Home / Romansa / Wanita Incaran Sang Billionaire / Chapter 161 - Chapter 170

All Chapters of Wanita Incaran Sang Billionaire: Chapter 161 - Chapter 170

180 Chapters

(S2) 19. Perlindungan

“Tenang saja, ini bukan masalah besar. Aku sudah membalas mereka,” ucap Lumia dengan bangga, senyumnya samar, meski pipinya masih memerah.“Bukan masalah besar?” Suara Dylan terdengar seperti gemuruh yang menghentak di udara, penuh tekanan. Dia meraih bahu Lumia, menarik tubuhnya sedikit menjauh agar bisa melihat lebih jelas. Matanya mengamati bekas tamparan di pipi Lumia dengan tajam.“Kau pasti bercanda, Puppy” gumamnya, suaranya rendah namun penuh emosi. “Lihat saja pipimu. Aku tidak akan membiarkan siapa pun, tidak peduli siapa mereka, menyentuhmu seperti ini.”“Aku tidak ingin membuat masalah, Dylan.” Lumia menundukkan kepalanya, suaranya melemah. Dia mencoba menahan perasaan cemasnya, tidak ingin situasi ini semakin rumit.Namun, Dylan tidak mau mendengarkan. Wajahnya berubah serius, bahkan lebih tegas dari sebelumnya. “Masalah apa yang kau maksud? Aku akan melindungimu, Lumia. Jangan
last updateLast Updated : 2024-12-08
Read more

(S2) 20. Heartbreak

Setelah keluar dari sekolah, Dylan mengemudi dengan cepat menuju kantor pusat HL Architects, salah satu perusahaan di bawah naungan Hilton Company. Lumia memperhatikan pemandangan di luar jendela, semakin lama suasana terasa berbeda.“Kukira kantormu di New York” Lumia memecah keheningan, menatapnya bingungDylan tersenyum kecil, matanya tetap tertuju ke depan. “Benar, aku sering bekerja dari kantor cabang di sana. Tapi perusahaan ini berpusat di Washington. Semua pengambilan keputusan besar dilakukan di sini.”Lumia mengangguk paham “Tapi kenapa kita kesini?” tanya Lumia“Aku menculikmu” jawab Dylan dengan kekehan ringanLumia memutar bola matanya mendengar jawaban Dylan, tetapi bibirnya menyunggingkan senyum tipis. “Oh, jadi sekarang aku korban penculikan? Apa yang kau inginkan, uang tebusan?” godanya sambil melipat tangan di dada.Dylan melirik sekilas, senyumnya melebar. “Aku ada rapat sebentar dengan tim perancangan, kau bol
last updateLast Updated : 2024-12-09
Read more

(S2) 21. He’s a Bastard

Dylan duduk di ujung meja rapat, matanya fokus pada layar besar yang menampilkan rancangan terbaru proyek tender mereka. Presentasi itu berjalan lancar, dengan timnya memaparkan detail teknis, biaya, dan strategi. Namun, pikirannya terus melayang ke Lumia, yang ia tinggalkan di ruangannya.Meskipun dia mencoba memusatkan perhatian pada pembahasan proyek, kegelisahan di hatinya semakin sulit diabaikan.“Mr. Hilton?” suara salah satu kepala departemen membuyarkan lamunannya.Dylan mengangkat wajah, menatap orang itu dengan tajam. “Lanjutkan” jawabnya singkat.Rapat kembali berlanjut, dan meskipun Dylan menunjukkan profesionalismenya, tatapan matanya yang dingin dan perintahnya yang pendek membuat suasana ruangan terasa lebih tegang dari biasanya. Ia ingin rapat ini selesai secepat mungkin.Ketika akhirnya presentasi selesai, Dylan berdiri sambil menutup tablet di depannya. "Rancangan ini cukup baik, tapi ada beberapa hal yang perlu diperbai
last updateLast Updated : 2024-12-09
Read more

(S2) 22. I’m sorry, princess

“Puppy..”Dylan berdiri di depan pintu kamar Lumia, mengetuk dengan lembut, namun tak ada jawaban. Hatinya berdebar, campuran antara rasa khawatir dan kesal.“Lumia” panggilnya pelan, berharap mendapat respons dari gadis itu. Namun, keheningan tetap menyelimuti ruangan.Dia mengetuk lagi, kali ini sedikit lebih keras. “Lumia, buka pintunya. Kita perlu bicara!” ujarnya, suaranya kini lebih tegas. Tapi tetap tidak ada jawaban.Dylan menatap pintu itu sejenak, semakin frustasi. Perlahan, wajahnya mulai menunjukkan ketegangan. “Kalau kau tidak buka pintu, aku akan masuk dengan cara lain” ancamnya dengan suara rendah, hampir berbisik.Dari dalam kamar, hanya ada keheningan yang membungkus. Ternyata, Lumia memang tak berniat membuka pintu.“Baiklah” Dylan berkata dingin. "Jangan bilang aku tidak memberi peringatan."Tanpa berpikir panjang, dia melangkah mundur sejenak, lalu berlari
last updateLast Updated : 2024-12-10
Read more

(S2) 23. Saran Caid

“Sudah berapa lama dia disitu?” Tanya Enid saat melihat Dylan masih berdiri di arena latihan, peluh bercucuran, napasnya memburu. Tembakan demi tembakan terus menghantam mayat yang dijadikan target, seolah ia ingin menghancurkan segala sesuatu yang ada di hadapannya.Lucius duduk di tepi ruangan dengan ekspresi datar, sedangkan Enid terus memandang Dylan dengan rasa khawatir yang tidak bisa disembunyikan.  “Hampir 2 jam” Jawab Dyan“Wah gila” Enid berseru “Kau tahu dia kenapa?”Dyan menggeleng, tak tahu apa yang membuat kakaknya itu menjadi begitu kacau. Emosi Dylan tak stabil dan Dyan sebagai kembaranpun tak mengerti apa yang membuat Dylan menjadi begini“Masalah wanita mungkin” Lucius berpendapat dengan acuhnyaDyan menghela napas panjang, matanya masih menatap Dylan yang terus-menerus menembak tanpa jeda. "Masalah wanita?" gumamnya, mengulangi kata-kata Lucius. "Dia memang
last updateLast Updated : 2024-12-10
Read more

(S2) 24. Chance

Dylan dan Dyan memang saudara kembar identik, namun jika berbicara masalah sifat maka Dylan dan Caid adalah kombinasi yang mematikan.Mereka manipulatif, posesif dan cukup gila masalah ranjang, meskipun tak separah Lucius yang meniduri saudara tirinya sendiriDan sialnya, karena sifatnya yang hampir sama dengan Caid, membuat Dylan kadang kesal dengan dirinya sendiriDylan tak menyesal pernah melakukannya, bagi orang dalam dunia sepertinya, seks adalah salah satu penghiburan tersendiri.Dylan juga tak membenci itu, hanya saja setelah tahu jika Lumia mual dengan dirinya , hal itu melukainya lebih dalam daripada yang bisa diungkapkan dengan kata-kata.Dylan menatap bayangan dirinya di cermin besar yang tergantung di sudut ruangan, wajahnya terlihat tegang. Dalam keheningan kamar yang mewah namun terasa hampa, pikirannya terus-menerus dihantui oleh tatapan Lumia yang penuh keraguan dan sedikit jijik.Dia mengusap wajahnya dengan kasar, mencoba m
last updateLast Updated : 2024-12-11
Read more

(S2) 25. Forgive me

Dylan tiba di depan gerbang rumah keluarga Lorenzo, mobilnya melambat dan berhenti dengan halus. Seorang penjaga menghampirinya, mengenali kendaraan dan sosok pria di dalamnya. Tanpa banyak bicara, penjaga membuka gerbang besar itu, memberinya akses masuk.Dylan melirik penjaga itu dan mengangguk kecil. Dalam hatinya, dia merasa lega. Petrus telah memintanya untuk menjaga putrinya, memberinya alasan untuk tetap berada di orbit gadis itu meskipun Lumia semakin menjauh darinya.Ketika dia sampai di depan pintu utama, suasana rumah tampak sepi. Hanya ada beberapa lampu yang menyala, memberikan suasana tenang yang hampir menyeramkan.Dia melangkah masuk ke ruang tamu yang luas. Sepi. Hanya suara langkah kakinya yang terdengar, bergema di lantai marmer. Dylan melirik sekeliling, mencari tanda-tanda kehadiran siapa pun, tetapi hanya keheningan yang menjawabnya.“Lumia?” panggilnya dengan suara rendah. Tak ada jawaban.Ponselnya menunjukkan pu
last updateLast Updated : 2024-12-12
Read more

(S2) 26. Harassment

Demi Tuhan! Siapa yang menciptakan kebiasaan aneh bagi perempuan untuk melepas bra saat tidur? Dylan ingin mencaci sekaligus menghormati orang yang memulai ide gila itu. Sebab kini, ia tak bisa mengabaikan kenyataan bahwa tangannya secara langsung bersentuhan dengan dada Lumia. Kain tidur tipis yang dikenakan Lumia sama sekali tidak membantu, justru membuat setiap sentuhan terasa nyata—lembut, kenyal, dan membingungkan.Dan ini bukan gadis sembarangan. Ini Lumia, si polos yang selalu berhasil menciptakan dilema di kepala Dylan. Wajahnya mungkin seperti malaikat, tapi sikapnya? Seolah dirancang khusus untuk menguji batas kesabaran pria.“Tidak tertarik untuk... menyusu, Dylan?” ujar Lumia tiba-tiba, memecah keheningan dengan nada menggoda yang begitu santai.Dylan menoleh, matanya memicing penuh peringatan. Gadis itu menatapnya dengan ekspresi santai, seolah tidak sadar dengan api yang baru saja ia nyalakan. Di luar, hujan turun deras, menambah
last updateLast Updated : 2024-12-12
Read more

(S2) 27. Obsess with you

Tubuh polos tanpa busana dua anak manusia itu masih terlelap dengan nyamannya di atas ranjang yang berantakan. Cahaya pagi mengintip dari sela-sela tirai, memberikan kehangatan lembut pada ruangan yang semalam penuh dengan jejak-jejak hasrat.Lumia perlahan membuka matanya. Tubuhnya terasa lelah, tetapi ada kehangatan yang menyelimuti, berasal dari lengan Dylan yang melingkar di pinggangnya. Ia menoleh sedikit, melihat wajah pria itu yang tampak damai dalam tidurnya. Rambutnya berantakan, dan napasnya teratur. Dylan kini tampak begitu rentan dan begitu manusiawi.Lumia tersenyum kecil, merasakan pipinya memanas saat mengingat apa yang terjadi semalam. Hatinya berdebar, tidak menyesal, tetapi juga tidak tahu harus bagaimana menghadapi Dylan setelah ini.Matanya menatap Dylan lebih lama, memperhatikan setiap detail wajah pria itu. Garis rahangnya yang tegas, bulu mata panjang yang tertutup rapat, dan bibir yang semalam begitu rakus mencium setiap sudut tubuhnya. R
last updateLast Updated : 2024-12-13
Read more

(S2) 28. Distance

“Selama papa tak ada, kau aman saja kan?” Petrus bertanya, suaranya penuh kekhawatiran, meskipun ia berusaha terdengar tenang. Lumia mengangguk, meskipun ada keraguan yang tersembunyi dalam dirinya.“Aku baik-baik saja, Pa. Dylan menjagaku dengan baik” Lumia menjawab dengan nada antusias yang tak dia sadari. Dia bahkan tersenyum ringan, seolah kata-kata itu menenangkan dirinya. Namun, di dalam hati, ia tahu bahwa ada lebih dari sekadar penjagaan yang Dylan berikan. Ada sesuatu yang jauh lebih dalam, sesuatu yang mungkin Petrus tidak akan pernah mengerti.“Ada apa dengan senyummu itu?” Petrus bertanya pada putrinya dengan nada menggoda“Tidak ada apa-apa” jawab Lumia cepat, berusaha menutupi senyumannya yang tanpa sadar muncul. Ia memotong rotinya dengan pelan, menghindari tatapan ayahnya. Namun, Petrus Lorenzo bukanlah tipe orang yang mudah tertipu, apalagi oleh putrinya sendiri.“Kau pikir Papa tidak mengenalmu?” Petrus mengangkat alis, meletakkan cangkir kopinya di atas meja. “Biasa
last updateLast Updated : 2024-12-13
Read more
PREV
1
...
131415161718
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status