Semua Bab DITALAK LEWAT WA DINIKAHI DUDA KAYA: Bab 181 - Bab 190

318 Bab

BAB 96B

"Pernikahan kita akan dipercepat. Apa kamu keberatan, Mei?" tanya Raka saat dia duduk bersama kedua orang tua Meira di kursi makan. Meira sedikit tersentak lalu melirik Aldo yang masih asyik bermain game di ruang keluarga."Dipercepat, Mas? Kenapa memangnya?" tanya Meira singkat lalu menarik kursi di samping Raka dan mendudukinya. Meira tahu jika Raka memang tak ingin menunda lebih lama soal pernikahan itu, Meira pun sebenarnya lebih senang jika pernikahannya dipercepat. Selain tak ingin timbul fitnah, dia juga khawatir dengan sikap Dahlia dan Baim yang membuatnya tak nyaman. "Aku nggak mau ditikung ya," balas Raka dengan senyum lebarnya. Adrian dan Erina pun saling lirik lalu menggeleng pelan sementara Meira buru-buru mengalihkan pandangan. "Papa dan Om Wicaksono sepakat, Meira. Lebih cepat lebih baik. Papa akan jauh lebih tenang kalau kalian sudah sah dan kamu ada yang menjaga saat berada di Jogja," ucap Adrian kemudian. "Iya, Meira. Kami nggak bisa terus mengawasimu di sana kar
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-23
Baca selengkapnya

BAB 97

"Siapa dalangnya, Om?" Raka ikut bertanya. Adrian menghirup napas dalam lalu menghembuskannya. Dia menatap Raka beberapa saat sebelum memasukkan kembali handphonenya ke saku celana. "Dahlia, Ka. Dua pelaku yang tertangkap itu sudah mengaku kalau mereka suruhan mantan istrimu. Sepertinya Dahlia masih tak terima karena kamu dan Meira akan menikah. Makanya, dia berusaha berbagai cara agar Meira pergi meninggalkan kita semua. Salah satunya dengan menculik bunda. Dahlia pikir Meira akan menyerah dan membiarkannya menang dalam hal ini. Namun, Om meyakinkan Meira agar dia tetap tenang dan tak perlu menanggapi ancaman itu. Om minta beberapa orang untuk menyelidiki semuanya," ucap Adrian sembari menepuk-nepuk pundak Raka. Raka benar-benar tak menyangka jika Dahlia senekat ini. Mungkin dia semakin nekat saat tahu keberadaannya di rumah ini. Raka mulai berpikir jika Dahlia sudah melakukan banyak hal untuk membuat Meira menyerah. Salah satunya dengan menyekap bunda dan membuatnya cemburu periha
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-23
Baca selengkapnya

BAB 97B

"Ngapain kamu ke sini? Kamu senang dan bahagia melihatku seperti ini bukan?!" sentak Dahlia saat Meira dan Raka menjenguknya. Sebenarnya mereka juga malas bertemu dengan perempuan itu. Hanya saja mereka sedikit peduli dengan keadaan perempuan itu yang baru saja kehilangan janinnya, apalagi Dahlia sudah tak memiliki siapa-siapa selain pembantu rumah tangga yang sudah mengabdi di rumahnya beberapa tahun belakangan. Tepatnya sejak kedua orang tuanya masih ada. "Aku hanya menjengukmu. Tak punya maksud lain karena aku bukan kamu, Lia. Kalau kamu mungkin sudah terbahak melihat penyekap bundanya terbaring tak berdaya seperti ini. Sayangnya, lagi-lagi aku bukan kamu yang egois dan tak punya hati. Jadi, rasa empati dan simpatiku masih normal. Tak sepertimu yang hancur total," ucap Meira begitu tenang namun penuh penekanan. Raka dan Dahlia sama-sama tercekat saat mendengar dan melihat kemarahan dalam tatap Meira. Namun, dia cukup apik menyembunyikan semuanya. Tak meledak-ledak, cukup santai
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-24
Baca selengkapnya

BAB 98

[Tolong bantu aku, Mas Baim. Raka menjebakku dan kini aku berada di rumah sakit. Mereka berhasil menjebakku. Setelah kuretku selesai, mereka akan menjebloskanku ke penjara] Pesan dari Dahlia membuat Baim cukup shock. Selama ini banyak sekali pesan yang dikirimkannya, tapi Baim tak terlalu menanggapi. Dia cukup tahu bagaimana Dahlia dengan segala keambisiusannya. Baim memilih menjauh, meski berulang kali Dahlia memintanya bekerja sama. Baim memilih cara sendiri untuk mencuri hati Meira. Dia mendekati Mei bukan karena ingin bekerja sama dengan Dahlia, melainkan keinginannya sendiri. Namun, Baim tak memaksakan diri karena cukup sadar siapa dia di masa lalu dan kebencian Meira padanya. Laki-laki itu hanya ingin berubah lebih baik dan memperlihatkan perubahannya pada Meira. Itu saja. [Mas Baim. Aku nggak punya siapa-siapa lagi. Orang tuaku telah tiada. Sanak saudara pun tak punya karena mereka sudah menjauh. Aku nggak bisa cari bantuan lain. Tolonglah, Mas. Carikan aku pengacara supaya
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-24
Baca selengkapnya

BAB 98B

Setelah memastikan keadaan bunda baik-baik saja dan mengabarkan tentang hubungannya dengan Raka, Meira dan Aldo pamit pulang ke Jogja. Dia nggak bisa di Jakarta lebih lama karena Aldo harus bersekolah. Sudah tiga hari mereka di Jakarta, Meira tak ingin Aldo absen untuk ke sekian kalinya. "Kenapa melamun?" tanya Raka saat mereka menunggu Broto datang menjemput di bandara. "Nggak, Pak. Cuma teringat bunda saja," balas Meira sedikit gugup. Dia menatap Raka sekilas lalu kembali mengalihkan pandangan."Pak lagi?" tanya laki-laki dengan kemeja biru mudanya itu. Meira membulatkan kedua matanya saat mendengar pertanyaan singkat Raka."Eh, Mas." Meira kembali melirik lalu menoleh pada Aldo yang duduk di sampingnya sembari makan burger yang dibelikan oleh Raka beberapa menit lalu. Tak ada obrolan di antara mereka sampai Broto datang. Raka duduk di samping supir, sementara Meira dan Aldo duduk di belakang. [Kamu jadi pulang hari ini, Mei?] Pesan dari Baim muncul di layar handphone Meira. Di
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-24
Baca selengkapnya

BAB 99

"Brama. Ngapain kamu ke sini?" tanya Wicaksono kaget. Brama masih cukup tenang, meski sendu di wajahnya begitu jelas ketara. Sundari mempersilakan Brama untuk duduk di ruang tamu, sementara Raka sudah duduk di samping papanya untuk ikut mendengarkan obrolan mereka. Dia penasaran juga apa yang akan diceritakan Brama pada papanya. Meira memilih kembali ke dapur untuk membuatkan minuman dan menyediakan camilan. "Vonny pergi, Pak," ucap Brama sedikit terbata. Wicaksono mengernyit sembari menatap lekat Brama yang menghela napas panjang. "Pergi dari rumahmu?" tanya Wicaksono lagi. Brama kembali mengangguk. "Dia pergi setelah mencairkan cek dari bapak.""Kalau memang dia mau pergi dan hidup mandiri dengan uang itu biarkan saja. Kamu juga nggak suka jika dia merecoki hidupmu kan?" Wicaksono menoleh pada Sundari yang kini duduk di sampingnya. "Awalnya dia bilang memang ingin mandiri dan tak ingin merepotkan banyak orang." Brama kembali menjeda, sementara Wicaksono masih fokus mendengarka
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-25
Baca selengkapnya

BAB 99B

"Kenapa?" tanya Sundari saat melihat wajah anaknya yang tampak tak baik-baik saja. Raka hanya menunjuk punggung Brama dengan dagunya. Laki-laki berkaos hitam itu sudah menghilang di ujung pintu. "Kita tunggu saja sampai dokter keluar, Ka. Atau kamu cek di resepsionis, benar apa nggak ada pasien bernama Vonny yang dirawat di sini. Kalau memang ada dan dia masih di ICU, kita tunggu saja sampai petugasnya keluar atau datang ke sini. Benar nggak Vonny di dalam," ucap Sundari kemudian. Raka kembali mengangguk."Kalau bukan Vonny yang di dalam, kenapa Brama meminta kita ke sini, Ma?" lirih Raka kembali berpikir. Dia semakin bingung dan tak mengerti. Daripada pusing menerka-nerka, dia memilih ke resepsionis untuk menanyakan keberadaan Vonny di sini. Ada atau nggak. Namun, baru beranjak dari kursi tunggu, Wicaksono sudah datang dengan terburu bersama seorang dokter. Wajahnya tampak sendu. Entah apa yang sebenarnya terjadi. "Vonny di dalam. Brama nggak berdusta," ujar Wicaksono cepat saat
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-25
Baca selengkapnya

BAB 100

"Kami sudah berusaha semaksimal mungkin untuk membantu pasien, Pak, tapi Allah berkehendak lain. Vonny sudah kembali ke pemiliknya, Pak. Kami ikut berbelasungkawa. Semoga keluarga diberi kesabaran dan keikhlasan," ucap dokter Akbar kembali menghela napas panjang. "Innalillahi Wa Inna Ilaihi Roji'un," ucap Wicaksono lirih. Raka dan Sundari pun mengucapkan kalimat yang sama. Ada sendu di wajah mereka. Tak terkecuali Brama. Namun, setiap manusia memiliki jatah umur masing-masing yang sudah tertulis di Lauh MahfuzNya. Mau nggak mau, ikhlas nggak ikhlas harus tetap menerima segala ketetapanNya. Sundari mengusap lengan suaminya perlahan untuk menenangkan, sementara Raka izin masuk ke ICU untuk melihat Vonny terakhir kalinya. Raka kembali membayangkan tentang Vonny di masa lalu. Sikap manjanya, emosinya yang meledak-ledak, hidupnya yang penuh foya-foya dan tukang adu domba. Raka tak tahu sisi baik mana yang bisa diingatnya dari sosok itu. Namun, dia yakin jika Vonny pasti memiliki sikap
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-25
Baca selengkapnya

BAB 100B

"Sekarang kita mendapatkan kabar duka, Pak, Ibu. Vonny telah tiada. Dia menjadi korban perampokan tadi pagi. Semoga bapak dan ibu bisa memaafkan kesalahan dan kekhilafannya selama ini. Saya tahu, pasti ada yang sakit hati dengan segala sikapnya dulu. Oleh karena itulah, saya mewakili Vonny untuk minta maaf pada bapak ibu semua. Semoga amal ibadahnya diterima di sisiNya. Aamiin." Raka menghela napas panjang. Kedua matanya tampak berkaca. Meski nyaris tak pernah akur dengan perempuan itu, tapi tetap saja dia merasa kehilangan saat tahu Vonny benar-benar pergi. "Innalillahi Wa Innailaihi Roji'un. Non Vonny meninggal?" Beberapa asisten mengucapkan kalimat yang sama. Sundari mengangguk, begitu pula dengan Raka. Meski mereka semua tahu bagaimana sikap Vonny, tapi mendengar berita duka itu mereka semua merasa kehilangan. Walau bagaimanapun, Vonny pernah menjadi bagian dari keluarga itu. Mereka tentu akan merindukan sosoknya. "Kita bersihkan ruang keluarga. Sebentar lagi bapak pulang memba
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-26
Baca selengkapnya

BAB 101

Pemakaman Vonny sudah selesai dilakukan. Orang-orang yang bertakziah sebagian pulang dan sebagian masih di rumah Wicaksono. Tak terlalu banyak, hanya teman, tetangga dan kerabat dekat saja yang tertinggal. Suasana duka masih terlihat jelas di rumah itu. Wicaksono juga terlihat murung, sementara Sundari berusaha menenangkannya. Adrian dan Erina pun datang. Keduanya ikut berbela sungkawa dengan kepergian Vonny di sisiNya. "Vonny titip maaf pada kita semua. Dia benar-benar menyesali kesalahan dan kekhilafannya selama ini," lirih Wicaksono saat mengingat pesan dari Vonny sebelum tiada. Sundari mengangguk pelan, sementara Ken dan Raka sama-sama mendongak ke arah papanya yang menatap mereka bergantian. Ken menghela napas panjang. Raka pun melakukan hal yang sama. "Kami sudah memaafkan Vonnya, Pa. Semoga dia tenang di sana," lirih Raka sembari menunduk. Ken manggut-manggut. "Iya, Pa. Walau bagaimanapun dia bagian dari keluarga kita. Semoga Allah mengampuni kesalahan-kesalahannya di masa
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-26
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
1718192021
...
32
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status