Home / Romansa / Sengketa Hati Mantan Suami / Chapter 1 - Chapter 10

All Chapters of Sengketa Hati Mantan Suami: Chapter 1 - Chapter 10

26 Chapters

BAB 1. PROLOG: AWAL KISAH PERPISAHAN

Laksmi duduk di ujung sofa berwarna krem di ruang tamu mereka yang terpencil di pinggiran kota. Dia menatap layar laptopnya dengan intensitas yang jarang terlihat oleh Jaka dalam beberapa bulan terakhir ini. Perasaan tegang dan berat merayapi hatinya, membuatnya sulit untuk bernapas. Dia tahu hari ini adalah hari yang dia tidak ingin alami.Beberapa tahun lalu, ketika mereka menikah, segalanya terasa begitu cerah. Laksmi dan Jaka adalah pasangan yang serasi. Mereka bertemu di kampus saat keduanya sedang mengejar mimpi mereka menjadi pengacara. Cinta mereka tumbuh di tengah-tengah belajar hukum, diwarnai dengan mimpi-mimpi masa depan yang penuh harapan.Namun, seperti yang sering terjadi dalam hidup, mimpi itu tidak selalu berlangsung selamanya.FlashbackKampus hukum pagi itu ramai dengan mahasiswa yang terburu-buru menuju kelas mereka. Di lorong yang sibuk itu, dua orang muda berdiri berdampingan: Laksmi dengan rambut hitam panjangnya yang terikat rapi ke belakang, dan Jaka dengan se
Read more

BAB 2. PERTEMUAN YANG TAK TERDUGA

Laksmi menatap layar laptopnya dengan serius, mencoba memusatkan perhatian pada laporan kasus yang harus dia selesaikan untuk pertemuan besar sore ini. Ruangan rapat tempatnya duduk terletak di ujung lorong panjang di lantai tujuh gedung kantor hukum yang megah. Sebagai salah satu pengacara terkemuka di firma ini, Laksmi terbiasa dengan kegiatan sehari-hari yang sibuk dan tekanan yang tak terelakkan dari pekerjaannya.Saat dia mengetik dengan cepat, fokusnya terganggu oleh kehadiran seseorang yang duduk di sudut ruangan. Jaka. Mantan suaminya. Dia tidak sengaja melihat ke arahnya ketika rekan kerja Jaka datang berbicara dengannya dengan antusias, sementara Jaka sendiri duduk dengan tatapan hampa, berusaha menenangkan diri di tengah keriuhan kantor yang ramai.Laksmi menarik napas dalam-dalam, mencoba mengusir perasaan tidak nyaman yang tiba-tiba menyergapnya. Ini adalah pertemuan pertama mereka sejak mereka bercerai tiga bulan yang lalu. Setelah perceraian yang sulit dan penuh perteng
Read more

BAB 3. PERSAINGAN DI RUANG SIDANG

Laksmi dan Jaka berdiri di ruang sidang yang megah, wajah mereka tegang dan penuh dengan emosi yang terselubung. Mereka telah menghabiskan bulan-bulan terakhir ini mempersiapkan diri untuk momen ini—saat mereka akan bersaing satu sama lain di depan juri untuk kasus yang sangat penting bagi firma hukum tempat mereka bekerja.Di belakang mereka, duduklah juri yang terdiri dari tujuh orang yang serius, siap untuk mendengarkan argumen-argumen dari kedua belah pihak. Ruangan itu dipenuhi dengan aura tegang, tetapi bagi Laksmi dan Jaka, ada juga lapisan yang lebih dalam dari emosi yang mereka coba sembunyikan di balik masker profesionalisme mereka.Jaka, dengan sikap yang tenang dan percaya diri, mengambil posisi di depan meja pengacaraannya. Dia mengenakan setelan jas hitam yang rapi, penampilannya selalu menunjukkan ketegasan dan profesionalisme. Namun, di dalam hatinya, ada kegelisahan yang sulit untuk disembunyikan. Dia melirik sekilas ke arah Laksmi yang berdiri di meja pengacaraan law
Read more

BAB 4. MAKAN SIANG YANG TIDAK DIRENCANAKAN

Di sebuah kafe yang tenang di sudut kota, Laksmi dan Jaka duduk di meja yang terpisah, tetapi terlalu dekat untuk kenyamanan mereka sendiri. Mereka terjebak dalam situasi makan siang bersama, sebuah peristiwa yang diatur oleh rekan kerja mereka, Sarah, yang sepertinya memiliki rencana tersendiri untuk mendamaikan hubungan yang tegang di antara mereka.Laksmi duduk dengan anggun di satu sisi meja, mengaduk-aduk salad di piringnya dengan gerakan yang cermat, mencoba untuk fokus pada makanannya daripada pada kehadiran Jaka di seberangnya. Dia merasa tegang dan canggung, tidak yakin apa yang harus dia katakan atau bagaimana dia harus bertindak di sekitar mantan suaminya.Di sisi lain meja, Jaka merasa sebaliknya—ia tidak dapat menghindari pandangan matanya yang terus memandang Laksmi. Dia mencoba menemukan cara untuk memecah keheningan yang tidak nyaman di antara mereka, tetapi setiap kali dia berpikir untuk membuka mulut, kata-kata itu terasa berat dan tidak pantas.Sarah, yang duduk di
Read more

BAB 5. KOLABORASI PERTAMA DALAM KASUS BESAR

Laksmi dan Jaka duduk di ruang konferensi yang besar, dikelilingi oleh tumpukan dokumen dan berkas kasus yang baru mereka terima. Mereka sedang bersiap untuk bekerja sama dalam kasus besar pertama mereka sejak bercerai. Meskipun perasaan mereka masih penuh dengan ketegangan dan kenangan masa lalu yang menyakitkan, keduanya merasa bertekad untuk menunjukkan profesionalisme yang tinggi dalam hal ini.Laksmi, yang duduk di ujung meja, merenung sejenak saat dia memandang berkas-berkas yang tersebar di depannya. Dia tidak bisa mengabaikan getaran emosional yang menghantamnya saat dia berbagi meja dengan Jaka lagi setelah begitu lama.Sementara itu, Jaka duduk di sampingnya, mencoba untuk memfokuskan perhatiannya pada strategi hukum yang harus mereka susun bersama. Namun, dalam keheningan yang tidak nyaman, dia tidak bisa menghindari pandangannya yang terus menerus terarah pada Laksmi.Saat mereka mulai meninjau kasus, mereka berdua secara tidak sadar terlibat dalam percakapan yang semakin
Read more

BAB 6. PERCAKAPAN YANG MENYENTUH HATI

Laksmi menatap Jaka dengan tatapan penuh keraguan, mencoba memproses kata-kata yang baru saja dia dengar. "Jaka, apakah kamu yakin tentang ini? Kita sudah begitu lama tidak berada dalam hubungan seperti itu."Jaka mengangguk perlahan, matanya tidak meninggalkan pandangan Laksmi. "Aku yakin. Aku merasa bahwa ada sesuatu di antara kita yang belum terselesaikan. Kita mungkin tidak bisa mengubah masa lalu kita, tapi mungkin kita bisa mencoba membangun sesuatu yang baru."Laksmi merasa sesak, takut akan konsekuensi dari keputusan ini. "Aku takut, Jaka. Takut bahwa kita mungkin mengulangi kesalahan yang sama. Takut akan kemungkinan bahwa kita tidak bisa menyelesaikannya kali ini."Jaka menanggapi dengan suara yang lembut, mencoba untuk meyakinkan Laksmi. "Kita tidak harus terburu-buru. Kita bisa mengambil waktu yang kita butuhkan, melangkah pelan-pelan. Aku tidak ingin menambahkan tekanan padamu, tetapi aku juga tidak ingin kita kehilangan kesempatan untuk mencoba."Laksmi menangis, air mat
Read more

BAB 7. KONFLIK DI KORIDOR FIRMA HUKUM

Laksmi dan Jaka terlibat dalam sebuah pertengkaran sengit di koridor firma hukum tempat mereka bekerja. Suasana dingin di sekitar mereka mencerminkan ketegangan yang memenuhi udara setelah percakapan yang sudah lama tertunda.Laksmi, wajahnya merah padam, menatap tajam ke arah Jaka. "Kamu selalu berpikir bahwa kamu tahu segalanya, Jaka! Tapi kamu tidak pernah mengerti apa yang aku butuhkan."Jaka menahan amarahnya, tetapi suaranya tetap tajam saat dia menjawab, "Kamu tidak bisa terus-menerus mengingat masa lalu kita setiap kali kita memiliki argumen, Laksmi. Kita harus bisa melewati hal itu."Laksmi menghela nafas, mencoba menahan emosinya. "Bagaimana kamu bisa begitu mudah melupakan segalanya? Apakah kamu lupa betapa sulitnya waktu itu bagi kita?"Jaka melangkah mendekat, wajahnya yang tegang mencerminkan frustrasinya. "Aku tidak melupakan, Laksmi. Tapi kita tidak bisa terus hidup dalam bayang-bayang masa lalu kita. Kita harus belajar untuk maju."Laksmi merasa hatinya semakin panas.
Read more

BAB 8. PENUGASAN YANG MENGEJUTKAN

Di suatu pagi yang cerah, Laksmi dan Jaka mendapati diri mereka diberi tugas lapangan yang tak terduga oleh firma hukum tempat mereka bekerja. Mereka harus bekerja sama menangani kasus sengketa lahan di sebuah desa terpencil, yang membutuhkan penelitian langsung dan interaksi dengan penduduk setempat. Meskipun awalnya canggung, tugas ini membuka pintu bagi mereka untuk menemukan sisi-sisi baru dari satu sama lain di luar lingkungan kantor yang biasa.Perjalanan mereka ke desa itu memicu banyak kenangan masa lalu. Di perjalanan yang panjang, mereka teringat kembali pada masa-masa indah mereka bersama, ketika cinta mereka masih baru dan segala sesuatunya terasa begitu sederhana. Laksmi dan Jaka tidak bisa menghindari untuk berbagi cerita dan tertawa bersama, mencairkan ketegangan yang telah terbawa sejak pertengkaran mereka.Sesampainya di desa, mereka disambut dengan hangat oleh penduduk setempat yang ramah dan suka membantu. Laksmi menunjukkan keahliannya dalam berbicara dan bernegosi
Read more

BAB 9. MALAM GALA YANG MEMBUAT TAKJUB

Laksmi dan Jaka tiba di acara gala yang diadakan di sebuah hotel mewah di tengah kota. Mereka berdua terlihat menawan dalam gaun dan setelan yang elegan, meskipun dalam hati mereka masih terasa sedikit canggung dengan kehadiran satu sama lain di acara semacam ini setelah perjalanan emosional mereka di desa.Mereka memasuki ruangan yang penuh dengan cahaya lampu gemerlap dan ornamen-ornamen mewah, diiringi oleh musik klasik yang mengalun lembut di latar belakang. Beberapa tamu yang hadir tampak mengenali mereka, memberi salam dan senyuman ramah, sementara yang lain memandang mereka dengan rasa ingin tahu atas kehadiran pasangan mantan suami istri ini di acara tersebut.Laksmi memegang lengan Jaka dengan lembut, mencoba untuk mencairkan ketegangan di antara mereka. "Ini pertama kalinya kita berdua hadir di acara seperti ini dalam waktu yang lama, Jaka."Jaka tersenyum, mencoba untuk tidak menunjukkan rasa gugupnya. "Ya, rasanya agak aneh, tapi aku senang bisa datang bersamamu."Laksmi t
Read more

BAB 10. KESALAHPAHAMAN DI PESTA KANTOR

Di sebuah pesta kantor yang ramai, Laksmi dan Jaka dikelilingi oleh rekan-rekan kerja mereka yang bersemangat. Suasana penuh canda tawa dan musik yang mengalun keras membuat malam itu semakin meriah. Di tengah-tengah keramaian, terjadilah kesalahpahaman lucu yang hampir memicu kebingungan di antara Laksmi dan Jaka.Saat mereka berdua berdiri di dekat meja makanan, seorang rekan kerja mendekati mereka dengan penuh semangat. "Hei, Laksmi! Saya sangat senang melihat Anda berdua datang bersama," kata rekan kerja itu sambil tersenyum lebar.Laksmi menanggapi dengan ramah, "Terima kasih! Kami juga senang bisa datang."Rekan kerja itu menatap Jaka dengan tatapan takjub. "Dan kamu, Jaka! Saya tidak sabar untuk mendengar tentang kasus terbaru yang sedang Anda tangani."Jaka, yang sebenarnya sedang asyik menyantap hidangan kecil di tangannya, tersenyum ramah. "Terima kasih. Kami memiliki beberapa kasus menarik akhir-akhir ini."Namun, seolah-olah terjadi kesalahpahaman, rekan kerja itu membalas
Read more
PREV
123
DMCA.com Protection Status