Home / Romansa / MENJADI ISTRI PRIA BERBAHAYA / Chapter 41 - Chapter 50

All Chapters of MENJADI ISTRI PRIA BERBAHAYA: Chapter 41 - Chapter 50

56 Chapters

Keraguan untuk pertama kalinya

Hari-hari berlalu dalam kebisuan yang semakin mencekam. Kegelapan yang menyelimuti kamar Zera semakin pekat, seiring dengan kondisi mentalnya yang terus memburuk. Bahkan dokter mulai khawatir bahwa Zera tak lagi mampu berkomunikasi dengan dunia di sekitarnya. Dante, yang biasanya penuh kendali, kini tak bisa lagi menyembunyikan kecemasan dan amarah yang perlahan membara.Setiap kali dia masuk ke dalam kamar Zera, perasaan tak berdaya meremas hatinya. Zera yang dulu kuat, mandiri, dan penuh semangat, kini hanya bayangan dari dirinya yang dulu. Ia terbaring lemah di tempat tidur, menatap kosong ke langit-langit, seolah-olah semua yang ada di dunia ini telah menghilang dari pikirannya.Dante berdiri di ambang pintu, memperhatikan dari jauh dengan rahang mengatup kuat. Amarah dan frustrasinya mendidih di dalam dada. Setiap usaha yang ia lakukan untuk membangkitkan Zera selalu menemui kegagalan. Tak ada jawaban, tak ada reaksi. Seolah-olah Zera telah benar-benar menutup diri, terperangkap
last updateLast Updated : 2024-10-16
Read more

Sedikit cahaya dalam kegelapan

Malam itu terasa lebih sunyi dari biasanya. Di sudut kamar, Dante, yang biasanya penuh kendali dan kekuatan, kini tampak benar-benar lemah. Wajahnya pucat dan matanya tak lagi memancarkan kegigihan yang biasa. Nafasnya tersengal-sengal, tubuhnya goyah, dan sebelum ia sempat menyadari apa yang terjadi, tubuhnya ambruk ke lantai dengan suara keras. Pelayan-pelayan yang mendengar segera berlari masuk, terkejut melihat pria yang biasanya begitu kuat kini tak sadarkan diri. Mereka segera memanggil bantuan, tapi di tengah kepanikan itu, seorang pria tua yang tampak tenang melangkah masuk ke kamar. Dialah Zeus, kepala pelayan yang sudah melayani keluarga Dante selama bertahun-tahun.Zeus mendekati Dante, memeriksa denyut nadinya, dan menghela napas panjang. “Dia akhirnya mencapai batasnya,” gumamnya pelan, matanya beralih pada Zera yang masih duduk terpaku di tempat tidurnya, seolah tak terpengaruh dengan semua kekacauan di sekelilingnya.Zeus, dengan langkah yang tenang, berbalik dan mende
last updateLast Updated : 2024-10-16
Read more

Pagi hari yang penuh kejutan

Pagi itu, suasana di mansion masih sepi, hanya terdengar suara burung-burung dari kejauhan dan desir angin yang lembut membelai dedaunan. Zeus, seperti biasanya, membawa secangkir teh ke kamar Zera. Sudah lebih dari seminggu sejak ia memulai rutinitas ini, dan meskipun Zera telah menunjukkan sedikit perubahan, langkahnya masih panjang. Namun, Zeus tetap sabar.Saat ia membuka pintu kamar, pemandangan di depannya menghentikan langkahnya seketika.Di sana, di dekat balkon, berdiri sosok Zera. Tubuhnya yang kurus dan pucat kini menghadap ke luar, memandang pagi yang baru. Tangannya sedikit menggantung di sisi tubuhnya, dan rambutnya yang kusut bergerak lembut tertiup angin yang masuk dari celah pintu balkon yang terbuka. Zeus tidak percaya dengan apa yang dilihatnya. Untuk pertama kalinya sejak kejadian itu, Zera telah bangkit dari tempat tidurnya dan berjalan ke balkon—sesuatu yang tak pernah ia harapkan terjadi dalam waktu dekat.Zeus, yang biasanya tenang, merasa jantungnya berdetak l
last updateLast Updated : 2024-10-17
Read more

Cerita dibalik kegelapan

Zera berdiri di tengah ruangan dengan tatapan kosong, meski ia tampak tenang di luar, Dante tahu ada badai di dalam dirinya. Tiba-tiba, Zera angkat suara, mengejutkan Dante dan semua orang di mansion yang diam-diam memperhatikan dari kejauhan.“Aku... tidak ingat kapan terakhir kali aku merasa hidup.” Suara Zera serak, lemah, namun ada sesuatu yang tajam di dalamnya. “Rasanya... seperti berjalan dalam kabut. Semuanya begitu berat. Dan Nathanael... dia, dia yang terakhir...”Zera berhenti sejenak, menelan ludah dengan susah payah. Dante, yang selalu sigap melindunginya, kini hanya bisa diam, mendengarkan. Ia tahu Zera sedang membuka diri untuk pertama kalinya setelah sekian lama.“Setiap kali aku mencoba melangkah maju, ada sesuatu yang menarikku kembali. Seperti dinding yang tak terlihat... Aku merasa terkunci, Dante. Aku terkunci di dalam diriku sendiri,” lanjutnya, suaranya gemetar meski matanya masih menatap kosong ke depan.Dante menatapnya dengan dalam, mencoba memahami setiap ka
last updateLast Updated : 2024-10-17
Read more

Sebuah simbol

Begitu Valeria keluar dari ruangan, suasana kembali hening. Zera masih berdiri di tempatnya, namun wajahnya tiba-tiba terlihat pucat. Napasnya mulai terdengar lebih berat, dan tubuhnya mulai kehilangan keseimbangan."Zera!" Dante bergerak cepat ke arahnya, namun terlambat.Tubuh Zera ambruk, jatuh ke lantai dengan suara yang terdengar lembut namun mengejutkan semua orang di ruangan itu. Dante langsung berlutut di sampingnya, wajahnya tegang penuh kekhawatiran. "Zeus, panggil dokter sekarang!" suaranya terdengar tegas, hampir seperti perintah yang tidak bisa dibantah.Zeus, yang juga tampak terkejut, segera bergegas keluar untuk memanggil dokter. Tak butuh waktu lama, dokter yang biasanya menangani Zera bergegas masuk ke ruang tamu, wajahnya penuh keseriusan.Dante mengangkat Zera dengan hati-hati dan membawanya ke kamar. Sesampainya di sana, dokter langsung memeriksa kondisi Zera dengan teliti. Semua orang terdiam, menunggu penilaian dokter dengan rasa cemas. Sementara itu, Dante ber
last updateLast Updated : 2024-10-21
Read more

Pemimpin, ahli strategi, atau eksekutor?

Dante meninggalkan kamar Zera dengan langkah berat. Ia tahu bahwa jawaban yang ia cari tidak akan mudah didapatkan, tapi ia tidak bisa lagi menunggu dalam ketidakpastian. Langkahnya membawa dia ke bagian terpencil mansion, tempat sang paman, Alaric, tinggal. Alaric adalah pria tua yang berpengalaman dan sangat bijaksana—seseorang yang dulunya memiliki koneksi luas di dunia bawah, terutama dengan organisasi-organisasi rahasia.Saat Dante mengetuk pintu, suara berat Alaric terdengar dari dalam, mempersilakannya masuk. Alaric sedang duduk di belakang meja besar, memegang segelas bourbon, dan tatapannya segera tajam begitu melihat keponakannya."Ada apa, Dante? Apa yang membuatmu datang ke sini di jam seperti ini?" tanyanya dengan nada serius.Dante tidak berbasa-basi. Ia duduk di depan Alaric, mengeluarkan secarik kertas dengan gambar simbol yang sama dengan yang ada di tato Zera. "Aku butuh bantuanmu. Kau pasti mengenali ini."Alaric menatap simbol itu dengan pandangan mendalam. Wajahny
last updateLast Updated : 2024-10-21
Read more

Siapa Zera yang sebenarnya?

Dante duduk di samping tempat tidur Zera, menatap wajahnya yang pucat dalam diam. Malam telah berganti menjadi pagi, namun mata Dante tak kunjung terpejam. Dia telah menghabiskan beberapa hari terakhir mencari jawaban tentang Zera, dan meskipun banyak teka-teki yang mulai terkuak, Dante merasa ini bukan saatnya untuk membahasnya.Zera belum sepenuhnya sadar sejak pingsan tiba-tiba di ruang tamu. Dante tahu kondisinya lebih dari sekadar fisik—ada luka yang lebih dalam, yang tidak bisa disembuhkan dengan perawatan medis semata. Maka, ia menyingkirkan segala kekhawatiran dan informasi tentang tato itu, menguburnya sementara demi satu tujuan: melihat Zera pulih.Suara lembut dari angin yang menerpa tirai membuat suasana kamar terasa sunyi dan damai. Dante mengambil tangan Zera yang terkulai di samping tubuhnya, menggenggamnya dengan hati-hati, seolah takut menghancurkan sesuatu yang rapuh. “Zera,” bisiknya, meskipun tahu mungkin Zera tidak akan mendengarnya. “Aku di sini.”Dia tidak meng
last updateLast Updated : 2024-10-21
Read more

Merasa seperti terjebak lagi

Zera berdiri diam, menatap Dante yang menunggu di depannya. Udara malam terasa dingin, tetapi lebih dingin lagi keheningan yang menyelimuti mereka berdua. Perlahan, Zera menarik napas panjang, seolah mencoba menenangkan dirinya sebelum berbicara.“Ada banyak yang kau tak tahu tentangku, Dante,” ucap Zera dengan suara pelan namun penuh makna. Matanya beralih menatap langit malam yang dipenuhi bintang. “Dan… mungkin tak perlu kau ketahui semuanya.”Dante tetap diam, menunggu Zera melanjutkan, dengan sabar meski rasa ingin tahunya semakin kuat.Zera menggenggam pagar balkon dengan erat, seolah mengambil kekuatan dari dinginnya besi di tangannya. “Aku… bukan hanya seseorang yang dijual oleh keluarganya untuk melunasi utang, bukan hanya seseorang yang tersesat di dunia gelap ini. Aku…” dia terhenti sejenak, menelan ludah, “Aku adalah bagian dari sesuatu yang lebih besar, sesuatu yang kelam.”Dante masih mendengarkan tanpa menginterupsi, hanya matanya yang menajam, mencoba menangkap setiap
last updateLast Updated : 2024-10-21
Read more

Tidak akan mudah dihapus

Di tengah keriuhan medan pertempuran, Zera tiba-tiba terhenti, tubuhnya terasa dingin seakan es menyusup ke dalam pembuluh darahnya. Napasnya tersengal, seperti ada sesuatu yang mencekik tenggorokannya. Matanya terbelalak saat pandangannya berputar, tak lagi fokus pada musuh di depannya. Suara-suara keras di sekitarnya mulai memudar, dan yang tersisa hanyalah dengungan pekat di kepalanya.Ingatan-ingatan kelam dari masa lalu yang telah lama dia pendam seolah menyeruak ke permukaan, menghantamnya tanpa ampun.“Zera!” Dante memanggilnya, nadanya penuh peringatan. Namun, Zera tak mampu mendengarnya. Tangannya gemetar, pandangannya liar. Tiba-tiba, tanpa ia sadari, tangannya meraih pistol yang tergantung di pinggangnya. Ia mengangkatnya, gemetar, matanya tak lagi melihat Dante sebagai seseorang yang dikenalnya. Di matanya, yang berdiri di depannya sekarang adalah sosok mengancam, seseorang dari masa lalu yang ingin menghancurkannya.“Jangan dekati aku!” Zera berteriak, suaranya penuh ke
last updateLast Updated : 2024-11-07
Read more

Bukan pertama kalinya terluka

Ketenangan yang baru saja tercipta terasa rapuh, seolah permukaan tenang air yang menyembunyikan badai besar di bawahnya. Zera masih merasakan detak jantungnya yang berdebar keras, namun pelukan hangat Dante memberinya rasa aman yang pelan-pelan menenangkan dirinya. Dia menyadari bahwa meskipun ketakutan dan kekacauan masih mengintai di balik pikirannya, ada kekuatan dalam kehadiran orang-orang di sekelilingnya.Zeus, yang telah terluka namun tetap berdiri dengan kokoh, memberi Zera dorongan yang tak terucap melalui tatapannya. Zera memandang Dante sejenak, lalu menundukkan kepala, bibirnya bergetar.“Aku tidak tahu bagaimana kalian bisa terus bersikap baik padaku...” gumam Zera lirih, matanya tertuju ke tanah. "Setelah apa yang kulakukan."Dante memeluknya lebih erat sejenak, lalu menatap langsung ke matanya. “Kau tidak sendirian dalam ini, Zera. Kau hanya butuh waktu, dan kami akan ada di sini untukmu, apa pun yang terjadi.”Namun, di balik kata-kata lembut dan pelukan yang menenan
last updateLast Updated : 2024-11-07
Read more
PREV
123456
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status