Semua Bab Istri Dadakan Presdir Arogan yang Dirahasiakan: Bab 11 - Bab 20

29 Bab

Bab 11

Lie Zhichun duduk menempati kursinya sambil mengangkat satu kakinya. Ia menatap wajah Ana yang duduk di hadapannya dengan tatapan mata yang dalam. "Kamu ingin menempati posisi apa?" tanya lelaki itu yang pada akhirnya memecahkan keheningan yang berlangsung cukup lama. "Apa saja. Tapi aku ingin bekerja sendirian, tidak bergantung pada orang lain. Aku benci dengan mereka yang bermuka dua," keluh Ana dengan suara yang terdengar putus asa. Lie Zhichun menarik nafas panjang. Ia tampak berpikir dengan serius. "Pengalaman apa yang kamu miliki selama bekerja?" tanyanya hendak memastikan. "Aku pernah menjadi kasir di minimarket dan bekerja dibagian promosi," jawab wanita itu dengan penuh semangat. Lie Zhichun kembali berpikir untuk beberapa saat. Ia memegangi dagunya. "Baiklah, untuk sementara kamu menjadi assisten pribadiku. Karena Sekertaris Lie masih berada di luar kota. Setelah ia kembali, aku akan kembali memikirkan posisimu." "Jadi, apa yang harus aku kerjakan saat i
Baca selengkapnya

Bab 12

"Kamu Ana, kan?" Terdengar suara seorang lelaki yang tiba-tiba muncul dari arah belakang Ana. Ia menoleh, dan melihat Xiao Nai tersenyum hangat, memperlihatkan senyuman manisnya. "Xiao Nai?" Ana membalas senyuman serupa. Ia memperhatikan ke sekelilingnya selama beberapa saat, sebelum ia kembali menatap wajah lelaki itu. "Apa yang kamu lakukan di sini?" tanyanya dengan heran. "Aku bekerja part time di sini." Mata Xiao Nai melirik ke arah belakang Ana. Ia melihat wanita itu sedang mengantre untuk membeli coffee di Cafe tempat ia bekerja. "Oh ya? Kebetulan sekali.""Kamu datang untuk membeli secangkir coffee?" Ana menarik nafas kasar. "Bukan secangkir. Tapi sepuluh cangkir," gumamnya sedikit mengeluh. "Oh ya? Kamu memesan coffee sebanyak itu untuk siapa?" "Bosku. Dia adalah Bos yang paling menyebalkan." Xiao Nai tertawa renyah. "Kalau begitu, kamu resign saja, dan bekerja di sini bersamaku. Kebetulan ada posisi yang kosong di sini." "Jika aku bisa. Tapi sayangnya aku tidak bisa.
Baca selengkapnya

Bab 13

Lie Zhichun termangu di depan ruang ICU. Ia berdiri di depan pintu, dan mematung selama beberapa saat, sebelum ia memutuskan untuk membuka pintu tersebut. Ia menarik nafas panjang, dan menghempaskan secara kasar. Ia berjalan dengan langkah berat menuju ke tempat pembaringan. Di dalam ruangan yang sangat dingin, ia menatap seorang lelaki paruh baya yang tampak terbaring tak sadarkan diri. Sudah hampir tiga bulan Papanya mengalami koma karena kecelakaan yang telah menimpanya. Bahkan pihak rumah sakit sudah menyerah untuk menangani Papanya, yang kemungkinan mengalami mati otak. Papanya masih bisa bernafas karena alat bantu pernafasan yang terpasang di tubuhnya. Meskipun dokter sudah menyarankan untuk mencabut alat bantu pernafasan dari rumah sakit, Zhichun dan juga Neneknya menolak keras. Karena mereka masih memiliki harapan untuk lelaki itu. Lie Zhichun menggenggam erat tangan Papanya, sebelum ia beranjak pergi meninggalkan ruangan ICU. Dalam perjalanan menuju ke halaman pa
Baca selengkapnya

Bab 14

Suara dentuman musik keras, dan suasana yang hiruk pikuk di dalam ruangan yang remang-remang. Beberapa orang tampak berjoget di bawah cahaya lampu warna-warni dengan keadaan yang setengah mabuk. Lie Zhichun duduk merenung di depan meja bar sambil menikmati minuman alkoholnya yang entah sudah berapa gelas ia teguk. "Pelayan, berikan aku segelas lagi!" ucapnya dengan keadaan yang sudah setengah sadar. Seorang bartender yang bekerja di tempat itu, hanya menuruti permintaan Zhichun tanpa mempertimbangkan lagi keadaannya, yang pada akhirnya membuat lelaki itu benar-benar mabuk. Ia tertidur di depan meja bartender. Sampai menjelang dini hari, saat tempat hiburan itu hendak tutup, Zhichun masih tak beranjak dari tempatnya. "Permisi, tuan.... Kami sudah akan tutup," tegur salah seorang manager di tempat itu. Ia berusaha mengguncang-guncang tubuh Zhichun yang lemas, bahkan lelaki itu hampir terjatuh dari tempatnya. "Bagaimana ini, Pak?" tanya salah seorang pegawai yang mulai frus
Baca selengkapnya

Bab 15

"Tuan, lepaskan aku.... Kau salah mengira seseorang," rintih Ana sambil berusaha melepaskan diri dari cengkeraman Zhichun. Tanpa diduga-duga, lelaki itu membuka kedua matanya dengan lebar, membuat Ana tersentak. Jantungnya berdetak cepat saat jarak wajah mereka sangat dekat. "Xiaoxi...." lirih Zhichun yang masih dalam pengaruh alkohol. "Aku bukanㅡ " belum sempat Ana menjelaskan situasi, lelaki itu dengan cepat mengubah posisi. Kini Ana berada di bawah Zhichun yang terus menatapnya dengan aneh. "Akuㅡ" Wanita itu mendadak bungkam kala bibir Zhichun menempel pada bibirnya yang sedikit kering. Ia melumatnya lembut, yang membuat Ana merasakan sensasi aneh dalam dirinya. Tubuhnya terasa panas meskipun ruangan itu berAC. Ana tidak bisa berkutik, karena kedua tangannya ditahan oleh Zhichun. Ciuman itu semakin memanas, sehingga membangkitkan gelora yang belum pernah dirasakan oleh Ana sebelumnya. "Tuan, ahh.... hentikan," rintih Ana berusaha menahan diri kala bibir lelak
Baca selengkapnya

Bab 16

"Tuan.... Bukankah aku hanya part time bekerja di sini? Jika aku harus bekerja secara full time, aku.... aku mengundurkan diri saja," ucap Ana sedikit ragu-ragu. Ia merasa khawatir bahwa ucapannya akan semakin menyulut emosi lelaki yang duduk di hadapannya. "Kamu mengancamku?" Mata lelaki itu menatap wajah Ana dengan tajam. "Aku.... aku t-tidak mengancam. Aku hanya...." Belum sempat Ana melanjutkan ucapannya, Zhichun menggebrak meja dengan keras. Hal itu membuat Ana tersentak. "Kamu pikir, sehebat apa dirimu? Silahkan pergi, dan jangan pernah kembali lagi!" teriak lelaki itu sambil menunjuk ke arah pintu keluar. Ana bergegas meninggalkan ruangan. Dia tidak ingin lelaki itu semakin marah padanya. "Cih! Apa-apaan dia? Dia yang memintaku untuk bekerja di sini, dia juga yang memecatku. Dasar lelaki sinting!" gerutu Ana saat ia berjalan keluar meninggalkan gedung. Suara dering telpon berbunyi nyaring, yang membuat Ana merasa terkejut. Ia merogoh ke dalam tas jinjingnya
Baca selengkapnya

Bab 17

PLAKk!!!! Sebuah tamparan keras tak dapat dihindari oleh Ana, yang secara tiba-tiba mendarat di pipinya. Ana menoleh, menatap seorang lelaki yang berdiri di hadapannya dengan tatapan kemarahan yang menyala di kedua matanya. Ana tidak mengerti, kenapa lelaki itu begitu marah padanya. Entah kesalahan apa yang telah ia buat. Ia sendiri tidak tahu. Ana mengusap pipinya perlahan yang masih terasa perih. Pipinya yang semula putih, menjadi kemerahan dan terdapat tanda samar yang membentuk sebuah tangan. "Ada apa? Kesalahan apa yang telah aku buat kali ini?" tanya Ana dengan ekspresi wajah yang datar. Sebisa mungkin ia menahan emosinya yang terasa seperti akan meledak. "Kamu masih bertanya?" balas lelaki itu dengan senyuman bengis. "Aku tidak tahu kesalahanku di mana," jawab Ana pelan. Ia memalingkan wajahnya dari Zhichun yang semakin lama membuatnya muak. "Kamu tidak berhak berbicara seperti itu pada Xiaoxi! Kamu harus ingat, bahwa pernikahan kita hanyalah sebuah kontrak!" kecam lela
Baca selengkapnya

Bab 18

Ana membelalakkan kedua matanya dengan lebar saat ia mencicipi sushi dan sashimi yang telah dibuat oleh Jia untuk Xiao Nai. Sepertinya bukan hanya Ana saja yang merasakan masakan Jia yang terasa mengerikan. Ana menatap Xiao Nai yang tampak bersusah payah mencoba untuk menelan makanan yang telah masuk ke dalam mulutnya. "Bagaimana? Enak kan?" tanya Jia menatap wajah Ana dan Xiao Nai secara bergantian. wajahnya terlihat penuh dengan harap. Ana dan Xiao Nai tampak kompak menganggukkan kepala mereka dengan perlahan, sambil mencoba tersenyum di depan wanita yang terlihat sangat senang. "Kalau begitu, besok aku akan membuatkan lagi makan siang untuk kalian," ucap Jia penuh dengan semangat. "Eh, tidak perlu repot-repot, Jia. Besok sepertinya aku membawa bekal ke kampus," sahut Ana dengan cepat. "Bagaimana denganmu, Nai-Nai?" Jia menatap wajah lelaki itu dengan penuh harap. Xiao Nai menatap wajah Ana selama beberapa saat. Wanita itu tampak tersenyum menahan tawa. "A
Baca selengkapnya

Bab 19

"Apakah dia benar-benar membuat sushi ini sendiri?" gumam Zhichun dalam hatinya. Ia memperhatikan lagi tamago sushi yang masih tersisa di dalam kotak makan siang Ana. Ia mengambil satu lagi, dan memakannya dengan perlahan. Ia mengambil lagi, dan lagi hingga sushi itu tidak bersisa. Hal itu membuat Ana merasa terkejut. Ia menarik kotak makan siangnya dari tangan Zhichun. "Kau memakan habis semua sushi ini?" pekik Ana tidak percaya dengan apa yang telah ia lihat. Ana menatap wajah Zhichun dengan tatapan mata yang tajam. Lelaki itu terlihat kesulitan menelan semua makanan yang tertampung di mulutnya. "Aku susah payah membuat ini untuk Xiao Nai, bagaimana aku menjelaskan padanya?" rengek Ana yang mulai merasa kesal. "Bagus dia tidak mencicipi masakanmu! Jika dia memakannya, dia pasti akan trauma untuk makan seumur hidupnya," ucap Zhichun asal, sebelum ia berlalu pergi dari hadapan Ana yang tampak berpikir. "Apakah semengerikan itu masakan buatanku?" gumamnya yang masi
Baca selengkapnya

Bab 20

"Pak Lie! Anda sudah tiba?" Suara nyaring yang tiba-tiba menyapa lelaki itu, telah membuyarkan lamunannya. Seketika perhatian Lie Zhichun beralih menatap client yang duduk tidak jauh dari tempat ia berdiri. Lelaki itu tersenyum sambil menghampiri meja client. Ia menyambut uluran tangan Client-nya dengan hangat. "Sudah lama menunggu, Pak?" tanya lelaki itu berbasa-basi. "Tidak, aku baru saja tiba di sini. Silahkan anda pesan makanan anda," sahut Client-nya sambil menyerahkan buku menu pada Zhichun yang segera menerimanya. Lelaki itu melihat-lihat buku menu, dengan tatapan yang sesekali menatap ke arah Ana. "Bagaimana, Pak? Apa yang ingin anda pesan? Biar saya panggilkan pelayan," ucap lelaki berambut sebahu itu, membuyarkan fokus Zhichun. "Apa saja, samakan saja dengan Pak Chen," jawab Zhichun sambil menutup buku menunya. Ia sudah kehilangan selera makannya sejak melihat Ana bercengkrama dengan lelaki lain. Sementara Pak Chen memesan makanan, pandangan Zhichun terarah p
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123
DMCA.com Protection Status