"Aku merasa marah saat dia bersama Shane, dan aku cemas saat dia diculik oleh Calvin. Aku juga tidak ingin dia pergi jauh dariku. Aku tidak bisa tahu apa perasaanku padanya. Cinta? Menikah? Apakah itu harus ada di antara pria dan wanita?" ucap Christian, suaranya rendah namun sarat dengan kebingungan."Cinta mempersatukan pria dan wanita, Tuan muda. Pernikahan adalah untuk orang yang saling mencintai. Jika Anda benar-benar ingin bersama Nona Moon, maka Anda harus memberi jaminan untuknya," jawab Jhon, suaranya tenang dan bijaksana.Christian berhenti berjalan dan menatap Jhon dengan tatapan bingung. "Jaminan? Seperti apa?" tanyanya dengan alis berkerut."Sebuah status yang membuatnya merasa aman," jawab Jhon sambil menatap Christian dengan serius. "Kalau hanya tinggal bersama dan memberinya uang, itu tidak bisa menjamin kebahagiaannya. Nona Moon bukan wanita yang hanya memikirkan uang. Dia membutuhkan kepastian, bukan hanya barang-barang mewah."Christian terdiam sejenak, mengingat ma
Moon yang mendengar suara mobil yang melaju ke arahnya terbelalak kaget, tubuhnya terpaku kaku di sana.Mobil itu melaju begitu cepat dengan niat membunuh.Tiba-tiba, seseorang mendorong Moon ke samping, membuat mereka berdua terjatuh ke tanah."Brugh!"Mobil itu gagal menabrak sasarannya. Pria yang menyelamatkan Moon adalah Christian."Moon, apa kamu terluka?" tanya Christian dengan nada cemas, amarahnya jelas terdengar. Tanpa ia sadari, tangannya terluka akibat gesekan ke aspal, namun dia tak peduli."Aku... aku tidak apa-apa," jawab Moon dengan suara gemetar, masih dikejutkan oleh kejadian mendadak itu.Christian memandang ke arah mobil itu dengan tatapan penuh amarah, rahangnya mengeras saat mobil itu berbalik menuju mereka lagi."Cepat pergi dari sini!" titah Christian dengan marah, menarik lengan Moon dengan kasar, mencoba melindunginya.Mobil kembali melaju ke arah mereka. Christian, penuh amarah, mendorong Moon ke arah lain, memilih unt
Setelah mengobati tangannya yang terluka, mereka kembali ke apartemen. Lampu-lampu di lorong berkedip lembut, menciptakan bayangan di dinding yang membuat suasana terasa lebih tegang. Christian berjalan di depan, sesekali menoleh untuk memastikan Moon baik-baik saja."Christian, apakah kamu tahu siapa pria itu, kenapa dia ingin menabrak kita?" tanya Moon, suaranya penuh kebingungan dan kekhawatiran, sementara dia melangkah masuk ke ruangan bersama Christian.Christian melepaskan jaketnya dan meletakkannya di sofa. Dia menatap Moon, berusaha menenangkan hatinya yang jelas masih terguncang. "Aku akan menyelidikinya," jawab Christian dengan senyum yang mencoba menghilangkan kecemasan di wajahnya. "Dia telah ditahan oleh anak buahku."Moon mengangguk, meski perasaannya masih tak tenang. Pikirannya kembali ke insiden itu, mengingat ekspresi dingin pria yang mencoba menabrak mereka. "Apakah...ada hubungan dengan kakakmu?" tanya Moon tiba-tiba, suaranya leb
"Papa tidak bisa mengirimku begitu saja. Aku juga belum menerima tugas yang Papa berikan," jawab Christian, suaranya sarat dengan ketidakpuasan. Dia menatap ayahnya dengan sorot mata penuh ketegasan, tidak berniat mundur.Victor menghela napas panjang, menyandarkan tubuhnya pada kursi sambil menatap putranya. "Christian, keputusan ini memang mendadak. Tapi kita tidak punya banyak waktu. Kamu harus selesaikan proyek itu!" kata Victor dengan nada yang tidak memberi ruang untuk bantahan. Matanya menyipit, menegaskan bahwa perintah ini tidak untuk didiskusikan.Christian mengerutkan kening, merasa ada yang tidak beres. "Apa alasannya, mengirimku pergi tanpa berunding denganku?" tanyanya dengan nada penuh kecurigaan.Victor menegakkan tubuhnya, menatap Christian dengan tajam. "Mengirim seorang wakil perusahaan, apakah butuh alasan?" tanyanya, suaranya dingin seperti es. "Pergi, siap-siap, dan berangkat malam ini!""Aku menolak!" kata Christian dengan tegas. Di
Christian langsung menuju ke panti asuhan Home for Children yang dia dengar dari pembicaraan ayahnya dengan Luwis. Sepanjang perjalanan, pikirannya penuh dengan kecurigaan dan kebingungan. Kenapa ayahnya dan Luwis merahasiakan sesuatu yang berhubungan dengan Moon? Apa yang begitu penting hingga mereka merasa perlu menyembunyikannya dari dirinya?Sesampainya di depan panti asuhan, Christian memarkir mobilnya dan mengamati bangunan di depannya. Panti itu terlihat tua dan sederhana, jauh dari kesan mewah seperti panti asuhan yang biasa dilihatnya di kota besar. Dinding-dindingnya yang kusam dan pintu kayunya yang sedikit berderit seolah menyimpan banyak cerita."Papa dan paman Luwis menyembunyikan sesuatu dariku," gumam Christian dengan nada penasaran yang bercampur kekhawatiran. "Kenapa aku tidak boleh tahu siapa Moon sebenarnya? Apakah mereka bermusuhan dengan keluarga Moon?" Batin Christian semakin gelisah. Pertanyaan-pertanyaan itu terus berputar di kepalanya, membuatnya semakin terd
Christian merasa dadanya bergemuruh saat meninggalkan panti asuhan itu. Pikirannya kacau. Kata-kata wanita tadi terus bergema di telinganya seperti dentuman palu yang tak henti-henti menghantam benaknya."Putri? Tidak mungkin, ini gila!" gumamnya lagi, lebih keras kali ini. Mobilnya berhenti mendadak di tepi jalan, lalu ia menghantam setir dengan marah. Ada rasa takut yang menyelinap di antara kemarahannya.“Papa dan Moon tidak mungkin ada hubungan darah,” katanya dengan nada putus asa, mencoba meyakinkan dirinya sendiri. Namun, ketidakpastian itu menghantuinya seperti bayangan gelap yang menolak pergi.Setibanya di mansion keluarga Kim, Christian melangkah dengan hati-hati. Rumah besar itu, yang selama ini menjadi tempat perlindungannya, kini terasa seperti sangkar emas yang mengekangnya. Setiap langkahnya menuju kamar Victor terasa berat. Suara langkah kakinya menggema di sepanjang koridor yang sepi, menambah kesan dingin dan misterius.Di dalam kamar, Victor terlelap tanpa menyadari
Keesokan harinya, Christian duduk di kursi kerjanya dengan pandangan kosong dan wajah yang tampak suram. Di dalam kantor yang sunyi itu, hanya terdengar suara detik jam yang monoton, seakan menggambarkan suasana hatinya yang kacau. Mike dan Jhon berdiri di dekatnya, memperhatikan ekspresi sang tuan muda yang berbeda dari biasanya. Raut wajahnya penuh dengan kegelisahan, seolah memikirkan sesuatu yang berat. Mike, yang merasa khawatir, memberanikan diri untuk bertanya, "Tuan muda, Anda baik-baik saja?" suaranya lembut, namun penuh dengan kekhawatiran.Christian tidak segera menjawab. Dia menarik napas dalam-dalam, tampak berusaha mengumpulkan pikirannya yang berserakan. Matanya yang tajam tertuju ke kejauhan, seolah sedang mencari jawaban di tengah kekalutan pikirannya.Jhon, yang penasaran dengan suasana hati Christian, ikut bertanya, "Apakah terjadi sesuatu?"Christian menghela napas panjang, mengalihkan pandangannya ke arah mereka dengan tatapan penuh makna. "Selidiki ada berapa wa
Moon duduk dengan gelisah di kursi kayu yang sudah tua, matanya menyapu ruangan sederhana. Di depannya, seorang wanita tua, pengurus panti duduk dengan tenang, namun jelas terlihat ada kegelisahan di matanya."Nona, ada yang bisa saya bantu?" tanya wanita itu dengan senyum ramah, meski raut wajahnya menyiratkan tanda tanya.Moon menarik napas dalam, merasa bahwa ini adalah saat penting yang telah lama ia tunggu. Dengan tangan yang sedikit gemetar, ia menunjukkan gelang yang selalu ia simpan dengan hati-hati. "Bibi, apakah pernah melihat gelang ini?" tanyanya, suaranya sedikit bergetar.Wanita itu menatap gelang itu dengan tatapan kosong yang kemudian berubah menjadi terkejut. Ia terdiam sejenak, seolah mencari kepastian dari apa yang dilihatnya. "Kamu adalah bayi itu, Moon?" tanyanya dengan suara hampir tidak percaya, matanya berkaca-kaca seolah dibanjiri kenangan lama.Moon mengangguk pelan. "Benar, Bibi. Aku sedang mencari keluargaku. Apakah Bibi yang menyambutku saat itu dan tahu s
Christian berdiri di tengah kamar dan menatap pakaian yang telah rapi tersusun di koper. Jhon dan Mike, dua orang yang telah setia bersamanya dalam segala suka dan duka, memandangnya dengan penuh haru. Udara sore yang sejuk menyusup lewat jendela, membawa keheningan yang berat di antara mereka.Mike melangkah maju, menatap majikannya dengan sorot mata penuh harapan. "Tuan, kami bisa ikut denganmu, dan memulai dari awal," suaranya serak, namun tegas.Christian menatap keduanya dengan senyuman lembut, seakan memberi mereka kekuatan. "Mike, Jhon, kalian sangat berbakat. Rajin dan tidak pernah mengeluh. Aku sudah melamarkan pekerjaan untuk kalian berdua di perusahaan besar. Kalian akan dihubungi setelah prosedurnya diurus. Bekerjalah dengan baik." Suaranya tenang, tapi penuh keyakinan. "Aku akan pergi bersama Moon. Kami memiliki terlalu banyak kenangan pahit di sini, jadi kami ingin melupakan semuanya.""Tuan, kami telah lama ikut denganmu, kami sudah biasa dengan ritme ini," Jhon mencob
"Aku tidak akan membiarkan kalian berhasil!" bentak Calvin dengan emosi yang memuncak. Matanya menyala penuh kemarahan, wajahnya memerah. Victor menatap Calvin dengan sorot mata tenang, namun penuh penyesalan. "Calvin," ucapnya dengan suara yang lebih rendah, hampir bergetar, "Papa bersalah padamu. Papa mengkhianati mamamu dan juga melukaimu. Tapi ini adalah kesalahan Papa," lanjutnya, mencoba menenangkan Calvin yang jelas tidak ingin mendengar.Calvin mendengus sinis, tidak bisa menahan tawa pahitnya. "Jangan mengatakan kalau Papa ingin menyerahkan semuanya pada dia?" suaranya bergetar, penuh kebencian dan kekecewaan. "Aku tidak sudi! Karena aku juga telah membantu mengembangkan bisnis kita. Aku pantas mendapatkannya!" sorot mata Calvin beralih pada Victor, menuntut jawaban yang adil. "Siapa pun di antara kalian," ucapnya dingin, "tidak ada yang bisa mengambil alih perusahaan ini." Christian menatap mereka berdua bergantian, membuat suasana semakin menegangkan. "Hari ini juga, aku
Victor merasa darahnya berdesir dingin, napasnya seakan tersangkut di tenggorokan saat menatap putrinya, Moon, yang berdiri di depannya dengan sorot mata tajam. Tubuhnya yang lelah seakan kehilangan kekuatan. Tidak pernah dia membayangkan hari di mana seluruh rahasia kelam yang selama ini ia simpan rapat-rapat akhirnya terungkap.Christian, dengan dingin dan penuh dendam, duduk santai di sofa. Tatapannya tajam seperti pisau yang siap menancap,"Aku adalah bayi yang kamu adopsi," suaranya terdengar menggelegar dalam keheningan ruangan. "Kedua orang tuaku tewas di tanganmu. Seluruh milik keluargaku juga kau rebut begitu saja. Sementara Moon adalah putri kandungmu yang kau lantarkan selama ini. Apa lagi yang ingin kau katakan?"Kata-kata Christian menusuk hati Victor seperti jarum tajam. Selama bertahun-tahun, dia hidup dalam ilusi bahwa apa yang dia lakukan adalah demi kekuasaan, demi keluarganya.Moon, yang dari tadi berdiri di sudut ruangan, mulai men
Calvin menatap Christian dengan mata yang menyala penuh emosi, berusaha menyangkal kebenaran yang baru saja diungkapkan. Sementara itu, Victor, yang duduk di samping Calvin, mulai merasakan jantungnya berdetak tak teratur. Keringat yang tadi hanya mengalir di dahinya kini membasahi tengkuknya.“Jangan bercanda! Keluarga Kim membesarkanmu selama ini. Apakah kau menggunakan cara ini untuk membalas kami?” tanya Calvin dengan nada yang lebih keras, mencoba menguasai percakapan meski suaranya terdengar sedikit goyah.Christian tersenyum sinis, langkahnya perlahan mendekati Calvin yang masih duduk di sofa. “Membesarkan aku? Apakah aku harus berterima kasih padamu? Membunuh kedua orang tuaku yang juga adalah sahabat dekatmu. Lalu mengambil alih perusahaan mereka tanpa rasa malu sedikitpun,” ujar Christian, nada suaranya semakin berbahaya dengan setiap kata yang keluar.Calvin terdiam sejenak, kata-kata Christian menghantamnya seperti palu besar
"Pa, apakah benar di dalam rekaman ini adalah Papa? Mana mungkin Papa tega pada sahabat sendiri," ujar Christian dengan senyum sinis.Victor tampak terkejut namun berusaha tetap tenang. Ia merapatkan jasnya seolah mencoba mengendalikan suasana hatinya. "Ini hanya rekaman rekayasa, tidak ada kejadian itu," jawabnya dengan suara berat, membela diri.Christian mendekat, "Benarkah? Kalau begitu, Papa cukup mengklarifikasi pada media untuk menyelamatkan perusahaan kita," kata Christian dengan nada menantang."Christian, semua ini tidak benar. Pasti ada yang ingin menjatuhkan kita," ujar Victor dengan tegas, matanya menyiratkan ketakutan yang samar.Sementara itu, Calvin, yang berdiri di sana memandangi Christian dengan penuh rasa ingin tahu dan cemas. "Bagaimana bisa rekaman itu terungkap? Dari mana asalnya, dan apakah brengsek ini tidak tahu apa-apa?" gumam Calvin dengan geram, berpikir keras.Seorang sekretaris tiba-tiba masuk tergesa-gesa, raut
Christian sengaja membuka ponselnya dengan gerakan lambat, matanya menelusuri layar dengan ekspresi tenang yang tampak dingin. Suasana di ruangan itu berubah hening ketika dia memutar video yang tengah viral. Wajah Victor dan beberapa orang lain yang hadir langsung mengarah pada Calvin, menunggu reaksinya. Di sudut ruangan, Calvin tampak terdiam, mencoba menahan kemarahan yang memuncak. Sorotan mata tajam Christian menancap pada layar ponselnya sebelum beralih ke Calvin."Calon direktur utama bercinta dengan beberapa wanita di satu malam, luar biasa sekali, kakakku," suara Christian memecah keheningan, nadanya penuh sarkasme dan sindiran halus. Dia memperlihatkan ponselnya kepada Calvin, dengan artikel-artikel yang mulai bermunculan di media sosial, menghancurkan reputasi Calvin.Calvin yang dikejutkan oleh berita tersebut langsung merogoh saku jasnya dengan tergesa, merasakan detak jantungnya semakin cepat. Dia membuka ponselnya dan dalam hitungan detik, layar menampi
Christian menyesap kopinya pelan, sambil memandang Reporter Frank dengan tajam. Kafe itu masih sepi, hanya terdengar alunan musik lembut yang mengisi suasana. Christian duduk dengan tenang, meski niatnya penuh ambisi."Pastikan rekaman ini tersebar luas, beserta fotonya. Aku ingin menjadikan berita ini di halaman utama," ujar Christian, nadanya tegas dan tak terbantahkan.Frank, reporter yang selalu haus akan cerita besar, mengangkat alisnya, matanya penuh harap. "Tuan Kim, apakah ini adalah berita besar?" tanyanya, sedikit ragu namun tak bisa menyembunyikan kegembiraannya.Christian menyeringai, memperlihatkan ketenangan yang mematikan. "Reporter Frank, tidak perlu bertanya hal lain, cukup lakukan saja sesuai perintahku. Jatuhkan orang yang di dalam rekaman ini akan membuatmu semakin terkenal," jawabnya dengan senyum tipis namun penuh ancaman.Frank tersenyum puas, merasa bahwa kesempatannya untuk naik ke puncak kariernya sudah di depan mata. "Baiklah, T
Christian membawa Moon kembali ke apartemennya, tempat yang dulu menjadi tinggal bersama.Ketika mereka tiba, suasana kamar terasa sunyi, seolah menyerap segala keletihan yang Moon rasakan setelah hari yang begitu berat. Tubuhnya masih gemetar, kedua pergelangan tangannya memar akibat ikatan yang terlalu kuat. Christian duduk di sampingnya, mengambil salep, dan dengan lembut mengoleskannya pada bekas luka di pergelangan tangan Moon.Sentuhannya hati-hati, seolah takut menyakiti gadis itu lebih dari yang sudah terjadi."Maaf," ucap Christian tiba-tiba, suaranya rendah dan penuh penyesalan. "Aku terlambat. Aku tidak melindungimu dengan baik."Moon mengangkat wajahnya, memandang Christian dengan lembut. Ada luka yang tak terucapkan di matanya, tapi bibirnya tetap tersenyum kecil."Bukankah kamu sudah menyelamatkan aku? Jangan merasa bersalah," jawabnya, mencoba meredakan beban yang tergambar jelas di wajah Christian.Christian terdiam
Moon ditarik keluar oleh dua anak buah Calvin dengan kasar, menyeretnya menuju mobil. Gadis itu berusaha sekuat tenaga meronta, mencoba melepaskan diri dari cengkeraman kuat mereka. Namun, semakin keras ia melawan, semakin erat genggaman mereka, membuat Moon merasa semakin tak berdaya.Di kejauhan, anggota Christian yang sudah tak sabar memutuskan untuk bertindak. Dengan tatapan dingin dan penuh perhitungan, ia menginjak pedal gas sekuat tenaga, melaju cepat ke arah mereka tanpa peduli."Awas!" Teriakan keras terdengar dari beberapa orang yang langsung berlarian ke samping, mencoba menyelamatkan diri dari bahaya yang semakin dekat.Dalam sekejap, mobil yang dikemudikan anggota Christian menghantam kendaraan di depan mereka dengan kekuatan brutal.Brak! Suara benturan keras menggema di udara. Mobil yang ditabrak mengalami kerusakan parah, bagian belakang penyok, dan kaca di beberapa sisi retak hebat. Supir di dalamnya tak sempat menghindar, kepalanya terbentur keras ke setir akibat ta