Semua Bab MENJADI ISTRI PRIA BERBAHAYA: Bab 11 - Bab 20

56 Bab

Sebuah keputusan

Zera menatap ke luar jendela kafe, matanya menerawang. Pertemuan dengan Vittorio meninggalkan dampak yang lebih besar daripada yang dia sadari sebelumnya. Pria tua itu telah memberikan perspektif baru tentang dirinya dan posisi yang dia tempati dalam keluarga Marcelino. Sebuah perspektif yang tidak pernah terlintas dalam pikirannya, bahwa mungkin dia bisa menjadi lebih dari sekadar alat dalam permainan ini.Angin sore yang dingin masuk dari celah pintu kafe yang terbuka, membawa Zera kembali ke kenyataan. Dia meremas cangkir kopi di depannya yang mulai dingin, pikirannya berputar pada Dante. Dante dan pertemuan mereka dulu. Saat itu dia hanya seorang gadis yang berusaha bertahan dari kekacauan dalam rumahnya setelah ibu tirinya, Celeste, masuk dalam kehidupannya. Zera ingat betul malam itu. Dia berada dalam keadaan buruk—babak belur dan berantakan setelah dihajar oleh Celeste. Namun, meskipun tubuhnya terasa sakit, dia tetap melarikan diri ke hutan untuk mencari tempat tenang.Itu ada
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-09-19
Baca selengkapnya

Pernyataan

Zera menarik napas panjang, mencoba menenangkan detak jantungnya yang berpacu cepat. Dia memandangi Dante yang terbaring lemah di hadapannya. Luka-luka di tubuh pria itu tampak mengerikan, tapi tekad di matanya tetap kokoh. “Kau benar,” bisik Zera pelan, tapi cukup jelas untuk didengar oleh Dante. “Aku sudah menjadi bagian dari ini sejak malam di hutan itu. Dan aku tidak akan mundur sekarang.”Dante mengerutkan kening, tatapannya tak lepas dari wajah Zera. “Zera, ini bukan hanya permainan kekuasaan. Kau tahu siapa musuh kita. Mereka tidak akan berhenti sampai kita semua hancur.”“Aku tidak peduli,” jawab Zera tegas, menggenggam tangan Dante lebih erat. “Kalau aku bisa menyelamatkanmu sekali, aku bisa melakukannya lagi.”Senyum tipis muncul di bibir Dante, meski wajahnya masih diliputi rasa sakit. “Kau selalu keras kepala. Itu yang membuatmu berbeda.”Zera membalas senyumannya dengan tatapan lembut, namun di balik kelembutan itu, ada tekad yang semakin kuat. Dia tak lagi merasa sepert
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-09-21
Baca selengkapnya

Perang kekuasaan

Zera masih terdiam, mencoba mencerna situasi yang baru saja terjadi. Bantuan yang datang di saat kritis itu terasa seperti anugerah, tapi juga memicu lebih banyak pertanyaan. Siapa yang begitu kuat dan berpengaruh hingga mampu mengirim mobil hitam tersebut untuk menyelamatkan mereka? Dan mengapa Leo tampak begitu yakin bahwa semuanya telah diatur?Mobil yang dikendarai Leo akhirnya mulai melambat ketika mereka mendekati sebuah bangunan besar dan terpencil di pinggir kota. Tempat itu tampak seperti mansion yang tersembunyi, jauh dari keramaian dan dilindungi oleh pepohonan lebat di sekitarnya. Zera memandang ke luar jendela, menyadari bahwa mereka telah mencapai tempat tujuan."Ini tempatnya?" tanya Zera dengan suara yang masih sedikit bergetar. Leo mengangguk sambil memarkir mobilnya di depan gerbang besar mansion tersebut. "Ya, tempat ini sudah aman. Mereka tidak akan menemukannya."Zera segera keluar dari mobil, membukakan pintu untuk Dante yang masih terbaring di bangku belakang.
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-09-21
Baca selengkapnya

Ingin selalu bersama

Zera merasakan sesuatu yang berat menyelimutinya, seakan udara di ruangan itu tiba-tiba berubah menjadi dingin dan menyesakkan. Pria misterius ini tidak hanya memperingatkannya, dia juga seolah menempatkan Zera di tengah pusaran kekacauan yang tidak dia pahami sepenuhnya.“Aku harus melindungi Dante?” Zera mengulangi kata-katanya, penuh keraguan. “Bagaimana caranya aku bisa melindunginya? Dia bahkan memiliki lebih banyak kekuatan daripada yang aku bayangkan.”Pria itu mendekati Zera, sorot matanya lebih intens. "Kau benar, Dante adalah pria yang kuat, tapi bahkan yang terkuat pun bisa runtuh jika diserang dari dalam. Musuh-musuhnya tahu itu. Mereka tidak akan menyerangnya secara langsung—mereka akan menggunakan cara-cara yang lebih licik, seperti merusak orang-orang terdekatnya. Dan sekarang, Zera, kau adalah salah satu orang yang paling penting dalam hidupnya, entah kau menyadarinya atau tidak."Zera menelan ludah, mencoba memproses semua ini. “Apa yang harus kulakukan?”Pria itu ter
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-09-21
Baca selengkapnya

Munculnya Marko

Beberapa hari berlalu sejak percakapan Zera dan Dante, suasana di mansion berubah. Pengawal-pengawal tambahan terlihat di berbagai sudut, dan ketegangan semakin terasa di setiap langkah. Meskipun Dante masih dalam pemulihan, ia tetap mengendalikan segalanya dengan ketat, merencanakan langkah-langkah berikut untuk menghadapi ancaman yang semakin dekat.Zera, yang belum terbiasa dengan kehidupan yang penuh intrik dan bahaya, mencoba menyesuaikan diri dengan situasi tersebut. Namun, rasa tidak nyaman mulai menghinggapi dirinya. Dia tahu bahwa Dante ingin melindunginya, tetapi kenyataannya adalah dia tidak bisa selalu bergantung pada orang lain untuk keselamatannya. Dia harus lebih mandiri dan belajar bagaimana menghadapi bahaya sendiri.Suatu pagi, Zera duduk di ruang makan, menikmati secangkir kopi ketika dia melihat dua orang baru memasuki ruangan. Mereka berdua terlihat berbeda dari pengawal yang biasa, lebih mencolok dengan penampilan yang penuh percaya diri. Zera merasakan firasat b
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-09-21
Baca selengkapnya

Sebuah Fakta

Zera berlari menyusuri lorong dengan napas memburu, jantungnya berdegup kencang. Pikirannya penuh dengan rasa khawatir tentang apa yang baru saja terjadi. Marko dan Aria jelas menyembunyikan sesuatu, dan tindakan mereka tadi bukan sekadar ancaman kosong.Dia harus menemukan Leo atau Dante sesegera mungkin. Lorong-lorong mansion terasa lebih panjang dari biasanya, dan setiap bayangan tampak lebih gelap dan menakutkan. Zera merasakan tekanan di setiap langkahnya, seolah-olah ada yang mengintainya dari belakang.Ketika dia akhirnya tiba di depan pintu kamar Dante, dia menghentikan langkahnya sejenak, mencoba menenangkan diri sebelum mengetuk. Pikirannya masih bergejolak, tetapi dia tahu tidak ada waktu untuk menunda. Dia mengetuk pintu dengan tergesa-gesa.Pintu terbuka dengan cepat, dan Leo berdiri di sana, ekspresinya langsung berubah serius ketika melihat wajah tegang Zera."Ada apa?" tanyanya tanpa basa-basi.Zera menghela napas berat. "Marko dan Aria… mereka menyembunyikan sesuatu.
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-09-22
Baca selengkapnya

Siapa yang berada di sisinya?

Malam semakin larut, dan langkah kaki Zera menggema saat dia berjalan melewati lorong panjang menuju kamarnya. Kata-kata Dante masih terngiang dalam benaknya—tentang pengkhianatan, rencana besar, dan posisinya yang vital dalam permainan ini. Semuanya terasa seperti jebakan yang rumit, dan dia kini berada di tengah-tengahnya, tak tahu siapa yang sebenarnya bisa dipercaya.Saat mencapai pintu kamarnya, Zera tiba-tiba merasakan sesuatu yang tidak beres. Udara di sekitar terasa tegang, seolah ada sesuatu yang mengintai dalam bayangan. Nalurinya segera waspada. Dia berhenti di depan pintu, menajamkan pendengarannya.Hening.Namun, hening yang terlalu mencurigakan.Dengan hati-hati, Zera meraih kenop pintu dan membukanya pelan. Ketika pintu terbuka, pandangannya langsung tertuju pada bayangan yang berdiri di sudut ruangan. Seorang sosok. Wajahnya tersembunyi dalam kegelapan, tapi Zera bisa merasakan tatapan tajam yang mengawasinya."Siapa di sana?" Zera bertanya, suaranya tegas meski detak
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-09-22
Baca selengkapnya

Waktu habis

Zera masih terpaku di tempatnya, napasnya terengah-engah melihat sosok Marko yang berdiri di ambang pintu dengan pistol yang masih berasap. Tubuh Aria tergeletak di lantai, darah terus mengalir, sementara Dante berdiri di samping Zera dengan rahang mengeras, matanya tajam menatap Marko.Marko melangkah masuk dengan langkah penuh percaya diri, pistolnya tergantung di tangan seperti ancaman yang tenang namun mematikan. "Aku tak mengira harus turun tangan sendiri," katanya dengan nada santai, seolah apa yang baru saja terjadi hanyalah bagian kecil dari rencana besarnya.Dante menggeram pelan. "Apa yang kau inginkan, Marko?"Marko tersenyum tipis. "Kau tahu apa yang kuinginkan, Dante. Kendali. Dan Zera adalah kunci untuk itu."Zera mengerutkan kening, mencoba memahami apa yang sebenarnya terjadi. "Apa maksudmu? Aku tidak ada hubungannya dengan ini semua."Marko menatap Zera dengan pandangan yang seolah menembus batinnya. "Justru karena kau tidak tahu apa-apa, itulah yang membuatmu sangat
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-09-23
Baca selengkapnya

Apa kita terjebak?

Ledakan yang mengguncang ruangan hanya menjadi awal dari kekacauan yang lebih besar. Debu memenuhi udara, membuat Zera batuk-batuk sambil mencoba mencari pijakan di tengah reruntuhan. Dante segera mendekatinya, meraih lengannya dengan kuat agar ia tidak terjatuh.“Zera, ikut aku!” Dante menariknya ke belakang, memimpin Zera keluar dari pusat ledakan.Sementara itu, Leo dan pria berjubah hitam saling berhadapan di tengah-tengah kepulan debu. Tatapan Leo tajam, siap untuk bertindak, tapi pria berjubah itu justru tersenyum tipis, seolah-olah dia sudah memprediksi semua yang terjadi.“Apa yang kau inginkan darinya?” Leo akhirnya bertanya dengan nada yang tenang namun penuh ancaman.Pria berjubah itu hanya terkekeh pelan. “Ini bukan soal apa yang kuinginkan darinya. Ini tentang apa yang dia bawa... dan siapa dia sebenarnya.”Zera yang mendengar percakapan itu merasa bulu kuduknya merinding. ‘Apa yang kubawa?’ pikirnya dalam hati. Dia tak pernah merasa memiliki sesuatu yang penting, apalagi
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-09-23
Baca selengkapnya

Bukan milik siapapun

Zera menatap sosok Marko yang berdiri dengan angkuhnya di balik reruntuhan. Jantungnya berdetak kencang, rasa takut yang lama terkubur kini muncul kembali. Marko, pria yang pernah ia kenal begitu baik, kini terlihat lebih mengerikan, lebih gelap, dan lebih berbahaya dari sebelumnya. Sorot matanya penuh tuntutan, seolah mengklaim Zera sebagai miliknya, seperti sebuah barang yang tak bisa ia lepaskan.Dante bergerak cepat, berdiri di depan Zera, melindunginya dengan tubuhnya yang tegap. "Kau tidak akan menyentuhnya, Marko," suaranya terdengar dingin, tajam seperti pedang yang siap menusuk.Marko tertawa kecil, tidak terpengaruh sedikit pun oleh ancaman Dante. "Dante, kau seharusnya tahu, pertarungan ini sudah dimulai bahkan sebelum kau menyadarinya. Zera... sudah seharusnya bersama aku. Itu takdirnya."Zera menggelengkan kepalanya dengan keras, perasaan takut dan amarah bercampur aduk dalam dirinya. "Aku bukan milik siapa pun! Dan aku pasti bukan milikmu, Marko!"Namun, senyuman licik y
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-09-24
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status