Semua Bab Disangka Anak Magang, Suamiku Ternyata Bos Besar: Bab 151 - Bab 160

199 Bab

Gagal

Tepat pukul 01.00, Monica duduk di meja kerjanya dengan gelisah, lampu meja kecil menerangi ruangan yang sunyi. Di tangannya, sebuah telepon yang terus dipelototi. Wajahnya tegang, alisnya berkerut, menunjukkan betapa frustrasinya dia. Sudah berhari-hari Monica menyusun rencana untuk mengacaukan bisnis Rangga, khususnya dengan menghancurkan salah satu gudang milik suami Febby itu. Namun, berita yang baru saja diterimanya membuat kemarahannya meledak.Ponselnya bergetar, dan pesan dari anak buahnya masuk. Saat membacanya, Monica mengepalkan tangannya dengan kuat."Bos, kami nggak bisa masuk ke gudangnya. Keamanannya ketat, lebih dari yang kami duga."Monica meremas ponselnya, lalu membantingnya ke meja. "Apa-apaan ini!" desisnya penuh amarah.Selama ini, Monica selalu berusaha untuk menjatuhkan Rangga secara perlahan, menggunakan cara-cara licik dan diam-diam. Dia merasa sudah merencanakan segalanya dengan baik, mulai dari mengamati sistem keamanan gudang, mempelajari pola penjagaann
Baca selengkapnya

Karena Rangga

Dengan perasaan hangat di hatinya, Rangga berangkat ke kantor. Hari ini dia merasa lebih siap, lebih segar, dan lebih fokus. Perasaannya terhadap keluarga kecilnya membuatnya semakin semangat untuk menjalani hari. Setelah beberapa hari merasa kewalahan dengan tanggung jawab di rumah dan di kantor, pagi ini semuanya terasa lebih ringan. Dia tahu bahwa tak ada yang lebih penting daripada kebersamaan dengan orang-orang yang ia cintai.Setelah sampai di kantor, Rangga langsung disambut oleh asistennya, Arka, yang sudah menunggu di meja depan ruang CEO. "Selamat pagi, Tuan," sapa Arka dengan penuh hormat."Pagi, Arka," jawab Rangga sambil mengangguk. "Gimana? Udah siap untuk meeting nanti?""Sudah siap, Tuan. Semua dokumen dan presentasi sudah saya siapkan. Tinggal menunggu arahan anda," jawab Arka dengan sigap.Rangga mengangguk puas. "Bagus. Saya harap semuanya berjalan lancar hari ini."“Di mana Nabila?” tanya Rangga.“Masih di ruang HRD, Tuan.”Rangga mengangguk, lalu masuk ke dalam
Baca selengkapnya

Mengenal Pelakunya

Saat Rangga sedang sibuk di ruang kerjanya, dia mendapat telepon dari tim IT di kantornya, sementara Arka masih mengerjakan tugas lain.“Tuan, ini dari keamanan. Ada sesuatu yang perlu anda lihat,” suara dari tim keamanan terdengar sedikit tegang.Rangga mengerutkan kening. "Ada apa?"“Baru saja kami cek rekaman CCTV di pabrik utama. Sepertinya ada penyusup masuk tadi malam.”Hati Rangga langsung berdegup lebih cepat. "Penyusup? Oke, saya turun ke ruang kontrol sekarang. Kirim rekamannya ke saya juga."Tanpa berpikir dua kali, Rangga segera meninggalkan meja kerjanya dan berjalan cepat menuju ruang kontrol di lantai bawah. Sesampainya di sana, tim keamanan sudah menyiapkan monitor dengan rekaman yang siap diputar."Ini, Tuan," kata salah satu petugas sambil memutar rekaman. Dalam layar, terlihat bayangan beberapa orang masuk ke area pabrik pada dini hari, saat aktivitas pabrik sudah berhenti. Mereka mengenakan pakaian serba hitam dan bergerak dengan sangat hati-hati.Rangga memperhati
Baca selengkapnya

Pulang Cepat Ingin Bercinta

Monica mengumpulkan seluruh anak buahnya. Ia tak terima diancam oleh Rangga. Ia juga bingung bagaimana Rangga bisa mengetahui kalau orang-orang itu adalah kirimannya. Setelah mereka semua berkumpul, Monica pun mulai bertanya pada orang suruhannya itu."Kalian ini bagaimana, sih? Kenapa bisa tertangkap CCTV? Kalian tahu tidak, Rangga mengancam saya akan melaporkan saya ke polisi kalau sampai ada apa-apa dengan pabriknya. Dia melihat wajah kalian! Kalian ini bodoh apa gimana, sih? Mengerjakan tugas yang biasa kalian lakukan sampai lalai seperti ini!" teriaknya penuh emosi.Monica merasa bahwa dia sudah membayar harga yang fantastis, namun justru dirinya kecewa atas tindakan anak buahnya yang kurang hati-hati dalam bekerja."Maaf, Nona. Kami sudah berusaha untuk berhati-hati. Kami juga sudah mulai memakai topeng sebelum memasuki pabrik itu. Seperti yang saya bilang sebelumnya, ternyata pengamanannya di pabrik tersebut sangat ketat dan tidak seperti dulu lagi. Kami bahkan hampir tertangka
Baca selengkapnya

Jatah 3 Kali

Aku sangat merindukanmu, Sayang," ucap Rangga seakan mereka sudah beberapa hari tidak pernah bertemu.Rangga mendorong pelan tubuh sang istri hingga terjatuh di sofa empuk dalam kamar mereka. Bagian dada sang istri yang terlihat sangat besar membuat Rangga semakin bergairah dan ingin menyentuh bagian favoritnya itu secara tergesa-gesa."Boleh aku meminum ASI-nya, Sayang? Habis nggak kalau aku minum sedikit aja?" ucapnya sambil mendongak setelah berlutut di hadapan sang istri."Asal jangan dihabisin, Sayang," jawab istrinya, membuat Rangga tersenyum penuh kemenangan. Pria itu mulai melabuhkan bibirnya di atas puncak dada sang istri di sebelah kanan, lidahnya bermain di sana hingga membuat sang istri terus mendesah kenikmatan. Namun, justru suara itu membuat Rangga semakin bergairah.Sementara dada bagian kiri istrinya dimainkan puncaknya dengan menggunakan jari. Setiap lantunan desahan yang terucap dari mulut sang istri seolah membawa hawa panas, sehingga menuntut Rangga untuk melakuka
Baca selengkapnya

Hanya Teman

Setelah menunggu beberapa menit di lobi, akhirnya Nabila turun dengan tas di tangannya. Mereka pun keluar dari gedung dan berjalan menuju tempat parkir.“Jadi, kita mau makan di mana, Arka?” tanya Nabila saat mereka sampai di depan mobil Arka.“Aku tahu restoran yang enak di dekat sini. Santai aja tempatnya, nggak terlalu ramai. Aku yakin kamu bakal suka,” jawab Arka sambil membuka pintu mobil untuk Nabila.“Aku tak rewel soal makanan, dan pasti akan menyukainya apalagi kalau gratis,” Nabila berkelakar. Mereka tertawa bersama.Mereka berdua pun menuju restoran yang cukup dekat dari kantor. Tempat itu nyaman dan tidak terlalu ramai, suasananya tenang dengan lampu-lampu redup yang memberi kesan intim. Arka memilih meja di sudut yang sedikit jauh dari keramaian, memberikan mereka ruang untuk berbicara lebih bebas.Setelah memesan makanan, mereka duduk berhadapan dengan senyum yang canggung. Awalnya, suasana terasa kikuk. Keduanya sibuk dengan pikiran masing-masing, mencoba mencari topik
Baca selengkapnya

Kecanduan Minum ASI

Arka merasa lega karena akhirnya bisa menghabiskan waktu berdua dengan Nabila, walau percakapan mereka masih dibayangi kenangan masa lalu. Perjalanan pulang dari restoran ke apartemen Nabila juga cukup tenang, dengan obrolan ringan yang mengalir tanpa beban. Mereka berbicara tentang pekerjaan, rekan kerja, dan kehidupan sehari-hari, mencoba menjauhkan diri dari topik yang terlalu emosional.Ketika mobil Arka berhenti di depan apartemen Nabila, keheningan mendadak menyelimuti keduanya. Mereka sama-sama tahu bahwa saat perpisahan sebentar lagi tiba, dan entah kenapa, meskipun sederhana, momen ini terasa berarti bagi keduanya.“Terima kasih, ya, Arka. Udah ngajak aku makan malam,” ujar Nabila sambil membuka seatbelt. Ia tersenyum lembut, namun masih ada sedikit rasa kikuk di wajahnya.Arka tersenyum balik, mencoba menenangkan perasaannya yang mulai gugup lagi. “Sama-sama. Aku yang harusnya terima kasih, udah mau diajak keluar. Seneng bisa ngobrol lagi sama kamu.”Nabila tertawa kecil,
Baca selengkapnya

Munafik

"Mau ke mana, Sayang?" tanya Rangga setengah malas, sambil meregangkan tubuhnya di atas ranjang yang masih hangat dari kebersamaan mereka barusan. Pandangannya mengikuti langkah Febby yang turun dari tempat tidur dengan rambut acak-acakan, berjalan menuju kamar mandi. Malam itu terasa damai baginya, dan ia berpikir mereka bisa menikmati malam yang lebih tenang setelah malam yang begitu intens.Febby melirik ke arah Rangga sejenak, namun langkahnya tetap menuju kamar mandi. Wajahnya tampak serius, meskipun ia berusaha tetap tenang. "Kamu nggak dengar, Sayang? Elio menangis," jawab Febby tanpa banyak basa-basi, sambil memutar keran shower, membiarkan air panas mengalir.Rangga menghela napas pelan. Suara tangisan bayi memang samar-samar terdengar di telinganya, tapi ia masih yakin semuanya baik-baik saja."Tapi, kan sudah ada suster Barbara, Sayang," balasnya, mencoba meredam kekhawatiran istrinya. "Suster pasti lagi kasih susu ke anak-anak."Namun, Febby hanya membalas dengan diam.
Baca selengkapnya

Musuh yang Sama

Tepat pukul 09.00 di Sun City, Monica melangkah mantap menuju penjara tempat Brian ditahan. Suasana penjara itu dingin dan suram, di luar sana langit pagi cerah bertolak belakang dengan suasana menekan di dalam gedung. Setelah mengisi beberapa berkas dan melapor pada petugas, Monica dibawa ke sebuah ruangan khusus, ruang interogasi dengan dinding-dinding berwarna kelabu yang memisahkan para tahanan dari pengunjung.Ketika Monica memasuki ruangan itu, Brian sudah duduk di balik tembok besar yang memisahkan mereka, hanya ada celah kecil yang cukup untuk melihat wajah satu sama lain. Mata Brian yang tajam langsung menatap Monica penuh kecurigaan."Siapa kamu? Dan ada keperluan apa menemuiku?" tanya Brian dengan nada sinis. Suaranya dingin dan tak bersahabat, seakan ingin mengusir Monica sebelum pertemuan ini dimulai.Namun, Monica hanya tersenyum. Senyuman yang penuh arti, seolah ia tahu sesuatu yang Brian sendiri belum bisa tebak. Ia mengamati wajah Brian di balik celah kecil itu denga
Baca selengkapnya

Kebetulan yang Menguntungkan Monica

“Rossa,” panggil Monica dengan nada hangat, meskipun dalam hatinya sedikit terkejut melihat sosok sahabat lamanya itu muncul tiba-tiba di tempat ini.Rossa menoleh cepat, mengenali suara yang sudah lama tak didengarnya. Matanya membulat seiring senyum lebar yang merekah di wajahnya.“Monica, ini beneran kamu?” tanyanya sambil tertawa kecil, tidak percaya bahwa di tengah kesibukannya hari ini, ia bertemu dengan sahabat dari masa lalu.Monica mengangguk, senyum hangat menghiasi wajahnya. “Astaga, aku lupa kalau kau memang dari Sun City. Apa kabarmu?”Monica langsung merentangkan tangan, memberikan pelukan erat pada Rossa. Ada rasa nostalgia yang menguar di antara mereka, mengingatkan kembali pada masa-masa mereka pernah begitu dekat.Rossa membalas pelukan itu dengan antusias, tubuhnya sedikit terhuyung karena dorongan hangat dari Monica.“Aku juga sangat merindukanmu, Mon. Kamu ke sini ada urusan apa?”Monica tersenyum lebar, hatinya sedikit lega bisa bertemu seseorang yang mengenalnya
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
1415161718
...
20
DMCA.com Protection Status