All Chapters of Dikira Pengangguran Ternyata Hartawan: Chapter 81 - Chapter 90

195 Chapters

Bab 81

“Aku turun dulu ya, Bang.” Isha melepas sabuk pengaman begitu mobil berhenti di depan rumah Baskoro. Dia membuka pintu mobil lalu turun. “Tolong buka pintu bagasi, Bang,” pintanya.Isha membuka bagasi lantas mengambil tas berisi oleh-oleh. Koper dibiarkan ada di sana karena Satrio melarangnya membawa. Setelah itu Isha berjalan ke pintu rumah. “Assalamu’alaikum,” salamnya saat memasuki rumah yang pintunya sengaja dibiarkan terbuka.Sementara itu Satrio menghela napas panjang begitu sang istri turun dari mobil. Entah apa yang salah kali ini karena dia belum mendapat jawaban dari Isha. Saat Satrio tadi bertanya, mereka sudah masuk ke jalan kampung dan tak lama tiba di rumah sang mertua. Satrio meminggirkan mobil agar tidak menghalangi jalan sebelum turun dan mengambil koper di bagasi. Dia mengunci pintu mobil setelah itu menyusul istrinya.“Assalamu’alaikum.” Satrio mengucap salam saat keluarga istrinya membongkar oleh-oleh yang mereka bawa. Dia sudah tak melihat Isha ada di sana, pasti
last updateLast Updated : 2024-09-24
Read more

Bab 82

“Dek, mungkin nanti Abang ga bisa ngantar Dek Isha masuk kerja. Nanti Abang orderin ojol ya. Kalau pulangnya, insya Allah Abang jemput.” Satrio bicara pada istrinya saat dia berganti baju di kamar. “Gapapa, Bang. Dulu aku juga biasa berangkat dan pulang kerja sendiri,” sahut Isha sembari melipat baju.“Dek Isha, ga marah ‘kan?” Satrio memandang istrinya.Isha menggeleng. “Buat apa marah, Bang?”“Siapa tahu Dek Isha marah karena Abang ga bisa nganter. Abang tuh paling takut Dek Isha marah,” sahut Satrio.“Masa cuma karena hal sepele gitu marah, Bang? Kaya anak kecil saja.” Isha tersenyum.“Walaupun Dek Isha ga marah, Abang tetap minta maaf ya. Karena ga masuk kerja beberapa hari, kerjaan Abang numpuk. Selain itu Abang mau balikin mobil,” lontar pria berambut ikal itu. “Bang Satrio ga perlu minta maaf karena ga salah. Lakukan yang memang harus dilakukan. Sebaiknya mobil memang segera dikembalikan, ga enak sama bos Bang Satrio kalau kelamaan pinjam,” timpal Isha.“Iya, Dek, makanya nan
last updateLast Updated : 2024-09-25
Read more

Bab 83

“Beb, ayo siap-siap berangkat, keburu kena macet nanti.” Surya menarik tangan Vita yang mau membalas ucapan Isha. Selain merasa tak enak pada mertuanya, dia juga malu pada Isha. Apalagi setelah mendengar kalau Satrio ikut membiayai pernikahannya. “Apaan sih pakai tarik aku segala, Beb,” protes Vita setelah masuk ke kamarnya.“Kamu mau kerja apa mau bertengkar sama kakakmu? Ga lihat sekarang jam berapa?” Surya menunjuk jam yang menempel di dinding kamar.“Ya ampun!” Vita pun gegas merapikan penampilannya dan mengambil tas kerjanya begitu melihat jam dinding. “Yuk, Beb. Aku sudah siap.” Vita mengajak suaminya ke luar dari kamar. Dia sudah tidak melihat lagi sosok kakak tirinya ada di ruang depan. Mungkin saja Isha ada di kamar atau di belakang, Vita tak mau ambil pusing. Setelah berpamitan dengan sang ibu, mereka pun berangkat ke kantor menggunakan mobil Surya.“Beb, memangnya Mas Satrio beneran kerja serabutan ya?” tanya Surya saat mereka dalam perjalanan ke kantor.Vita mengedikkan
last updateLast Updated : 2024-09-26
Read more

Bab 84

“Dek, sudah Abang pesankan ojol ya. Maaf Abang ga bisa nganter hari ini.” Isha tersenyum kala mendapat pesan dari suaminya. Meskipun sedang sibuk kerja, pria itu tetap memikirkannya. Bahkan memesankan ojek untuknya.“Ya, Bang. Makasih,” balas Isha dalam pesannya. Setelah memastikan penampilannya sudah rapi, dia ke luar dari kamar lalu duduk di teras menunggu pengemudi ojol yang akan mengantarnya ke toko. “Pak, Bu, aku kerja dulu.” Isha masuk rumah lagi, berpamitan pada Baskoro dan Lina yang duduk di ruang depan. Tak lupa menyalami keduanya dengan takzim.“Kamu berangkat sama siapa, Is?” tanya Baskoro saat Isha menyalaminya.“Sama ojek, Pak,” jawab Isha.“Memangnya Satrio ke mana?” Gantian Lina yang bertanya.“Baru ada kerjaan, Bu. Aku berangkat ya, ojolnya sudah nunggu di depan,” timpal Isha.“Ya, hati-hati,” pesan Baskoro.Isha pun gegas menghampiri pengemudi ojol. Setelah mengenakan helm, dia naik ke atas motor. Baru setelah itu sang pengemudi menjalankan motornya.“Bang, aku sudah
last updateLast Updated : 2024-09-26
Read more

Bab 85

“Dek Isha, ingin Abang kerja kantoran seperti Surya dan Vita?” Satrio tidak menjawab, tapi malah balik bertanya pada istrinya.Isha menggeleng meskipun Satrio tidak bisa melihatnya. “Aku cuma nanya aja, Bang. Aku ga masalah Bang Satrio kerja di mana saja, yang penting halal,” timpalnya.“Terus terang saja Abang ga berminat kerja di sana, Dek. Apalagi jadi bawahan Surya dan Vita. Mending Abang kerja di tempat lain,” tukas Satrio.“Sebenarnya aku juga ga mau Bang Satrio kerja di kantor mereka. Makin sok aja nanti mereka karena merasa udah berjasa sama Bang Satrio.” Isha akhirnya mengungkapkan apa yang ada di hatinya.“Alhamdulillah kalau Dek Isha sependapat sama Abang.” Satrio pun menghela napas lega.Tak lama kemudian kedua sejoli itu pun tiba di rumah. “Assalamu’alaikum,” salam Isha begitu masuk ke rumah. Satrio nanti menyusul setelah memasukkan motor ke ruangan di samping rumah.“Wa’alaikumussalam. Kok baru pulang jam segini, Is?” balas Lina.“Tadi mampir makan dulu, Bu,” sahut Isha
last updateLast Updated : 2024-09-27
Read more

Bab 86

Isha membelalakkan mata tak percaya. Saat dia akan salat tadi, uang itu tidak ada di sana. Bagaimana mungkin setelah salat, tiba-tiba bundelan uang tersebut ada di dalam tasnya. Pasti ada yang memfitnahnya, tapi dia tidak tahu siapa orangnya.“Ini fitnah. Ada yang sengaja memasukkannya ke tasku. Uang itu tadi tidak ada di sana.” Isha membela diri.“Masih saja mengelak padahal bukti sudah di depan mata. Memang ada yang sengaja memasukkan, tidak mungkin uang itu masuk sendiri ke tasmu. Dan yang memasukkan itu kamu sendiri!” Karyawan wanita itu menuding Isha.Istri Satrio itu menggeleng berulang kali, menolak apa yang dikatakan salah satu rekan kerjanya tersebut. “Demi Allah, aku tidak memasukkan uang itu ke dalam tasku. Aku berani bersumpah dengan Al-Qur’an kalau aku tidak mencuri,” ucapnya dengan penuh keyakinan.“Tidak perlu bersumpah menyebut nama Allah dan Al-Qur’an karena sekarang banyak yang bersumpah palsu. Lagian mana ada pencuri yang mau ngaku. Kalau semua ngaku, penjara akan p
last updateLast Updated : 2024-09-28
Read more

Bab 87

“Sudah menghubungi suaminya?” Polisi tadi kembali mendekat begitu melihat Isha tidak lagi mendekatkan ponsel ke telinga.Isha mengangguk. “Sudah, tapi suami saya tidak mengangkat telepon, Pak,” jawabnya dengan wajah sendu.“Mungkin suaminya sedang sibuk atau lagi di jalan. Coba kirim pesan saja,” saran sang polisi.“Ya, Pak. Terima kasih sarannya.” Isha kemudian mengetik pesan untuk suaminya.“Bang, aku dituduh mencuri. Sekarang aku di Polsek.” Pesan itu terkirim tapi tidak langsung dibaca oleh Satrio.“Kami akan mulai interogasinya sekarang. Mari ikut saya,” cakap sang polisi.“Saya mau menunggu suami saya, Pak. Saya tidak akan memberi keterangan tanpa suami saya,” tegas Isha.“Sekarang saja, biar lebih cepat selesai. Lagian Anda belum tahu kapan suaminya akan datang ke sini,” desak sang polisi.Isha menggeleng. “Meskipun bukan orang kuliahan, tapi saya tahu kalau saat memberi keterangan saya berhak didampingi pengacara. Saya juga punya hak memberi keterangan secara bebas, tanpa teka
last updateLast Updated : 2024-09-28
Read more

Bab 88

Isha yang ada di sebuah ruangan, langsung berdiri begitu mendengar suara sang suami. Dia mengucap syukur karena orang yang sejak tadi ditunggu akhirnya datang juga. Rasanya sudah tak sabar berada di pelukan Satrio yang selalu menenangkan jiwanya.Tak lama kemudian, Satrio muncul di ruangan tersebut diantar seorang polisi yang berpakaian preman. Isha tersenyum begitu melihat sosok sang suami. Mereka sama-sama berjalan mendekat lalu berpelukan dengan erat. “Maaf ya, Abang baru datang,” ucap Satrio setelah mengecup puncak kepala sang wanita.“Gapapa, Bang,” sahut Isha yang merasa sangat tenang berada dalam pelukan suaminya. Polisi yang tadi mengantar Satrio tiba-tiba berdeham. “Maaf menginterupsi. Sesuai permintaan dari Saudari Isha tadi, dia bersedia memberi keterangan setelah suaminya datang. Sekarang suaminya sudah datang, jadi tidak ada alasan lagi untuk menundanya,” tandasnya.Mau tak mau sejoli tadi mengurai pelukan. Namun Satrio tak mau berjauhan dari sang belahan jiwa. Dia berdi
last updateLast Updated : 2024-09-29
Read more

Bab 89

Satrio mengernyit. “Menghilangkan apa, Bang? Nyawa?” Dia memandang pengacara kondang itu.Herman mengangguk. Hal itu sontak membuat mata Isha membola. Bagaimana bisa kedua pria itu berbicara dengan santai soal menghilangkan nyawa orang? Siapa sebenarnya suaminya? Apakah dia pemimpin mafia seperti di film-film yang sifatnya kejam dan tidak kenal ampun? Membayangkannya saja membuat Isha jadi bergidik.Satrio menggeleng. “Ga, Bang. Keenakan mereka kalau begitu. Penderitaannya hanya sebentar.”“Terus apa yang mau kamu lakukan?” Pengacara itu terus saja bertanya.“Sedikit memberi penderitaan di hidup mereka. Mungkin dengan membuat mereka merasakan dinginnya lantai penjara atau menghilangkan sumber penghasilannya. Aku masih belum memutuskan, Bang,” sahut Satrio dengan santai.“Bang, beneran mau melakukan itu?” Isha langsung bertanya pada suaminya. Dia memandang Satrio dengan tatapan tak percaya. Benarkah pria yang menggenggam tangannya itu bisa begitu tega pada orang lain?Satrio menoleh p
last updateLast Updated : 2024-09-29
Read more

Bab 90

“Naik itu.” Satrio membuka kunci mobil dengan remote dari jarak beberapa meter hingga Isha tahu mobil mana yang dimaksud oleh suaminya. Mobil merek terkenal yang biasanya hanya dimiliki oleh orang-orang kaya.“I—itu mobil siapa, Bang?” tanya Isha seraya menunjuk mobil yang asalnya dari Jerman tersebut. Satrio hanya menjawab dengan senyuman. Dia langsung membuka pintu untuk Isha begitu berada di sisi kiri mobil. Pria itu baru menutupnya setelah memastikan sang istri duduk dengan nyaman. Setelah itu Satrio baru berjalan ke sisi kanan kemudian masuk ke mobil dan duduk di belakang kemudi.Begitu masuk ke dalam mobil, Isha mengagumi interior yang lebih mewah dari mobil yang tempo hari Satrio bawa. Kursinya pun terasa lebih nyaman.“Pakai sabuk pengaman dulu, Dek.” Satrio mendekat pada sang istri lalu memasangkan sabuk pengaman. Baru sesudah itu memasang untuk dirinya sendiri. Dia kemudian menyalakan mesin dan mulai menjalankan kendaraan beroda empat itu.“Bang, kenapa tidak menjawab perta
last updateLast Updated : 2024-09-29
Read more
PREV
1
...
7891011
...
20
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status