Home / Rumah Tangga / MENJADI ORANG KEDUA / Chapter 181 - Chapter 190

All Chapters of MENJADI ORANG KEDUA: Chapter 181 - Chapter 190

231 Chapters

181. ----

Tidak bertenaga.Itu adalah gambaran yang nampak saat mas Rendra menggendong Santo turun dari mobil yang sudah terparkir di depan rumah kami.Sementara dokter Anggodo yang sudah menunggu, masuk kembali ke dalam rumah dan menahan pintu kamar bocah besar yang wajahnya begitu pucat tanpa rona."Terimakasih, Mas."Mas Rendra yang hati-hati membaringkan Santo, menggeleng. "Biar dokter memeriksa kondisimu.""Ya," dengan suara yang terdengar lemah adikku menjawab. Tersenyum padaku yang duduk di sisi ranjang."Om akan berikan obat yang biasa."Kali ini Santo mengangguk, "untung aku pake kaos lengan pendek ya, Om, jadi gak usah digulung-gulung."Dokter Anggodo tersenyum dalam anggukan untuk canda yang Santo perdengarkan pada kami, dan dahi adikku berkerut dalam menahan sakit ketika jarum ditusukkan menembus kulit.Lais yang duduk di samping Santo, memalingkan wajah. Nampak sekali ia tidak menyukai kulit adikku dimasuki jarum."Udah."Dan gadis jutek yang ekspresinya masih menunjukkan khawatir,
last updateLast Updated : 2024-12-08
Read more

182. AKU MARAH

"Dia udah tidur aja, Mbak, Mas."Lais, gadis yang tumbuh dengan lukanya sendiri itu, tersenyum saat menyadari keberadaanku dan mas Rendra."Kamu mandi apa cuman guyur badan?" Canda mas Rendra yang merangkul pundakku.Dan ia tersenyum untuk lirikan Lais yang kembali menatap bocah besar yang terlelap begitu dalam berkat obat yang Santo konsumsi."Sebentar lagi ada orang yang akan datang mau masang alat biar Santo bisa tinggal di rumah."Kali ini Lais yang kembali duduk di samping Santo, pupilnya membesar dengan tanya, "dia gak akan nginep di rumah perawatan?""Santo mau tinggal di rumah saja." Dan jawabanku membuat pandangan Lais menunduk, menatapi jemarinya yang meremas jemarinya sendiri."Apa Santo akan baik-baik saja kalau di rumah, Mbak?"Lais mendongak saat aku mengusap lengannya, "dokter Anggodo sudah memberi izin."Jawaban itu nyatanya cukup mampu membuat wajah cemas Lais lebih rileks. Pun, tersenyum saat tangannya yang sudah kuat terkepal menyentuh lengan Santo, "lihat, kamu bah
last updateLast Updated : 2024-12-08
Read more

183. TENTANG CLARA

Masuk ke dalam kamar Santo setiap kali aku terbangun di tengah malam adalah hal biasa.Meninggalkan mas Rendra untuk beberapa lama pun, selalu kulakukan untuk sekedar memandangi adikku yang lelap dalam tidur.Yang tidak biasa malam ini adalah aku yang berbaring di sisi Santo, tidak kembali. Terus tinggal di samping adikku yang matanya terbuka, "Ui?"Panas menyebar seketika saat tangan Santo yang mengubah posisi menyentuh perutku."Besok kita main lagi ya."Dengan mata yang kembali tertutup, Santo berucap. Pun, tersenyum saat aku mengusap lengannya yang makin terasa berat karena ia kembali jatuh dalam lelap.Sementara aku yang perasaanya tidak nyaman, menarik nafas dalam.Beberapa kali.Tapi, 'ketenangan yang ku harapkan tidak juga menyapa.'Aku justru mengingat wajah mas Rendra yang jatuh dalam lamunan dalam, sedang berpikir tentang Clara.Wajah tenangnya terlihat bermasalah. Seolah tidak rela mantan kekasihnya itu keluar dari kantor tempat mereka bekerja."Ini terasa sangat tidak me
last updateLast Updated : 2024-12-09
Read more

184. AKU CEMBURU

Mas Rendra tampak terkejut untuk kalimatku tentang Clara. Wanita yang keberadaanya tentu tidak mungkin terhapus begitu saja dari memori meski mas Rendra suamiku.Kebersamaan kami yang baru hitungan bulan, tentu tidak mampu menyamarkan kenangan apapun yang ia miliki bersama Clara yang sudah terjalin bertahun-tahun.Itu adalah hal mustahil, 'saat aku pun mengingat tiap momen kebersamaan ku bersama Santo meski kami sudah terpisah selama empat tahun.'Setarakah perumpamaan kami?Rasanya itu tidak penting, karena aku yang tangannya mas Rendra remas, sadar waktu yang ia lewati bersama Clara itu berarti dalam hidup keduanya.Hanya saja, takdir berkata berbeda.Kehadiranku, perubahan rasa yang mas Rendra miliki, perasaan keluarga kami pun orang-orang yang terlibat dalam hidup Clara dan mas Rendra ... 'rasanya begitu banyak faktor internal dan eksternal yang sudah terjadi dan membuatku duduk di hadapan mas Rendra detik ini.'Bertahun-tahun membina kasih yang dipercayai akan berakhir dengan ik
last updateLast Updated : 2024-12-09
Read more

185. WASPADALAH

'Adikku sakit apa?'Tanya polos bocah perempuan yang mata bulatnya menatapi Santo membuat suasana sunyi beberapa saat.Dua wanita paruh baya yang berkunjung pun saling melirik tanpa kata, sampai tangan sang ibu mengusap kepala Mala yang terus menata adikku penasaran."Mas santo pusing, kepalanya yang sakit." Jawab Bu Bandriah melirikku, seolah ingin membaca wajah macam apa yang sedang kuperlihatkan saat aku tidak mengalihkan pandangan dari putrinya."Oh... cepet sembuh ya, Mas. Biar bisa main lagi sama aku," ucap bocah ceria nan cerewet itu pada adikku yang mengangguk, memperlihatkan senyum di antara wajahnya yang ronanya berkurang dan makin pucat."Mau gue ambilin selimut?" kata Arka lalu berdiri saat Santo mengangguk lemah."Thanks ya, Bro.""Anytime," balas Arka masuk ke dalam rumah setelah mengusap kepala Rama yang memperhatikan dalam diam. Bocah lelaki irit kata itu seolah sedang membaca situasi. "Saya misi ke kamar mandi dulu ya, Neng," ucap Bu Indri yang berdiri dan menyusul A
last updateLast Updated : 2024-12-09
Read more

186. PEMBALASAN MEREKA

Langkahku terhenti. Menatapi tiga tubuh tak sadarkan diri yang terbaring dengan tangan dan kaki terikat di atas lantai dapur.Dan gerakan tanganku yang ingin menyentuh Santo, diam di udara untuk peringatan yang tertuju padaku."Jangan lakukan hal tak berguna."Seketika aku menoleh pada pemilik suara berat yang muncul dari pintu samping. Meski wajahnya tertutup kain, tatapan mata yang tampak tersenyum itu begitu sinis, membuatku yang diam di tempat berusaha mengingat suara yang terdengar tidak asing di telinga."Pak ... Bram?"Kaget. Itu adalah gambaran dari sorot mata yang memperhatikan diriku dari tempatnya berdiri.Dan sosok yang tak bisa menyembunyikan keterkejutannya dari balik kain penutup wajah yang hanya meninggalkan mata, terdiam.Sampai suara tawa yang keras terdengar dari belakang tubuhnya disertai tepukan tangan."Ha ha ha!" Nampak begitu terhibur suara tawa yang kukenali itu menggema dalam rumahku yang jadi sangat sepi dengan udara yang terasa mengancam. "Sudah kubilang
last updateLast Updated : 2024-12-09
Read more

187. AYAH DAN IBU

Mimpi...Hanya itu yang bisa kugambarkan saat mataku melihat tawa sepasang suami istri yang sedang bermain dengan bocah lelaki yang wajahnya saja membuatku rindu.Ketiganya tertawa, terlihat menikmati waktu dalam kebersamaan, memamerkan keharmonisan yang terasa tidak asing.Dan rasa tidak asing itu, membuatku seolah tidak bisa bernafas, pun penuh harap agar salah satu dari mereka menyadari kehadiranku!Tapi, ayah dan ibu hanya memperhatikan Santo yang tidak akan mampu melindungi dirinya sendiri.Tapi, apa yang bisa dilakukan bocah yang bahkan belum berusia dua tahun itu? jangankan melindungi diri sendiri, menopang badan bulatnya saja membuat kaki adikku yang masih berlatih berjalan itu, gemetaran."Anak ayah sudah mau jalan-jalan, ya?""Mau kemana? Gunung? Laut? Atau taman hiburan?"Bahkan, suara keduanya terdengar antusia. Mengawasi adikku agar tidak jatuh lalu mengangis."Ayah... Ibu..." Panggilku begitu lirih. Bahkan telingaku sendiri tidak mendengar, apalagi telinga dua orang dew
last updateLast Updated : 2024-12-09
Read more

188. SELAMAT KAN KAMI?

Di dalam dapur yang aroma gasnya begitu pekat, aku memastikan suara yang menyapa pendengaran.Tidak ingin melewatkan apapun!Terutama suara langkah kaki ataupun percakapan yang kuharap tidak akan kudengar.Tidak dari Calista, tidak dari pak Bram, juga tidak dari dua orang lain yang datang bersama mereka yang salah satunya memberiku pukulan sampai aku pingsan, lalu melewatkan apa yang sudah terjadi pada Santo. Karena baik pak Mizan maupun mbak Imah tetap dalam posisi yang sama. Setelah yakin tidak ada tanda-tanda kehadiran orang lain kecuali kami yang tubuhnya diikat dalam ruangan yang bau gasnya memenuhi paru-paru, aku berusaha menarik tanganku ke depan.Tapi, butuh waktu beberapa lama karena ikatan tambang yang cukup tinggi di pergelangan tangan, terasa sulit sampai aku harus menekuk tubuh lebih ke dalam, supaya tangan terikatku bisa melewati bokong.Tapi, aku tidak boleh menyerah. Pun, tidak ingin menyerah!Atau kami semua akan keracunan gas di dalam dapur yang jendela dan pintunya
last updateLast Updated : 2024-12-09
Read more

189. PULANG

"Sungguh, Mbak. Aku baik-baik saja."Seolah tahu aku bahkan tidak bisa berbohong dengan sekedar menunjukan anggukan, Santo yang mengangkat tangan saja butuh usaha keras menyentuh pipiku.Menunjukkan senyum diantara bibir keringnya yang pucat dan kering."Ui-ku jadi cengeng, ya."Mataku yang entah sejak kapan terasa perih, menjatuhkan tetes pertamanya. Meloloskan rasa yang bahkan tidak ingin kugambarkan saat adikku yang dilukai saat kesadaranku direnggut, berusaha menghiburku!Bocah lelaki yang setiap ia datang dalam mimpi saja mampu membuatku rindu ini, menggenggam tanganku yang menyentuh tangannya.Menyatukan jemari kami saat aku menjadikan pahaku sebagai bantal Santo yang entah sudah dipukuli sebanyak apa setelah aku pingsan.Aku yang kehilangan sadar, tidak mampu bertanya karena aku yakin di balik pakaiannya itu, kulit Santo pasti menyisakan luka yang sama dengan wajahnya sekarang. Memar dan biru!"Mbak...""Ya, Mbak di sini, Nang." Aku mengusapi kepala adikku yang kepalanya kupan
last updateLast Updated : 2024-12-09
Read more

190. KUMOHON, HIDUPLAH

"Apa makan siangmu dan Runi tidak berjalan lancar?"Tanya yang serupa bisikan, membuat lelaki gagah yang sejak duduk diantara wajah-wajah penuh harap jika apa yang mereka usahakan tidak hanya akan jadi sampah, mengetuki meja."Atau, kau hanya ingin pamer karena sudah rindu pada istrimu yang kembali mengajak makan siang bersama?"Tak urung kalimat lanjutan Alan yang pelan diperdengarkan membuat bibir Narendra Hadinata tersenyum meski tipis, karena lelaki paruh baya yang datang dengan tawaran kerja sama sedang menatap ke arahnya. Seolah sedang memastikan jika Narendra Hadinata menangkap tiap kalimat dalam rapat atau tidak."Terimakasih sudah mengingatkan."Balasan Narendra Hadinata yang tidak hanya bos tapi juga teman, membuta Alan kembali duduk tegak."Sungguh apa yang terjadi padamu, Ren? Kau yang selalu tenang bahkan terlihat sangat ingin kabur dari kursi lalu berlari pulang."Kali ini Rendra menutupi tawa pelannya dengan berpura-pura batuk. Sampai tidak ada yang menyadari kecuali Al
last updateLast Updated : 2024-12-09
Read more
PREV
1
...
1718192021
...
24
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status