Beranda / Romansa / Bittersweet Revenge / Bab 141 - Bab 150

Semua Bab Bittersweet Revenge: Bab 141 - Bab 150

165 Bab

BR ~ 141

“Anggun.” Wahyu mengetuk pintu kamar wanita itu dan menunggu sampai Anggun membuka pintu. Tidak sampai menunggu lama, Anggun membukanya dan memberi tatapan datar seperti dahulu kala.Ada apa sebenarnya dengan wanita itu? Kenapa sikapnya terkesan tidak ramah pada Wahyu.“Apa?”“Aku mau ambil Putra.” Karena ada perbedaan tinggi, Wahyu pun bisa dengan mudah melihat ke dalam kamar tanpa harus memiringkan tubuh. Menatap Putra yang tengah menggerak-gerakkan kedua tangan dan kaki di tempat tidur. Benar-benar menggemaskan. “Kamu mandilah, biar dia sama aku.”“Kena—”“Dia sudah minum susu belum?” tanya Wahyu menyerobot masuk ke dalam kamar tanpa permisi. Menunduk di tempat tidur dan menatap mata bening yang menatapnya tanpa jeda.“Sudah dari tadi.” Anggun berbalik dan berjalan cepat menghampiri Wahyu. “Tinggal mandi, sih.”“Aku bawa keluar, mumpung masih pagi.” Tanpa izin, Wahyu membawa Putra ke dalam gendongannya. “Kamu bisa mandi, sarapan, atau terserah mau ngapain. Biar dia sama aku.”“Tap—
Baca selengkapnya

BR ~ 142

“Lama sekali kamu tidurnya.” Wahyu segera menghampiri Anggun, yang baru memasuki ruang keluarga sembari menggendong Putra. Mengambil alih bayi gembul yang tengah menatapnya ke gendongan. “Bangun-bangun sudah ganteng seperti omnya.”“Mama di atas?” tanya Anggun sembari melihat sekilas ke arah tangga dan tidak berniat menanggapi ucapan Wahyu.“Lagi nemui tamu di depan.” Wahyu berbalik dan kembali berjalan menuju sofa.“Aku titip Putra bentar, ya, Mas.” Anggun yakin, Wahyu tidak akan menolak permintaannya. “Mau mandi.”“Lama juga nggak papa,” ucap Wahyu sembari meraih remote televisi ketika sudah duduk di sofa. Mencari siaran televisi tentang binatang, lalu menontonnya berdua dengan Putra.Sedangkan Anggun, segera pergi ke kamar dan mandi dalam mode cepat. Setelah menjadi seorang ibu, ia tidak bisa lagi berlama-lama berada di kamar mandi karena ada yang harus diutamakan.Setelah selesai dan membereskan kamar yang sedikit berantakan, Anggun bergegas keluar kamar. Melihat Wahyu masih dengan
Baca selengkapnya

BR ~ 143

“Pagiii,” sapa Desty mempercepat langkahnya menghampiri bayi yang sedang berada di ayunan elektrik. Melihat wajah mungil itu terlelap dengan nyeyak, Desty lantas mendesah karena harus menunggu Putra bangun, agar bisa menimang bayi menggemaskan itu.“Ini sudah siang, Des,” ujar Syifa yang tengah sibuk membaca. “Bukan pagi lagi.”“Masih jam sembilan, Mbak,” sanggah Desty kemudian bergeser untuk duduk di samping Syifa. “Anggun ke mana?”“Ke makam Sabda,” jawab Syifa kemudian menghela kecil. Selalu ada luka yang kembali terbuka, ketika mendengar nama mendiang putranya disebut. Namun, setidaknya rasa itu tidak sepahit dahulu kala. Syifa mulai bisa berdamai, walau rasa ikhlas itu masih menggantung di udara. “Paling ini lagi otewe pulang.”“Anggun masih rajin konseling, kan?” selidik Desty.“Wajib,” ujar Syifa sambil menepuk tangan Desty yang hendak merebut buku yang dibacanya lalu melotot. “Dia nggak boleh bolos konseling, karena sudah punya Putra. Bahaya kalau tiba-tiba baby blues.”“Mumpun
Baca selengkapnya

BR ~ 144

Setelah sekian lama tidak membaca berita mengenai Kalingga, akhirnya Anggun melakukan hal tersebut di sela waktu senggangnya. Putra baru saja tertidur, sehingga Anggun bisa membuka browser dari ponselnya dan mengetikkan kata kunci “Kalingga” di sana.Sambil berbaring, Anggun membaca beberapa judul topik yang muncul setelah proses pencarian selesai. Namun, yang mengherankan ialah, tidak ada berita apa pun mengenai Regan pasca pria itu berada di bui.Kabar tentang Regan yang sempat keluar masuk rumah sakit karena kesehatannya bermasalah pun, tidak juga Anggun temukan beritanya.Sepertinya, April sudah “menangani” pemberitaan mengenai ayahnya dengan sangat baik.Tidak menemukan sesuatu yang menarik, Anggun kemudian membuka surat elektronik yang hampir tidak pernah lagi dibukanya.Baru saja hendak membuka salah satu pesan yang masuk, ponselnya berdering pelan. Menampilkan nama Wahyu di sana. Setelah sekian lama tidak pulang dan tidak menghubungi Anggun, mengapa tiba-tiba pria itu menelepo
Baca selengkapnya

BR ~ 145

“Aku mau ke Kalingga Tower besok pagi,” kata Wahyu saat berada di teras samping, sambil menggendong Putra di depan dada. Ia berhenti di sisi papan catur, di antara Anggun dan Budiman yang sedang asyik bermain sejak tadi.“Mau ngajak April ke Bali sekalian?” tanya Anggun tanpa menoleh dan menjalankan kudanya.Budiman menahan napas saat melihat Wahyu. Pria itu menatap datar pada Anggun, dengan menahan perasaan kesal. Langkah Wahyu mendekati Anggun memang tidak tampak agresif, tetapi sikap menantunya pada pria itu selalu datar-datar saja.Anggun tidak bisa ditebak. Apakah gayung akan bersambut atau hubungan keduanya tetap akan menjadi ipar seperti sekarang.“Sini sama Opa.” Budiman mengulurkan tangan tetapi Putra hanya diam menatapnya. Tidak seperti biasa, Putra akan cepat berpindah ke tangan Budiman jika ia mengulurkan tangan seperti sekarang.“Dia nggak mau, Om,” ucap Wahyu.“Biar aja, Pa,” ujar Anggun lalu mendongak dan tersenyum melihat putranya yang semakin hari semakin terlihat men
Baca selengkapnya

BR ~ 146

“Aku nggak boleh cuti, Nggun.” Kimmy merengek. Mengeluh karena gagal merayu atasannya untuk memberi cuti. Selain karena mendadak, tim redaksi dan produksi akan berencana menggelar acara dalam hitungan hari. Karena itulah, Kimmy tidak mendapatkan izin cuti untuk liburan ke Bali bersama Anggun. “Mana besok sudah berangkat.”Pupus sudah kesempatan untuk mengenal Kendrick lebih dekat. Pria itu terhitung bukan orang penting, sehingga Kimmy tidak memiliki alasan untuk mewawancarai Kendrick.“Minum dulu.” Anggun menunjuk gelas yang berisi es kopyor di hadapan Kimmy. “Padahal, ini kesempatan langka bisa liburan sama Ken.”Kimmy mengangguk. Hanya menatap gelas yang ada di depannya tanpa selera sama sekali.“Aku itu, kalau nggak punya alasan, nggak bisa deketin orang.” Kimmy merengut sambil menggaruk kepala. “Waktu kamu masih di rumah sakit, aku masih ada alasan nelpon Ken, tapi habis itu anyep. Dia aku chat cuma di read doang.”“Kalau gitu, lupain aja,” ujar Anggun lalu menikmati es kelapanya
Baca selengkapnya

BR ~ 147

“Putra biar sama aku, Tan,” ujar Wahyu begitu mereka keluar dari garbarata. Ia segera mengambil alih Putra, yang baru saja akan dilimpahkan pada Syifa karena Anggun ingin pergi ke kamar kecil. “Jagoan, Om, bangun juga akhirnya.”“Titip bentar,” ucap Anggun ketika menyerahkan Putra pada Wahyu.“Hm.” Wahyu hanya menggumam dan langsung mencium gemas pipi tembem Putra.“Jangan dicium terus, nanti lecet,” pesan Anggun seraya pergi dengan segera menuju kamar kecil.Syifa terkekeh pelan, tetapi tidak dengan Desty yang segera meraih wajah putranya. Ia berdecak, karena Wahyu belum juga mencukur rambut halus yang menghiasi wajahnya.“Kamu ini, kapan mau dengerin orang, sih, Yu!”Wahyu menggeleng sambil membenarkan posisi Putra di bahunya. “Eyang dilarang marah-marah. Ada Putra.”“Ayo-ayo!” ajak Darwin tidak sabar ingin segera sampai di vila. “Kita tunggu di depan.”“Ayo,” ucap Wahyu sambil mengusap-usap punggung Putra dan kembali berjalan. “Tunggu di depan, aku nunggu Anggun sama Ken yang lagi
Baca selengkapnya

BR ~ 148

“Ke mana yang lain?” Wahyu bertanya pada Anggun, ketika ia baru menjejakkan kaki di ruang utama. Di sana, hanya ada wanita itu serta putranya yang sedang tertidur di sofa. “Nggak mungkin belum bangun, kan?”“Kata Ken sudah jalan-jalan dari pagi.” Anggun menatap Wahyu yang duduk perlahan di sofa yang sama. Tepat di atas kepala Putra yang sedang tertidur lelap.“Kamu nggak ikut?”Anggun menghela panjang. Ada perasaan canggung yang menyelimuti, karena pembicaraan serius yang telah mereka lakukan tadi malam. Rasa-rasanya, ia ingin pulang saja ke Jakarta agar tidak lagi bertemu dengan Wahyu.“Aku capek,” keluhnya malas. “Lagian Putra tadi belum bangun, jadi, ya sudah.”“Terus, ini kenapa dia tidur di sini?”“Dia sudah bangun, tapi habis nyusu tidur lagi,” ucap Anggun mulai kesal karena pertanyaan Wahyu. “Ini aja belum mandi. Entar aja siangan dikit.”“Spa sudah direservasi jam 10 nanti buat tiga orang,” ucap Wahyu sambil mengusap kepala Putra dengan perlahan. Semakin dipandang, wajah mungi
Baca selengkapnya

BR ~ 149

Anggun membuka pintu kamar dan terpaku sesaat. Ia melihat Wahyu dan Putra tidur di ranjangnya dengan begitu nyenyak. Dua buah botol susu kosong sudah tergeletak sembarangan. Satu di lantai dan satu lagi berada di atas kepala Putra.“Ohh, ternyata mereka tidur,” ucap Syifa dengan sangat pelan di sebelah Anggun, yang masih berdiri di bibir pintu. “Pantas ditelpon nggak diangkat, mungkin hapenya di-silent biar Putra nggak kebangun.”“Udah biarin aja,” timpal Desty yang juga melihat putranya tertidur dengan lelap bersama Putra. Sungguh sebuah pemandangan langka, tetapi hal tersebut benar-benar terlihat manis dan indah. “Mumpung Wahyu bisa tidur. Jangan diganggu.”“Memangnya ...” Anggun kembali menarik handle pintu kamarnya dan menutup dengan sangat perlahan. Menghindari timbulnya suara, agar Wahyu tidak terbangun setelah mendengar informasi dari Desty barusan. “Mas Wahyu jarang bisa tidur?”“Sering insomnia.” Desty pergi ke pantry dan membuka lemari pendingin. “Dia itu, tidur malam paling
Baca selengkapnya

BR~150

Pagi itu, menjadi momen pertama dan terakhir kalinya Anggun melihat matahari terbit bersama Wahyu. Dalam keheningan yang menyelimuti mereka, ia menyadari betapa dekatnya mereka di saat-saat seperti ini, dan itu membuatnya ingin menjaga jarak.Anggun sadar, perasaannya pada Wahyu sudah mulai mengusik batas-batas yang ingin ia pertahankan. Karena ia tahu, semakin sering ia berada berdua dengan pria itu, semakin sulit pula menjaga hatinya tetap di tempatnya.Untuk itulah, Anggun lebih memilih menjaga jarak di hari-hari berikutnya. Bersikap seperti biasa dan sebisa mungkin menghindari kesempatan di mana mereka hanya berdua. Setiap kali Wahyu mengajaknya berbincang, Anggun hanya membalas seperlunya dan tidak berusaha melempar obrolan agar ikatan emosional itu tidak semakin terasa erat.“Sudah siap semua, Nggun?” tanya Syifa sambil melihat koper Anggun, yang kini bertambah menjadi dua karena barang-barang Putra hasil pemberian Wahyu.Yang membuat Syifa heran ialah, Anggun tidak lagi mengome
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
121314151617
DMCA.com Protection Status