Share

Pulang Cepat Ingin Bercinta

Penulis: Atieckha
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Monica mengumpulkan seluruh anak buahnya. Ia tak terima diancam oleh Rangga. Ia juga bingung bagaimana Rangga bisa mengetahui kalau orang-orang itu adalah kirimannya. Setelah mereka semua berkumpul, Monica pun mulai bertanya pada orang suruhannya itu.

"Kalian ini bagaimana, sih? Kenapa bisa tertangkap CCTV? Kalian tahu tidak, Rangga mengancam saya akan melaporkan saya ke polisi kalau sampai ada apa-apa dengan pabriknya. Dia melihat wajah kalian! Kalian ini bodoh apa gimana, sih? Mengerjakan tugas yang biasa kalian lakukan sampai lalai seperti ini!" teriaknya penuh emosi.

Monica merasa bahwa dia sudah membayar harga yang fantastis, namun justru dirinya kecewa atas tindakan anak buahnya yang kurang hati-hati dalam bekerja.

"Maaf, Nona. Kami sudah berusaha untuk berhati-hati. Kami juga sudah mulai memakai topeng sebelum memasuki pabrik itu. Seperti yang saya bilang sebelumnya, ternyata pengamanannya di pabrik tersebut sangat ketat dan tidak seperti dulu lagi. Kami bahkan hampir tertangka
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Disangka Anak Magang, Suamiku Ternyata Bos Besar   Jatah 3 Kali

    Aku sangat merindukanmu, Sayang," ucap Rangga seakan mereka sudah beberapa hari tidak pernah bertemu.Rangga mendorong pelan tubuh sang istri hingga terjatuh di sofa empuk dalam kamar mereka. Bagian dada sang istri yang terlihat sangat besar membuat Rangga semakin bergairah dan ingin menyentuh bagian favoritnya itu secara tergesa-gesa."Boleh aku meminum ASI-nya, Sayang? Habis nggak kalau aku minum sedikit aja?" ucapnya sambil mendongak setelah berlutut di hadapan sang istri."Asal jangan dihabisin, Sayang," jawab istrinya, membuat Rangga tersenyum penuh kemenangan. Pria itu mulai melabuhkan bibirnya di atas puncak dada sang istri di sebelah kanan, lidahnya bermain di sana hingga membuat sang istri terus mendesah kenikmatan. Namun, justru suara itu membuat Rangga semakin bergairah.Sementara dada bagian kiri istrinya dimainkan puncaknya dengan menggunakan jari. Setiap lantunan desahan yang terucap dari mulut sang istri seolah membawa hawa panas, sehingga menuntut Rangga untuk melakuka

  • Disangka Anak Magang, Suamiku Ternyata Bos Besar   Hanya Teman

    Setelah menunggu beberapa menit di lobi, akhirnya Nabila turun dengan tas di tangannya. Mereka pun keluar dari gedung dan berjalan menuju tempat parkir.“Jadi, kita mau makan di mana, Arka?” tanya Nabila saat mereka sampai di depan mobil Arka.“Aku tahu restoran yang enak di dekat sini. Santai aja tempatnya, nggak terlalu ramai. Aku yakin kamu bakal suka,” jawab Arka sambil membuka pintu mobil untuk Nabila.“Aku tak rewel soal makanan, dan pasti akan menyukainya apalagi kalau gratis,” Nabila berkelakar. Mereka tertawa bersama.Mereka berdua pun menuju restoran yang cukup dekat dari kantor. Tempat itu nyaman dan tidak terlalu ramai, suasananya tenang dengan lampu-lampu redup yang memberi kesan intim. Arka memilih meja di sudut yang sedikit jauh dari keramaian, memberikan mereka ruang untuk berbicara lebih bebas.Setelah memesan makanan, mereka duduk berhadapan dengan senyum yang canggung. Awalnya, suasana terasa kikuk. Keduanya sibuk dengan pikiran masing-masing, mencoba mencari topik

  • Disangka Anak Magang, Suamiku Ternyata Bos Besar   Kecanduan Minum ASI

    Arka merasa lega karena akhirnya bisa menghabiskan waktu berdua dengan Nabila, walau percakapan mereka masih dibayangi kenangan masa lalu. Perjalanan pulang dari restoran ke apartemen Nabila juga cukup tenang, dengan obrolan ringan yang mengalir tanpa beban. Mereka berbicara tentang pekerjaan, rekan kerja, dan kehidupan sehari-hari, mencoba menjauhkan diri dari topik yang terlalu emosional.Ketika mobil Arka berhenti di depan apartemen Nabila, keheningan mendadak menyelimuti keduanya. Mereka sama-sama tahu bahwa saat perpisahan sebentar lagi tiba, dan entah kenapa, meskipun sederhana, momen ini terasa berarti bagi keduanya.“Terima kasih, ya, Arka. Udah ngajak aku makan malam,” ujar Nabila sambil membuka seatbelt. Ia tersenyum lembut, namun masih ada sedikit rasa kikuk di wajahnya.Arka tersenyum balik, mencoba menenangkan perasaannya yang mulai gugup lagi. “Sama-sama. Aku yang harusnya terima kasih, udah mau diajak keluar. Seneng bisa ngobrol lagi sama kamu.”Nabila tertawa kecil,

  • Disangka Anak Magang, Suamiku Ternyata Bos Besar   Munafik

    "Mau ke mana, Sayang?" tanya Rangga setengah malas, sambil meregangkan tubuhnya di atas ranjang yang masih hangat dari kebersamaan mereka barusan. Pandangannya mengikuti langkah Febby yang turun dari tempat tidur dengan rambut acak-acakan, berjalan menuju kamar mandi. Malam itu terasa damai baginya, dan ia berpikir mereka bisa menikmati malam yang lebih tenang setelah malam yang begitu intens.Febby melirik ke arah Rangga sejenak, namun langkahnya tetap menuju kamar mandi. Wajahnya tampak serius, meskipun ia berusaha tetap tenang. "Kamu nggak dengar, Sayang? Elio menangis," jawab Febby tanpa banyak basa-basi, sambil memutar keran shower, membiarkan air panas mengalir.Rangga menghela napas pelan. Suara tangisan bayi memang samar-samar terdengar di telinganya, tapi ia masih yakin semuanya baik-baik saja."Tapi, kan sudah ada suster Barbara, Sayang," balasnya, mencoba meredam kekhawatiran istrinya. "Suster pasti lagi kasih susu ke anak-anak."Namun, Febby hanya membalas dengan diam.

  • Disangka Anak Magang, Suamiku Ternyata Bos Besar   Musuh yang Sama

    Tepat pukul 09.00 di Sun City, Monica melangkah mantap menuju penjara tempat Brian ditahan. Suasana penjara itu dingin dan suram, di luar sana langit pagi cerah bertolak belakang dengan suasana menekan di dalam gedung. Setelah mengisi beberapa berkas dan melapor pada petugas, Monica dibawa ke sebuah ruangan khusus, ruang interogasi dengan dinding-dinding berwarna kelabu yang memisahkan para tahanan dari pengunjung.Ketika Monica memasuki ruangan itu, Brian sudah duduk di balik tembok besar yang memisahkan mereka, hanya ada celah kecil yang cukup untuk melihat wajah satu sama lain. Mata Brian yang tajam langsung menatap Monica penuh kecurigaan."Siapa kamu? Dan ada keperluan apa menemuiku?" tanya Brian dengan nada sinis. Suaranya dingin dan tak bersahabat, seakan ingin mengusir Monica sebelum pertemuan ini dimulai.Namun, Monica hanya tersenyum. Senyuman yang penuh arti, seolah ia tahu sesuatu yang Brian sendiri belum bisa tebak. Ia mengamati wajah Brian di balik celah kecil itu denga

  • Disangka Anak Magang, Suamiku Ternyata Bos Besar   Kebetulan yang Menguntungkan Monica

    “Rossa,” panggil Monica dengan nada hangat, meskipun dalam hatinya sedikit terkejut melihat sosok sahabat lamanya itu muncul tiba-tiba di tempat ini.Rossa menoleh cepat, mengenali suara yang sudah lama tak didengarnya. Matanya membulat seiring senyum lebar yang merekah di wajahnya.“Monica, ini beneran kamu?” tanyanya sambil tertawa kecil, tidak percaya bahwa di tengah kesibukannya hari ini, ia bertemu dengan sahabat dari masa lalu.Monica mengangguk, senyum hangat menghiasi wajahnya. “Astaga, aku lupa kalau kau memang dari Sun City. Apa kabarmu?”Monica langsung merentangkan tangan, memberikan pelukan erat pada Rossa. Ada rasa nostalgia yang menguar di antara mereka, mengingatkan kembali pada masa-masa mereka pernah begitu dekat.Rossa membalas pelukan itu dengan antusias, tubuhnya sedikit terhuyung karena dorongan hangat dari Monica.“Aku juga sangat merindukanmu, Mon. Kamu ke sini ada urusan apa?”Monica tersenyum lebar, hatinya sedikit lega bisa bertemu seseorang yang mengenalnya

  • Disangka Anak Magang, Suamiku Ternyata Bos Besar   Bersyukur Punya Rangga

    Setelah menempuh perjalanan udara selama empat jam yang cukup melelahkan, disusul dengan satu jam perjalanan darat, akhirnya Mayang dan Rossa tiba di kediaman mewah Rangga Wijaya. Rumah itu berdiri megah di hadapan mereka, dengan halaman luas dan taman yang dirawat rapi. Mereka sempat terpana beberapa saat, melihat betapa megahnya rumah adik tiri mereka itu.Pintu utama rumah dibuka oleh kepala pelayan yang sudah menunggu."Silakan duduk, Nyonya, Nona. Saya akan panggilkan dulu Nyonya Febby," ucap sang kepala pelayan dengan sopan, menundukkan kepala sedikit sebagai tanda hormat.Mayang mengangguk, “Iya, Bi, terima kasih,” jawabnya dengan nada puas. Sementara itu, Rossa ikut menambahkan, “Terima kasih, Bibi,” sambil tersenyum kecil.Mereka berdua kemudian duduk di sofa mewah yang sangat nyaman. Ruang tamu itu begitu luas, dilengkapi dengan dekorasi modern yang menambah kesan elegan. Rossa menyandarkan tubuhnya, merasa lega akhirnya bisa duduk setelah perjalanan yang cukup panjang.“

  • Disangka Anak Magang, Suamiku Ternyata Bos Besar   Tempat Viral

    "Mama sama Kak Rossa mau nginep di sini kan?" tanya Rangga dengan senyum hangat di wajahnya, memecah keheningan yang sempat melingkupi ruang tamu.Mayang tersenyum tipis, melirik sekilas ke arah Rossa sebelum menjawab. “Mama dan Rossa memang mau nginep, tapi takut repotin, Rangga. Mungkin lebih baik kami nginap di hotel saja.” Nada suaranya halus, tetapi ada sedikit keraguan di dalamnya. Meski rumah Rangga sangat besar dan nyaman, Mayang tetap merasa tak enak merepotkan keluarga muda itu.Namun, Rangga menggeleng tegas. “Ngapain sih, Ma, di hotel? Di sini banyak kamar kosong. Gak bakal repot kok. Lagipula, Rangga mau ajak kalian sekalian makan malam. Sejak Febby melahirkan, kami hampir gak pernah keluar rumah, kecuali waktu imunisasi Elio dan Elina.” Rangga mengarahkan pandangannya ke arah istrinya, Febby, yang sedang menggendong salah satu bayi. Ada rasa bersalah di matanya karena ia belum sempat mengajak Febby untuk bersantai bersama di luar rumah.Rossa yang mendengar itu langsu

Bab terbaru

  • Disangka Anak Magang, Suamiku Ternyata Bos Besar   Tamat

    Arka masih berdiri dengan ekspresi serius, berhadapan dengan Nabila yang tampak gugup. Sebuah kesalahan fatal baru saja terjadi, membuat Nabila harus menghadapi amarah Arka, rekan kerjanya yang juga dikenal sebagai tangan kanan Rangga.“Ma–maaf,” ucap Nabila dengan nada terbata-bata. Matanya menatap meja, tak berani menatap langsung ke arah Arka. “Aku akan memperbaikinya.”Arka menyilangkan tangan di depan dada, ekspresinya tetap tegas. “Sudah seharusnya begitu, Nabila. Jangan campur adukkan masalah pribadi dengan urusan kantor,” tegurnya. “Data ini sangat penting. Kita dibayar untuk bekerja, bukan untuk mengecewakan pemilik perusahaan.”Nada suaranya yang dingin membuat Nabila merasa semakin bersalah. Rekan kerja lain di tempat itu, yang mendengar percakapan mereka, memilih untuk mengabaikannya.Nabila menarik napas panjang, mencoba menenangkan dirinya. Ia tahu Arka benar, dan ia harus memperbaiki kesalahan ini secepat mungkin. “Baik, Arka,” ucapnya dengan nada penuh penyesalan. “Unt

  • Disangka Anak Magang, Suamiku Ternyata Bos Besar   Pulang Saja

    Arka mengetuk pintu ruang kerja Rangga dengan hati yang sudah terasa berat sejak tadi. Ia tahu, percakapan ini akan melibatkan Nabila, yang terlihat semakin berusaha mendekatinya belakangan ini. Setelah mendengar suara Rangga mempersilakan masuk, Arka membuka pintu dan melangkah masuk bersama Nabila. Mereka duduk berdampingan, meskipun suasana di antara keduanya terasa canggung.Rangga menatap mereka sejenak, matanya tajam namun tetap ramah. Ia memulai pembicaraan, “Arka, saya akan segera mempersiapkan penggantimu-”Belum selesai kalimat itu terucap, Nabila langsung memotong, “Maksud Anda bagaimana, Tuan?”Nada suaranya terdengar penuh rasa ingin tahu, namun juga sedikit ketakutan. Ia menatap Rangga, mencoba mencari penjelasan dari kalimat yang setengah terucap itu.Rangga tersenyum tipis, mengalihkan pandangannya pada Arka yang tampak tenang. “Arka kan sebentar lagi akan menikah,” lanjut Rangga, nadanya penuh pengertian. “Dia akan menjadi pimpinan salah satu anak cabang Wijaya Group

  • Disangka Anak Magang, Suamiku Ternyata Bos Besar   Nguping

    “Kalian ini berani-beraninya, ya, ngomongin Mama,” ujar Febby pura-pura marah sambil memandang mereka dengan alis terangkat.Elina dan Elio hanya tertawa kecil, tampak tak terpengaruh oleh wajah pura-pura serius mamanya. “Kami hanya bercanda, Mama!” jawab mereka serempak dengan wajah polos dan senyum lebar, seperti berusaha meyakinkan bahwa mereka tidak bersalah.Febby menggeleng, lalu tersenyum. “Ya sudah, ayo cepat sarapan dulu. Nanti keburu terlambat ke sekolah,” katanya dengan suara lembut, namun tetap tegas.“Siap, Mama!” balas mereka, masih dalam nada polos dan penuh semangat.Tak lama kemudian, Elina dan Elio mengambil tas mereka, dan bersiap turun ke lantai bawah. Di ruang makan, Rangga, sudah duduk dengan rapi dan tampan dalam setelan kerjanya, menunggu mereka dengan sabar. Di meja itu juga sudah ada nenek mereka, dan Rossa, yang duduk menunggu sambil tersenyum melihat keceriaan anak-anak itu.Melihat kedatangan mereka, Rangga segera berdiri dari kursinya dan dengan penuh kas

  • Disangka Anak Magang, Suamiku Ternyata Bos Besar   Nyonya Muda Pelit

    Malam telah larut ketika Mayang dan Rossa memasuki kamar. Setelah percakapan hangat bersama keluarga, mereka kini berdua, bersiap untuk beristirahat. Namun, suasana hati Rossa tampak tidak tenang. Ia duduk di tepi tempat tidur dengan pandangan menerawang, sementara Mayang mengamati anaknya dengan lembut dari sudut ruangan."Ma," Rossa akhirnya membuka suara dengan nada pelan, tapi penuh rasa takjub, "Rossa sama sekali nggak menyangka, ternyata Arka bakal mendapatkan hadiah sebesar itu dari Rangga. Padahal tadi kami sempat diskusi, setelah menikah mungkin dia hanya akan pulang ke Sun City setiap akhir pekan. Tapi sekarang… hadiah itu mengubah segalanya. Kami bahkan bisa tinggal di sana bersama Mama."Mayang mendekati anaknya dan duduk di sebelahnya. Ia menggenggam tangan Rossa dengan lembut. "Iya, Sayang. Mama juga nggak pernah menyangka. Kalau Mama ingat-ingat lagi… Mama malu sekali atas apa yang pernah Mama lakukan ke Rangga dulu." Suara Mayang mulai serak. "Mama dulu menghina dia

  • Disangka Anak Magang, Suamiku Ternyata Bos Besar   Kejutan

    Setelah Arka pamit pulang, Febby, Rangga, dan Mayang masih duduk bersama. Di samping mereka, Rossa duduk tenang, menyimak obrolan sambil tersenyum kecil, namun di wajahnya ada keraguan yang tersirat.Febby yang duduk di sebelah Rossa menatapnya dengan penuh perhatian. "Kakak, rencananya mau menikah di sini atau di kota Sun City?" tanyanya lembut, ingin tahu keputusan kakak tirinya itu. Pertanyaan itu sontak membuat semua mata di ruangan tertuju pada Rossa, menunggu jawabannya.Rossa tersenyum tipis, lalu menghela napas panjang. "Kak Rossa sih inginnya di Sun City saja," jawabnya akhirnya, memandangi mereka satu per satu. "Di sana banyak kenangan yang ingin kami pertahankan, tempat-tempat yang istimewa untukku dan Arka. Lagipula, kami juga akan tinggal di sana setelah menikah... meskipun harus berpisah jarak dan waktu dengan Arka yang akan tetap bekerja di sini." Ada sedikit nada ragu di ujung kalimatnya, seakan-akan perpisahan itu adalah pengorbanan yang tak mudah baginya.Rangga ya

  • Disangka Anak Magang, Suamiku Ternyata Bos Besar   Pembahasan Serius

    “Kamu serius, sayang?” tanya Arka.Rossa mengangguk, “aku serius sayang. Kapanpun aku siap,” ulang Rossa.“Dua bulan lagi ada hari baik, apa kamu mau?”Rossa mengangguk.Arka kembali masuk ke dalam rumah sang atasan, dia minta Rangga dan febby kembali turun sebentar. Mereka pun berkumpul di ruang keluarga rumah mewah Rangga.Suasana hangat penuh kekeluargaan begitu terasa, terutama dengan adanya Febby yang tengah mengandung anak kedua, membawa kebahagiaan tersendiri bagi seluruh keluarga. Melihat Arka yang tampak ragu-ragu, Rangga segera menepuk punggungnya dan mempersilakannya duduk di samping."Ada apa, Ark? Kok wajahmu serius banget?" tanya Rangga, berusaha mencairkan suasana.Arka menarik napas dalam-dalam, memandangi ketiganya satu per satu, lalu berkata, "Saya ingin minta izin, Sama tante, Tuan dan Nyonya. Setelah berdiskusi dengan Rossa, kami memutuskan untuk menikah dua bulan lagi."Pernyataan itu mengejutkan semua orang, terutama Mayang, yang tidak menyangka rencana pernika

  • Disangka Anak Magang, Suamiku Ternyata Bos Besar   Siap Menikah

    Rangga dan keluarganya bersiap untuk malam spesial mereka. Ia merangkul bahu istrinya, Febby, yang sedang hamil, dengan lembut sembari mengajak kedua anak kembar mereka, Elina dan Elio."Ayo, sayang, kita bersiap," ucapnya dengan suara hangat yang penuh semangat.Bocah kembar berusia empat tahun yang energik, tidak bisa menahan kebahagiaan mereka. Setiap kali diajak makan di luar, mereka tahu pasti bisa memilih menu yang mereka inginkan tanpa batasan. Restoran mewah dengan berbagai pilihan hidangan daging adalah favorit mereka.Si kembar masuk ke dalam kamarnya bersama suster Barbara."Kamu mau daging apa nanti?" tanya Elina sambil memandang adik kembarnya, dengan mata berbinar. Mereka sedang dibantu mengganti pakaian oleh suster Barbara, yang setia menemani mereka setiap hari."Aku mau daging sapi saja, kamu daging ayam saja, nanti kita bagi," jawab Elio, mencoba memberi saran."Oke, tos dulu dong!" Elina mengulurkan tangannya, dan keduanya melakukan tos sambil tertawa kecil.Suster

  • Disangka Anak Magang, Suamiku Ternyata Bos Besar   Merayakan

    Rangga menatap Febby dengan perasaan yang tak menentu, dia nyaris tak percaya dengan berita yang baru saja ia dengar. Matanya menatap lekat-lekat wajah istrinya, seolah mencari kepastian lebih dalam dari sekadar kata-kata.“Ka—kamu beneran hamil, sayang?” tanyanya dengan suara terbata, penuh harap dan ketidakpercayaan.Febby tersenyum hangat, lalu mengangguk dengan penuh keyakinan. “Iya, sayang. Kita akan punya anak lagi,” jawabnya lembut, seolah kata-katanya itu adalah musik indah yang meresap ke dalam hati Rangga.Seolah tak mampu menahan luapan rasa bahagianya, Rangga menarik tubuh Febby ke dalam pelukan. Air mata jatuh tanpa malu-malu dari kedua matanya, namun ia tak peduli. Dalam hatinya, ia terus-menerus bersyukur pada Tuhan atas anugerah ini. Ia mengusap wajah Febby dengan jemari lembutnya, lalu menghujani pipi, kening, dan bibir istrinya dengan ciuman bertubi-tubi.“Aku bahagia sekali, sayang. Aku benar-benar nggak menyangka kalau Tuhan memberi kita kepercayaan lagi,” ucap Ra

  • Disangka Anak Magang, Suamiku Ternyata Bos Besar   Hamil

    "Nabila!" panggil Rangga ketika ia sudah ada di lobi. Kebetulan, Nabila juga masih berada di sekitar lobi. Dengan cepat, Nabila mendekati Rangga."Iya, Tuan. Ada yang bisa saya bantu?" tanyanya sopan."Harusnya sih, saya tidak perlu bicara seperti ini. Saya minta maaf sebelumnya kalau apa yang akan saya ucapkan ini menyinggung perasaanmu," ucap Rangga mengawali kalimatnya, membuat jantung Nabila berdebar semakin kencang."I-iya, Tuan. Ada apa?" tanya Nabila dengan suara lirih."Tolong jangan berharap apa pun lagi pada Arka, apalagi mengejarnya secara berlebihan. Dia bisa menjadi orang yang paling membencimu karena dia sangat tidak menyukai wanita agresif. Dan sekarang, Arka sudah memiliki calon istri, dan mereka akan segera menikah. Calon istrinya itu adalah kakak iparku sendiri. Jadi, jangan coba-coba untuk mengganggu hubungan mereka lagi. Kamu sudah pernah melewatkan kesempatan emas, di mana saat itu Arka benar-benar ingin mengulang kembali hubungan kalian yang pernah terputus," uca

DMCA.com Protection Status