All Chapters of Kebangkitan Mafia yang Dikhianati : Chapter 71 - Chapter 80

107 Chapters

Bab 71 Langkah Baru

Pagi itu, suasana di sekolah terasa berbeda dari biasanya. Mungkin efek dari reuni besar-besaran kemarin yang membawa kembali banyak kenangan dan harapan. Gedung sekolah, yang biasanya sunyi di pagi hari, kini terasa hangat seolah-olah terselimuti semangat baru. Bagi Laras, sekolah bukan hanya tempat bekerja, tapi rumah kedua yang ia bangun dengan cinta dan dedikasi selama bertahun-tahun.Laras tiba lebih awal dari yang lain. Setelah mengadakan reuni dan mendengar kisah para alumni, ia merasa ada sesuatu yang belum ia selesaikan. Ia merasa perlu membuat perubahan besar untuk menciptakan ruang yang lebih baik bagi generasi yang akan datang. Reuni itu membuka matanya bahwa sekolah ini, yang dulu hanya terlihat sebagai tempat mengajar dan mendidik, sebenarnya adalah pijakan awal bagi masa depan banyak anak muda.“Selamat pagi, Bu Laras,” sapa Pak Raka, yang juga tiba lebih awal.“Pagi, Pak Raka,” balas Laras sambil tersenyum. “Rasanya reuni kemarin benar-benar membuka banyak kenangan, ya
last updateLast Updated : 2024-11-11
Read more

Bab 72 Harapan yang Baru

Hari itu, Laras memulai pagi dengan perasaan tenang dan puas. Fasilitas baru yang ia impikan telah terwujud, dan melihat semangat para siswa yang memanfaatkan ruang-ruang kreatif tersebut membuatnya merasa segala kerja kerasnya tidak sia-sia. Namun, di balik kesibukan yang telah mereda, ada satu hal yang terus terlintas di pikirannya: langkah apa yang akan ia ambil selanjutnya?Saat ia tengah menyeruput kopi di ruang guru, Raka masuk membawa beberapa dokumen. “Bu Laras, ini laporan keuangan terakhir untuk proyek pengembangan. Semuanya sudah sesuai rencana, dan kita bahkan punya sisa dana yang bisa dimanfaatkan.”Laras menatap Raka dengan rasa syukur. “Terima kasih, Pak Raka. Kalau bukan karena bantuan semua orang, proyek ini mungkin tak akan selesai dengan sempurna.”“Ini semua berkat kepemimpinan Ibu. Saya rasa sekolah ini telah banyak berubah sejak Ibu menjadi kepala sekolah,” ujar Raka sambil tersenyum.Laras tertawa kecil. “Masih banyak yang harus dilakukan, Pak. Dunia pendidikan
last updateLast Updated : 2024-11-16
Read more

Bab 73 Langkah Menuju Impian yang lebih besar

Setelah perjalanan panjang di dunia pendidikan formal, Laras semakin merasa bahwa jalannya kini telah berubah. Yayasan pendidikan yang ia dirikan terus berkembang pesat. Dukungan datang dari berbagai pihak—perusahaan besar, organisasi kemanusiaan, hingga para individu yang terinspirasi oleh visinya. Meski demikian, Laras tahu, perjuangan ini masih jauh dari kata selesai.Pagi itu, ia duduk di ruang kerjanya yang sederhana. Meja di depannya penuh dengan dokumen proposal kerja sama, laporan keuangan, dan daftar nama anak-anak yang akan menerima bantuan beasiswa. Ia membaca dengan cermat satu persatu, memastikan bahwa semuanya berjalan dengan baik.“Bu Laras, ada tamu dari perusahaan besar yang ingin bertemu,” ujar sekretarisnya, Dinda, sambil mengetuk pintu.“Siapa namanya, Din?” tanya Laras, meletakkan kacamata baca di meja.“Pak Anton dari Global Future Foundation. Katanya, mereka tertarik untuk bermitra dengan yayasan kita.”Laras tertegun sejenak. Nama Global Future Foundation tidak
last updateLast Updated : 2024-11-16
Read more

Bab 74 Menyetuh Langit yang Lebih Tinggi

Kegiatan seminar pendidikan nasional masih terasa gaungnya meskipun sudah berlalu beberapa minggu. Media massa terus membahas visi besar Laras tentang pemerataan pendidikan di Indonesia. Namun bagi Laras, kesuksesan itu hanyalah awal dari perjalanan baru. Ia tahu masih ada banyak anak yang belum tersentuh oleh dampak perubahan yang ia upayakan.Suatu pagi, Laras bangun lebih awal dari biasanya. Ia duduk di meja kerjanya, menatap peta Indonesia yang tergantung di dinding. Setiap titik di peta itu memiliki cerita, tempat di mana anak-anak berjuang untuk mendapatkan pendidikan yang layak.“Ini belum cukup,” gumamnya. Ia membuka laptop dan mulai mengetik rencana baru untuk yayasannya.---Hari itu, Dinda, sekretaris setianya, masuk dengan membawa setumpuk surat dan dokumen. “Bu Laras, ini ada undangan penting untuk Ibu dari Kementerian Pendidikan.”Laras menatap surat itu dengan penasaran. Setelah membukanya, ia mendapati bahwa ia diundang untuk menjadi pembicara utama dalam konferensi in
last updateLast Updated : 2024-11-16
Read more

Bab 75: cahaya di tengah perjuangan

Hidup Laras kini berada di persimpangan besar. Apa yang telah ia lakukan selama bertahun-tahun mulai memberikan dampak yang luar biasa, tetapi semakin besar pencapaiannya, semakin berat pula tanggung jawab yang ia emban.Setelah proyek besar di Nusa Tenggara Timur berhasil, Laras menerima undangan dari berbagai daerah lain yang membutuhkan bantuannya. Namun, ia juga mulai merasa tubuhnya lelah. Laras jarang beristirahat; pikirannya selalu dipenuhi dengan rencana-rencana baru untuk pendidikan Indonesia.Pagi itu, di ruang kerjanya, Laras duduk termenung. Sebuah panggilan video dari mitra internasional membuatnya tersadar betapa besar harapan yang ditumpukan padanya. Mereka ingin menjadikan yayasan Laras sebagai contoh global untuk pengelolaan pendidikan di negara berkembang.“Bu Laras, ini kesempatan besar untuk memperluas dampak kita,” ujar Dinda sambil menunjukkan presentasi rencana pengembangan yayasan.Laras tersenyum tipis. “Ya, kesempatan besar. Tapi aku takut kita terlalu berfok
last updateLast Updated : 2024-11-21
Read more

Bab 76 Melangkah menuju perubahan besar

Suasana di Jakarta terasa berbeda bagi Laras. Sejak kembalinya dari Kalimantan, ia merasakan ada antusiasme baru di sekelilingnya. Orang-orang mulai memperhatikan apa yang ia lakukan, dan dukungan untuk yayasannya terus mengalir.Di kantornya yang sederhana, Laras berdiri di depan papan tulis besar. Di papan itu terpampang peta Indonesia yang penuh dengan lingkaran-lingkaran kecil berwarna merah, kuning, dan hijau—tanda-tanda lokasi proyek yayasan yang sedang berjalan.“Kita sudah mencapai 37 daerah,” ujar Dinda dengan bangga. “Tapi aku yakin kita bisa lebih dari ini.”Laras tersenyum. “Aku juga yakin. Tapi kita harus tetap fokus. Jangan sampai terlalu ambisius lalu lupa menyelesaikan apa yang sudah kita mulai.”Dinda mengangguk. “Setuju. Jadi, apa langkah kita berikutnya, Bu?”Laras berpikir sejenak. Ia tahu bahwa tantangan utama di banyak daerah terpencil bukan hanya akses ke pendidikan, tetapi juga kesenjangan ekonomi yang membuat orang tua sulit mendukung pendidikan anak-anak mere
last updateLast Updated : 2024-11-21
Read more

Bab 77 Menyongsong Harapan Baru

Pagi itu, Laras bangun dengan perasaan berbeda. Udara Jakarta yang biasanya terasa sesak oleh hiruk-pikuk kini membawa kesegaran yang entah dari mana datangnya. Ia membuka jendela kamar dan membiarkan sinar matahari menyelinap masuk, membelai wajahnya yang dihiasi senyum kecil.Hari ini adalah hari penting—hari peresmian program pemberdayaan ekonomi terpadu yang telah ia dan timnya rancang selama setahun terakhir. Program itu adalah hasil dari perjalanan panjang, pengorbanan, dan dedikasi untuk menciptakan perubahan nyata bagi masyarakat di daerah terpencil.Setelah sarapan cepat, Laras mengenakan setelan formal berwarna krem, simbol dari kesederhanaan yang selalu ia junjung. Ia menatap cermin sejenak, menarik napas dalam, dan melangkah keluar dengan penuh percaya diri.---Acara peresmian berlangsung di sebuah auditorium besar yang dipenuhi oleh tamu undangan dari berbagai kalangan: pejabat pemerintah, mitra organisasi, perwakilan masyarakat desa binaan, hingga wartawan dari media na
last updateLast Updated : 2024-11-21
Read more

Bab 78 Langkah Menuju Masa Depan

Pagi itu, udara terasa segar, seolah alam sedang memberikan energi baru. Laras berdiri di depan kaca besar di ruang kerjanya. Ia merenungi perjalanan yang telah ia tempuh selama ini. Apa yang dulu hanya angan-angan kini telah menjadi kenyataan. Namun, ia juga tahu bahwa keberhasilan bukanlah akhir, melainkan awal dari tantangan yang lebih besar.Teleponnya berdering, membuyarkan lamunannya. “Halo?”“Laras, ini Andi. Aku ingin memberitahumu bahwa proposal kita untuk membangun pusat pelatihan di wilayah Indonesia timur telah disetujui,” kata Andi dengan nada penuh semangat.Mendengar kabar itu, Laras tak bisa menahan senyum. “Itu luar biasa, Andi! Kita harus segera merancang rencana implementasinya.”“Benar. Tapi kali ini, aku ingin kamu melibatkan lebih banyak orang dari desa binaan. Biarkan mereka berperan aktif dalam proses ini,” saran Andi.“Setuju. Mereka harus menjadi bagian dari perubahan ini, bukan hanya penerima manfaatnya,” jawab Laras dengan yakin.---Beberapa hari kemudian,
last updateLast Updated : 2024-11-24
Read more

Bab 79 Titik Balik Perjalanan

Pagi yang cerah membawa suasana baru bagi Laras. Ia berdiri di halaman pusat pelatihan yang baru saja diresmikan beberapa bulan lalu, mengamati aktivitas peserta dengan hati penuh rasa syukur. Suara tawa dan diskusi dari kelompok peserta pelatihan membuat suasana terasa hidup. Ini adalah bukti nyata bahwa upayanya selama ini tidak sia-sia.Namun, di tengah kesibukan tersebut, pikiran Laras terganggu oleh panggilan telepon dari Andi, mitra setianya. Suaranya terdengar serius.“Laras, aku butuh bicara langsung denganmu. Ada hal penting yang harus kita bahas,” ujar Andi tanpa basa-basi.“Baik, Andi. Kita bertemu di kantor sore ini,” jawab Laras dengan nada penasaran.Sore harinya, Laras tiba di kantor tepat waktu. Andi sudah menunggunya di ruang rapat. Di meja, terdapat tumpukan dokumen dan laporan yang tampaknya penting.“Jadi, ada apa?” tanya Laras sambil duduk.Andi menghela napas panjang. “Ada investor baru yang ingin terlibat dalam proyek kita. Mereka menawarkan pendanaan besar, tet
last updateLast Updated : 2024-11-24
Read more

Bab 80 Awal Baru yang Cerah

Pagi itu, Laras berdiri di depan kaca besar di ruang kerjanya. Ia memandang bayangannya sendiri, merasa lega tetapi juga penuh harap. Setelah semua perjuangan yang ia lalui, pusat pelatihan yang didirikannya kini telah menjadi sebuah gerakan besar, memberikan dampak positif bagi masyarakat sekitar. Namun, Laras tahu perjalanan ini belum selesai.Hari ini adalah hari yang istimewa. Yayasan yang Laras pimpin akan mengadakan acara besar untuk merayakan keberhasilan angkatan pertama program pelatihan. Gedung serbaguna yang dulunya hanyalah mimpi kini telah berdiri megah, dipenuhi peserta, mentor, dan tamu undangan yang datang dari berbagai kalangan.Sebelum meninggalkan ruang kerjanya, Laras memeriksa ulang pidato yang sudah ia siapkan. Kata-katanya sederhana, tetapi penuh dengan rasa syukur dan harapan. Ia ingin memastikan setiap orang yang hadir bisa merasakan betapa besar arti perjalanan ini.---Di lokasi acara, suasana penuh semangat. Peserta pelatihan terlihat mengenakan pakaian ter
last updateLast Updated : 2024-11-24
Read more
PREV
1
...
67891011
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status