sosok Moon yang berdiri diam dekat jendela, punggungnya tegak namun terlihat rapuh di bawah sinar bulan yang masuk melalui kaca.“Bukankah sudah kuingatkan, jangan pernah berjumpa dengan dia tanpa izinku. Tapi kau tetap melakukannya,” suara Christian terdengar dingin dan tegas, seperti palu yang jatuh menghantamkan vonis.Moon perlahan berbalik, memperlihatkan ekspresi wajahnya yang dipenuhi amarah dan kekecewaan. "Kamu sudah puas?" tanyanya dengan nada sinis, "Memberitahu kakak Shane kalau kita tinggal serumah? Apa pandangan warga desa terhadapku sekarang? Aku tidak bisa lagi kembali ke sana," ucapnya, suara Moon sedikit bergetar, namun matanya tetap memancarkan ketegasan.Christian men
Read more

Mengincar Moon

"Aku merasa marah saat dia bersama Shane, dan aku cemas saat dia diculik oleh Calvin. Aku juga tidak ingin dia pergi jauh dariku. Aku tidak bisa tahu apa perasaanku padanya. Cinta? Menikah? Apakah itu harus ada di antara pria dan wanita?" ucap Christian, suaranya rendah namun sarat dengan kebingungan."Cinta mempersatukan pria dan wanita, Tuan muda. Pernikahan adalah untuk orang yang saling mencintai. Jika Anda benar-benar ingin bersama Nona Moon, maka Anda harus memberi jaminan untuknya," jawab Jhon, suaranya tenang dan bijaksana.Christian berhenti berjalan dan menatap Jhon dengan tatapan bingung. "Jaminan? Seperti apa?" tanyanya dengan alis berkerut."Sebuah status yang membuatnya merasa aman," jawab Jhon sambil menatap Christian dengan serius. "Kalau hanya tinggal bersama dan memberinya uang, itu tidak bisa menjamin kebahagiaannya. Nona Moon bukan wanita yang hanya memikirkan uang. Dia membutuhkan kepastian, bukan hanya barang-barang mewah."Christian terdiam sejenak, mengingat ma
Read more

Christian Terluka

Moon yang mendengar suara mobil yang melaju ke arahnya terbelalak kaget, tubuhnya terpaku kaku di sana.Mobil itu melaju begitu cepat dengan niat membunuh.Tiba-tiba, seseorang mendorong Moon ke samping, membuat mereka berdua terjatuh ke tanah."Brugh!"Mobil itu gagal menabrak sasarannya. Pria yang menyelamatkan Moon adalah Christian."Moon, apa kamu terluka?" tanya Christian dengan nada cemas, amarahnya jelas terdengar. Tanpa ia sadari, tangannya terluka akibat gesekan ke aspal, namun dia tak peduli."Aku... aku tidak apa-apa," jawab Moon dengan suara gemetar, masih dikejutkan oleh kejadian mendadak itu.Christian memandang ke arah mobil itu dengan tatapan penuh amarah, rahangnya mengeras saat mobil itu berbalik menuju mereka lagi."Cepat pergi dari sini!" titah Christian dengan marah, menarik lengan Moon dengan kasar, mencoba melindunginya.Mobil kembali melaju ke arah mereka. Christian, penuh amarah, mendorong Moon ke arah lain, memilih unt
Read more

Lamaran Christian

Setelah mengobati tangannya yang terluka, mereka kembali ke apartemen. Lampu-lampu di lorong berkedip lembut, menciptakan bayangan di dinding yang membuat suasana terasa lebih tegang. Christian berjalan di depan, sesekali menoleh untuk memastikan Moon baik-baik saja. "Christian, apakah kamu tahu siapa pria itu, kenapa dia ingin menabrak kita?" tanya Moon, suaranya penuh kebingungan dan kekhawatiran, sementara dia melangkah masuk ke ruangan bersama Christian. Christian melepaskan jaketnya dan meletakkannya di sofa. Dia menatap Moon, berusaha menenangkan hatinya yang jelas masih terguncang. "Aku akan menyelidikinya," jawab Christian dengan senyum yang mencoba menghilangkan kecemasan di wajahnya. "Dia telah ditahan oleh anak buahku."Moon mengangguk, meski perasaannya masih tak tenang. Pikirannya kembali ke insiden itu, mengingat ekspresi dingin pria yang mencoba menabrak mereka. "Apakah...ada hubungan dengan kakakmu?" tanya Moon tiba-tiba, suaranya leb
Read more

Identitas Moon

"Papa tidak bisa mengirimku begitu saja. Aku juga belum menerima tugas yang Papa berikan," jawab Christian, suaranya sarat dengan ketidakpuasan. Dia menatap ayahnya dengan sorot mata penuh ketegasan, tidak berniat mundur.Victor menghela napas panjang, menyandarkan tubuhnya pada kursi sambil menatap putranya. "Christian, keputusan ini memang mendadak. Tapi kita tidak punya banyak waktu. Kamu harus selesaikan proyek itu!" kata Victor dengan nada yang tidak memberi ruang untuk bantahan. Matanya menyipit, menegaskan bahwa perintah ini tidak untuk didiskusikan.Christian mengerutkan kening, merasa ada yang tidak beres. "Apa alasannya, mengirimku pergi tanpa berunding denganku?" tanyanya dengan nada penuh kecurigaan.Victor menegakkan tubuhnya, menatap Christian dengan tajam. "Mengirim seorang wakil perusahaan, apakah butuh alasan?" tanyanya, suaranya dingin seperti es. "Pergi, siap-siap, dan berangkat malam ini!""Aku menolak!" kata Christian dengan tegas. Di
Read more

Menyelidik Panti Asuhan

Christian langsung menuju ke panti asuhan Home for Children yang dia dengar dari pembicaraan ayahnya dengan Luwis. Sepanjang perjalanan, pikirannya penuh dengan kecurigaan dan kebingungan. Kenapa ayahnya dan Luwis merahasiakan sesuatu yang berhubungan dengan Moon? Apa yang begitu penting hingga mereka merasa perlu menyembunyikannya dari dirinya?Sesampainya di depan panti asuhan, Christian memarkir mobilnya dan mengamati bangunan di depannya. Panti itu terlihat tua dan sederhana, jauh dari kesan mewah seperti panti asuhan yang biasa dilihatnya di kota besar. Dinding-dindingnya yang kusam dan pintu kayunya yang sedikit berderit seolah menyimpan banyak cerita."Papa dan paman Luwis menyembunyikan sesuatu dariku," gumam Christian dengan nada penasaran yang bercampur kekhawatiran. "Kenapa aku tidak boleh tahu siapa Moon sebenarnya? Apakah mereka bermusuhan dengan keluarga Moon?" Batin Christian semakin gelisah. Pertanyaan-pertanyaan itu terus berputar di kepalanya, membuatnya semakin terd
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status