Home / Pernikahan / TANGISAN DIBALIK JERUJI BESI / Chapter 11 - Chapter 20

All Chapters of TANGISAN DIBALIK JERUJI BESI: Chapter 11 - Chapter 20

21 Chapters

Bab 11

Melihat Heru yang hanya membeku, Azizah melangkah mendekat dan menaikkan nada bicaranya, "Dimana Nayla, Mas? Aku ingin bertemu dengannya!" Heru tersentak, lalu menyeringai kesal, "Kamu ini apa-apaan sih? Nayla tidak ada di sini, sebaiknya kamu segera pergi dari sini. Kita sudah bercerai, jangan ganggu aku lagi!" "Nggak, Mas. Aku nggak akan pergi sebelum bertemu dengan putriku," ucap Azizah tegas, matanya menunjukkan keberanian. "Nayla pasti ada di dalam, kan?" Ia ingin melangkah ke dalam rumah, namun Heru segera menghadangnya. "Nayla gak ada! Cepat pergi!" Heru membentak. Azizah tetap ngotot ingin bertemu dengan putri kecilnya yang sangat ia rindukan. Tangis di tenggorokannya tertahan saat ia berteriak, "Nayla! Ini Ibu, Nak. Ibu yakin kamu ada di dalam, keluar Nak. Ini Ibu," suaranya penuh kerinduan. Teriakan Azizah berhasil membuat Ratna keluar, wanita itu mendekat dengan kening berkerut dan wajah geram. "Apa-apaan ini?" tanyanya sambil menghunuskan tatapan tajam pada Azizah.
Read more

Bab 12

Kecemburuan yang dirasakan Mbak Dina semakin menjadi saja, terutama saat mereka tengah makan malam bersama. Suaminya, Rudi, semakin terang-terangan memperlihatkan perhatian berlebihan kepada Azizah."Kamu mau apa, Azizah? Biar Mas ambilkan," ucap Rudi dengan nada lembut, membuat jantung Mbak Dina berdegup kencang. "Apa kamu mau ikan goreng ini?" Azizah menggeleng cepat, seakan ingin menghindar dari kebaikan Rudi. "Tidak usah, Mas. Biar aku ambil sendiri saja," tolak Azizah. Namun, Rudi tetap bersikeras dan mengambilkan seekor ikan goreng dan meletakkannya di dalam piring Azizah."Nih, kamu makan yang banyak, ya," ucapnya dengan pandangan lembut yang semakin membuat emosi Mbak Dina terpancing. Mbak Dina tampak mengepalkan tangannya di bawah meja, mencoba mengendalikan rasa cemburunya. Terlebih Putranya, Nando, duduk di sampingnya dan ia tidak ingin membuat keributan di depan putranya yang masih kecil itu.Azizah pun merasa sangat canggung dan segera berinisiatif untuk mengakhiri sit
Read more

Bab 13

"Haduh, kalau aku cerita sama abang, takutnya abang gak akan percaya," keluh Indri. "Abang kan gitu, selalu saja menyebut Azizah itu orang jahat hanya karena statusnya yang narapidana." Rendra melirik adiknya, lalu mengambil kursi rias milik Indri dan membawanya ke samping adiknya agar mereka bisa duduk berhadapan. "Abang mohon, cerita sama abang. Memangnya apa yang dikatakan Sri padamu?" desak Rendra, wajahnya terlihat penasaran. "Nah, begini, Bang. Di hari kebebasan Azizah kemarin, semua tahanan satu sel Azizah nampak sedih. Terutama Sri, hingga saat jam makan siang, dia gak mau ikut makan." Indri mengecup bibirnya, mengingat keadaan tersebut. "Sri berdiam diri di dalam sel. Pas aku tanyain, dia pun menceritakan semuanya." Indri menarik napas dalam-dalam sebelum melanjutkan, "Azizah masuk penjara hanya demi melindungi suaminya, Bang. Azizah bukanlah penipu, tapi suaminya lah yang penipu. Azizah rela mengakui perbuatan yang dilakukan suaminya itu hanya karena ingin putrinya, Nay
Read more

Bab 14

Wiwin, rekan kerja Azizah mencoba mengingatkan Azizah. “ Jangan ngelamun, Zah. Kalau si Ina ngelihat kamu ngelamun, bisa panjang urusannya. Ayo cepat bekerja, ini hari pertama kamu. Si Ina itu suka mecat orang, kalau ada yang dia gak suka. Dia gak segan main pecat.”“Benarkah?” kata Azizah.“Iya, Azizah. Makanya kamu harus kerja yang rajin.”Azizah mengangguk. "Em, iya, " sahut Azizah. Ia kembali melanjutkan pekerjaannya, hingga jam makan siang pun datang. "Ayo Azizah, kita makan siang dulu, " ajak Wiwin. "Kamu duluan saja, Win. Aku ingin sholat dzuhur, " ujar Azizah. "Hm, ya sudah, " kata Wiwin. " Aku makan siang dulu, ya. "Azizah mengangguk, ia segera melangkah keluar, menghampiri motornya yang ada di parkiran. Ingin mengambil mukenah yang ia bawa dari rumah dan letakkan di dalam bagasi motor. Namun, ia malah tertegun menatap sebuah toko pakaian yang menjajakan berbagai macam pakaian anak-anak di seberang jalan, bibirnya mengulas senyuman tipis mendapati sebuah gaun cantik yang
Read more

Bab 15

"Maafkan aku, Mbak. Aku udah buat Mbak kecewa, tapi tadi ..." suara Azizah tercekat saat menceritakan bagaimana dia dipecat oleh manajer laundry karena membongkar tentang cincin emas pelanggan yang diambil sang manajer.Mbak Dina menghela napas dalam-dalam sambil melemparkan senyum penuh pengertian pada Azizah. "Kamu sudah melakukan hal yang benar, Azizah. Mbak doakan semoga nanti, kamu bisa menemukan pekerjaan yang lebih layak ya.""Aamiin, Mbak."Keesokan paginya, dapur menjadi saksi betapa sibuknya Azizah membantu Mbak Dina. Sambil mencuci sayuran, tangannya serasa bertenaga, membasuh permukaan hijau tersebut.Sedangkan Mbak Dina sibuk mengiris bawang. "Jadi, nanti kamu ingin ke pasar dan membeli baju untuk Nayla?" tanya Mbak Dina.Azizah mengangguk antusias. "Iya, Mbak. Kemarin aku sempat melihat gaun yang cantik sekali. Aku ingin menggunakan uang hasil jerih payahku di penjara untuk membelikan pakaian Nayla. Apalagi minggu depan dia ulang tahun yang ke dua tahun, aku ingin member
Read more

Bab 16

Azizah terlihat menemani Nando bermain di ruang tengah, sebelum akhirnya Mbak Dina datang dan meminta tolong padanya untuk membelikan penyedap."Bawa payung Azizah, sepertinya mau hujan, " ucap Mbak Dina, melihat langit di luar sudah gelap. Azizah mengangguk, meraih payung dan segera melangkahkan kakinya menuju sebuah warung. "Yah tutup, " gumam Azizah, mendapati warung yang tidak terlalu jauh dari rumah kakak sepupunya itu tutup. Menarik napas dalam-dalam, Azizah lalu menatap ke ujung jalan. Mau tidak mau, ia harus berbelanja di warung Sekar, warung terbesar yang ada di kampungnya itu. Di tengah perjalanan, mata Azizah terpaku pada seorang gadis kecil yang tengah bermain dengan dua temannya di halaman rumah. Gadis itu mengenakan gaun cantik yang mengingatkannya pada gaun milik Nayla. Perasaan gusar dan kebingungan menerpa Azizah, membuat langkahnya menghampiri gadis kecil tersebut. "Apa ini gaun milik Nayla?" desis Azizah penuh emosi, menahan gadis kecil itu dengan pegangan ku
Read more

Bab 17

Azizah mengepalkan tangannya ketat, matanya memerah akibat air mata yang tak bisa dibendung lagi."Semua yang Mas Rudi katakan itu fitnah, Mbak," ujarnya dengan suara serak. "Aku sama sekali gak ngerayu dia, dia sendiri yang tiba-tiba saja datang dan masuk ke dalam kamarku."Azizah menarik napas sejenak, menahan rasa terluka. "Dia ingin menodaiku, Mbak. Aku berteriak memanggilmu ...""Bohong!" pekik Rudi sambil mengacungkan jari telunjuknya pada wajah Azizah. "Kamu jangan memfitnahku seperti ini, Azizah.""Kamu sendiri yang datang menemuiku, karena kamu kesepian. Kamu memintaku untuk menemanimu, kamu memintaku untuk tidur denganmu, Azizah!" teriak Rudi dengan penuh emosi.Azizah melangkah mendekati Mbak Dina, kakak sepupunya itu, dan meraih tangannya dengan lembut."Demi Allah, Mbak. Aku mengatakan yang sebenarnya. Mas Rudi ingin melecehkan aku, Mbak. Mas Rudi ingin menodai aku!" teriaknya, mencoba mengungkapkan kebenaran. "Mbak harus percaya padaku, aku gak akan pernah ngekhianatin M
Read more

Bab 18

"Astagfirullah," desah seorang pria, wajahnya nampak pucat, ketakutan.Matanya membelalak seiring dengan kakinya yang menekan rem kuat-kuat. Ia menghela napas lega saat mobilnya berhenti hanya sejengkal dari Azizah yang terdiam dengan mata terpejam di tengah jalan."Apa yang sedang dilakukan wanita ini?" gumamnya heran, menatap Azizah dengan alis berkerut.Pria itu mengintip lebih dekat, matanya terbelalak saat menyadari sosok yang hampir saja ia tabrak adalah Azizah."Azizah?" lirihnya terkejut. Dengan cepat, ia turun dari mobil sambil membawa payung, dan segera memayungi tubuh Azizah."Apa yang sedang kamu lakukan di tengah jalan seperti ini, Azizah?" teriaknya, tak mampu menutupi kekhawatirannya, karena hujan masih turun dengan deras.Azizah membuka matanya perlahan, tatapannya beralih dari payung di atasnya ke wajah pria yang mengenakan seragam dokter."Anda?" tanyanya lembut."Aku dokter Rendra, aku yang merawatmu selama kau berada di rumah sakit. Ayo cepat masuk ke mobil," ujar
Read more

Bab 19

Bu Hana berdiri, menggigit bibirnya, lalu dengan suara gemetar ia memanggil, "Kemarilah, Azizah."Azizah melepaskan diri dari pelukan Indri, kemudian berdiri dengan linangan air mata. Tangisnya pun pecah saat Bu Hana menarik dirinya dan memeluknya erat."Allah mengujimu, karena Allah tau kamu wanita yang kuat. Kamu wanita terpilih, Nak. Kamu gak boleh nyerah, kamu masih muda, dan perjalanan kamu masih panjang. Jangan pernah berpikir untuk mengakhiri hidupmu lagi," ucap Bu Hana, sambil mengusap punggung Azizah dengan lembut."Setiap masalah pasti ada jalan keluarnya," tambahnya."Aku sudah gak punya siapa-siapa lagi, Bu. Bahkan satu-satunya keluarga yang aku miliki juga tidak mempercayaiku," ucap Azizah dengan suara parau.Bu Hana mengusap punggung Azizah dengan lembut, lirih berkata, "Percayalah Azizah, kamu manusia terpilih untuk melewati semua ujian berat ini. Ibu yakin kamu bisa melewati semuanya."Air mata Indri jatuh membasahi pipinya, ia menatap Rendra dengan mata berkaca-kaca.
Read more

Bab 20

Heru terdiam sejenak, menatap ke luar jendela dengan mata nanar, mencoba meresapi perkataan Ratna, istrinya. "Apa kamu yakin, Rat? Aku bisa menang?" tanyanya ragu, seraya menggaruk kepalanya. "Aku kan gak punya pengalaman di dunia politik." Namun, Ratna menatap Heru tajam dan menganggukkan kepala dengan yakin. "Haduh, Mas. Jangan terlalu mikirin hal-hal seperti itu. Yang penting, kamu sekarang maju jadi calon anggota dewan. Kan lumayan gajinya jauh lebih besar daripada gaji guru," katanya sambil mengepalkan tangan, menunjukkan semangatnya. " Tenang aja, nanti ada tim sukses yang bakal bantu kamu menang. Sekarang kamu setuju dulu, terus nanti kamu urus pengunduran diri dari pekerjaan sekarang," lanjut Ratna sembari mengangkat jempolnya, memberi semangat pada Heru. "Tapi–" Heru sempat hendak berkata, namun Ratna segera menyela, "Udah deh, Mas. Gak usah banyak mikir. Ini kan kesempatan yang baik, masa kamu mau sia-siain gitu?" Heru masih mengerutkan kening sejenak, mencoba menimba
Read more
PREV
123
DMCA.com Protection Status